Episode 14 : Kisah Seorang Ibu Untuk Anaknya

38 2 0
                                    

(Perumahan Malabar Blok B no.5,Padjajaran,Bogor)

Di tengah makan malam dengan keluarganya, Bu Aliya dan Ayah fokus dengan hidangan yang ada. Ali pun sempat melamun terus sambil mengunyah sesuap nasi dan lauk pauk yang dimakannya. Dari tadi mereka memandang anak tunggal semata wayangnya terdiam sekali. Lambat laun, makanan yang dilahapnya sudah tertelan ke tenggorokannya.

"Ali?"

Ali memberanikan diri berbicara sebentar dengan kedua orangtuanya saat makan malam begini. "Mama, pernah pergi ke sekolah khusus anak berkebutuhan khusus itu? Kenapa nggak kasih tahu dulu sama Ali kalau bentar lagi Mama pindah mengajar di Sekolah Luar Biasa sana nggak di KCSI Junior jadi wali kelas 5-6 Cendekia?"

Pertanyaan anak itu benar-benar mengejutkan dirinya. Namun langkah kaki Ali seakan mau menjauh dari Mama dan Ayahnya.

"Ali, maksud Mama bukan seperti itu,nak. Mama sudah kesulitan untuk mengajar sebagai guru di tempat kursus formal. Tapi Mama ingin menjadi guru di salah satu sekolah yang ramah lingkungan anak." ujar Bu Aliya.

"Betul, nak." sambung Ayah. Anak itu malah tidak menghiraukan perkataannya. Ia memutuskan untuk kabur dari kenyataannya tersebut.

"Nak, Tante Niki sudah merekomendasikan Mama buat mengajar di tempat itu. Supaya nanti Mama bisa berkenalan dengan murid istimewa di sana. Mama juga ingin belajar menghargai perbedaan keterbatasan dari..."

"Aku juga nggak mau relakan Mama untuk tidak mengajar di tempat kursus persahabatan itu! Karena keterbatasan Mama, aku sudah kehilangan harga diri dari teman-teman! Aku hampir takut bakalan kena ejekan teman-teman di sekolah dan kursus!" ungkap Ali dengan perasaan marah bercampur sedih.

Bu Aliya dan Ayah menghampiri dan mencoba menenangkan anaknya untuk sabar. Yang pasti nantinya tidak kesepian di sebuah tempat yang begitu asing darinya.

"Iya sayang.."

"Tolong, aku sudah punya harta yang paling berharga. Yaitu keluarga dan persahabatan. Insya Allah Mama nggak akan seperti aku yang sekarang ini. Please, Ma." isaknya.

"Insya Allah,nak. Kalau Mama nggak mau tidak apa-apa,kan? Guru kursus di KCSI Junior Malabar dan tim bekas alumni "Hanamatsu Sakura" tidak memaksa Mama kok." balas Bu Aliya pelan.

"Betul,terserah kamu sayang. Kamu berhak menentukan masa depan dengan tawakal dan ikhtiar tulus." tutur Ayah lagi.

Hingga akhirnya, Ali rela mengikhlaskan Mamanya agar memindahkan mengajar di Sekolah Luar Biasa demi murid-murid spesialnya mengejar cita-citanya.

***

1 Bulan Kemudian – Rabu, 16 September 2015 (Rumah Belajar KCSI Teens SMP Malabar,Bogor)

Hari ini dimana hari ketiga Ujian Tengah Semester 1 ini dilaksanakan. Usai dari ujian ketiga tersebut sangat berat. Apalagi Ali termenung di Kafe KCSI sambil memikirkan apa yang dikatakan kepada Bu Aliya tentang perpindahan guru pengajar di sekolah lain. Bahkan dalam beberapa hari saja Ali sudah melewatkan itu dari bulan kemarin. Saat ini belum ada kabar lagi tentang perkembangan dunia persahabatan KCSI. Apalagi sekarang Kota Bogor sudah maju dengan pesat.

Di sisi lain, Iman melihatnya dengan kasihan. Anak yang seperti itu sudah kesepian lagi. Mereka menanggapnya membawa sial bagi orang lain. Mau sampai kapan jadinya untuk baikan?

"Apa nggak sanggup lakuin Ali kayak gini di mata kalian?" tanya Iman tak tega.

"Ah, biarkan saja dia!" bantah Mika.

"Ya elah.. Kalau dia yang membenarkan Bu Aliya bakal nggak ngajar di KCSI Junior sini, kita juga yang nggak tahu siapa yang mengantikan posisi dia sebagai wali kelas 5-6 Cendekia dan guru BK." sambung Ayodya. Lalu diseruputinya jus apel kotak Buavita yang ia beli itu.

Ali Rindu Mama di SurgaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora