[2/10]

956 174 28
                                    

Tingkahnya seolah dia tidak peduli ...

__________

Di hari yang cerah nan damai. Harusnya tidak terjadi hal-hal yang begitu mengesalkan. Tapi lucunya, tepat dihari ini. Blaze mengamuk hebat dan menyebabkan beberapa siswa cedera.

Bukan tanpa alasan kenapa Blaze bersikap seperti itu. Dirinya tentu adalah anak baik, Blaze yang mengucapkan demikian.

Tapi orang-orang itu mengolok-olok Blaze dari belakang. Berkata bahwa [Name] menerima Blaze karena dipaksa oleh Blaze.

Blaze tidak mempermasalahkan itu, namun kata-kata selanjutnya dari orang-orang itu.

"Malang [Name]. Daripada sama cowok pemarah kayak gitu, mending sama aku aja ga sih. Tubuh bagusnya kan jadi sia-sia kalo ga dipake."

Blaze yang mendengar itu tentu saja langsung hilang akal. Menerjang kedua orang itu dan membuatnya babak belur.

Kini terseret dirinya di BK dan mendapat ancaman diskors. Jika ketahuan Gempa, mungkin ia akan dimarahi lebih parah lagi nanti.

Sayang sekali Blaze tidak mempunyai bukti atau alasan kuat untuk menghajar kedua orang itu. Dan dirinya juga sudah terkenal sebagai biang onar diantara para guru.

Tidak ada yang mempercayai Blaze.

Blaze, sendirian.

"Saya rasa ibu tidak bisa membiarkan kedua orang itu."

Suara yang familiar. Sosok [Name] masuk ke ruang BK dengan anggun. Rambut hitamnya berterbangan. Manik matanya menatap kedua orang yang babak belur tersebut dengan tatapan ancaman.

"Blaze bukanlah orang yang akan memukuli orang lain tanpa sebab. Jika bukan karena mereka mengatakan sesuatu, benar bukan?" Aura intimidasi [Name] menguar di ruangan petak tersebut. Sang guru menatap ke arah dua orang tersebut, "Apa itu benar?"

"N-nggak mungkin! Buat apa kita mengatai Blaze?" sanggah salah satunya.

"Blaze, katakan yang sebenarnya. Apa yang mereka katakan?" tanya sang guru pada akhirnya. Blaze hendak membuka mulut, kemudian terhenti karena isi pembicaraannya bukan hal yang baik. Dan itu pun menyangkut [Name].

"Tidak, saya yang salah. Saya minta maaf."

Hening.

Tidak ada yang bersuara. Blaze akhirnya diskors seminggu oleh keputusan si guru.

Plak!

Plak!

[Name] tiba-tiba saja menggampar kedua orang itu. Membuat yang lainnya memasang tampang shock.

"Saya juga melakukan kekerasan. Jadi, apakah saya juga diskors?"

.

.

Mereka berdua keluar dari ruang BK. [Name] mengajak Blaze untuk menenangkan diri di taman sekolah. Lelaki itu hanya diam, bingung harus mengatakan apa pada [Name].

Hasil akhirnya. Hukuman Blaze dikurang karena [Name] terus-terusan mencoba agar skorsnya sepadan dengan Blaze. Kini hukuman skors mereka sama, tiga hari.

[Name] mengambil sapu tangan dan membasahinya dengan air dingin. Menarik wajah Blaze yang dipenuhi luka lebam dan mencoba menyekanya.

"Aww!"

"Tahan. Kamu kuat berantem masa gini aja ga kuat."

Blaze diam.

Di titik hatinya. Ia menyesal. Karena dirinya, [Name] juga ikut-ikutan dihukum.

"Kamu kalau tidak mau cerita, juga tidak apa-apa. Itu pilihanmu, Blaze. Tapi aku yakin dibalik semua itu, kamu punya alasan." Gadis itu selesai menyeka. Lantas tersenyum manis.

Hati Blaze terpanah. Sakit sekaligus senang.

"HUWAA MAKASIH [NAME]!! AKU SAYANG KAMU DEH!!"

Blaze tiba-tiba memeluk gadis itu. Membuat [Name] tersentak, kemudian mengelus punggung pemuda itu.

Yah, Blaze rasa. Ia pemuda paling beruntung saat ini.

.

.

.

• Bonus •

"Sudah nangisnya?"

"Apa? Aku nggak nangis. Aku ini yang paling kuat!"

"Sini lukanya aku tekan."

"Ihhh!! Jangan [Name]!"

__________

... Padahal dia yang paling peduli.

 Padahal dia yang paling peduli

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।
My Cool Darling || Boboiboy Blaze [End]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें