Bag 14 - Merelakan Atau Tidak.

15 2 0
                                    

"Ketika aku harus memilih untuk merelakan mu atau tidak, itu sangat sulit bagiku."

*Kanaya Lavenia to Agha*

*

Naya masih kini tengah menangis sesenggukan sembari berjongkok, menenggelamkan kepalanya diantara sela kedua kaki, ia berusaha untuk menahan untuk tidak menangis namun itu terasa sangat sulit.

Hari semakin malam, angin dingin mulai membuat tubuh Naya merinding juga menggigil, namun ia enggan beranjak dari tempatnya. Gadis beriris cokelat madu ini masih saja belum menyudahi tangisannya, ia mengingat kembali apa yang dikatakan Kaysha, gadis itu menginginkan agar ia memutuskan hubungan dengan Agha, ia menangis karena ia tidak bisa merelakan pria tak tersentuh itu begitu saja.

Hatinya sudah milik Agha, dan ia benar-benar sudah mencintai pria itu, ia tak ingin orang lain, hanya Agha yang ia inginkan, sungguh.

Hatinya sangat sakit hingga Naya tak sanggup harus menahan lebih lama lagi, rasa sesak yang ia rasakan membuat ia sulit bernapas dengan normal. Ia beberapa kali mengusap air mata yang terus mengalir dari sudut mata, namun air matanya tak mau menuruti keinginannya.

Ia jadi teringat kembali ketika ia pertama kali bertemu dengan Agha, pertemuan tak sengaja hingga perdebatan yang pernah ia lakukan dengan pria itu. Setelah itu ia mulai jatuh cinta pada Agha, dan menginginkan agar ia terus bisa bersamanya, namun hal tak terduga membuatnya menjadi tak sesuai dengan skenario yang ia buat.

Pada awalnya, ia tak mau jatuh cinta, namun perasaannya menginginkan Agha, ia lebih mengikuti kata hati daripada harus mengikuti egonya.

Ia sudah tau kalau suatu saat Kasyha akan kembali, namun ia mengabaikan itu dan mulai mencintai Agha, Kaysha adalah masa lalu Agha, dan pria itu adalah cinta pertamanya begitupun dengan Agha.

Pertemuan ia dan Agha bukanlah hal tidak sengaja melainkan kesengajaan yang ia rencanakan dulu, momen tabrakan di jalan itu adalah rencana yang ia buat agar ia bisa dekat dengan pria itu.

Dahulu, ia sudah ada di dekat Agha namun pria itu tak merasakan kehadirannya dikarenakan ia berada cukup jauh dari jangkauan Agha, ia hanya bisa memandangi sosok pria yang ia cintai dari kejauhan lima tahun yang lalu, melihat kebersamaan Agha dan Kaysha saat itu.

Berbagai cara seperti melakukan hal-hal yang bisa membuat ia bisa dekat dengan Agha, namun, ia dihalangi oleh Kaysha dengan berbagai permintaan agar ia tak boleh mendekati Agha, karena gadis itu mencintai sosok Agha. Lalu, bagaimana dengan Naya? Ia pun mencintai pria beriris abu-abu itu, ia tak dapat melawan keinginan Kakak tirinya itu, sungguh ia harus merelakan cintanya kepada Kaysha.

Di dalam hati Naya, apa ada cara agar ia bisa terus bersama Agha? Apakah ada cara lain yang dapat membuat Kaysha tidak menghalangi cintanya kali ini? Adakah? Naya menggeleng kuat, ia hanya bisa meratapi nasibnya yang malang.

Ia tiba-tiba jadi merindukan sosok Ibu saat ini, ia ingin merasakan kembali pelukan hangat dari sosok yang paling ia cintai dari siapapun. Ia jadi bertanya-tanya apa yang membuat Ibunya tak kunjung kembali padanya? Apakah ada kesalahan yang membuat Ibunya enggak kembali?

Tangisan Naya semakin kencang, kali ini ia merasa sangat kosong, tak ada satu orang pun yang dapat memeluknya erat untuk menenangkannya. Kesedihan yang berlarut-larut membuat ia menjadi seorang diri di dunia.

"Gue ..., gue ga tau mesti kayak gimana lagi sekarang, hiks."

"Kaysha udah balik, apa iya gue harus merelakan Agha untuk kedua kalinya?" Naya menggeleng kuat, "Kalo gue relain dia, gue sama siapa? hantu?" ia terkekeh kecil, kisahnya sendiri mengapa menjadi seperti ini, seakan-akan takdir sedang bercanda dengannya.

SAGHARA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang