Arselin tersenyum malu. Kemudian ia mengangguk dan mengajak lelaki berwajah tampan itu untuk masuk ke dalam kamar.

Tunggu sebentar– mengapa saat ini Arselin gugup?! Padahal lelaki tampan di depannya ini adalah suaminya sendiri, sudah sering berduaan di kamar seperti sekarang.

Arselin masih merasakan perasaan berdebar yang sama. Sorot mata Archilles yang selalu menatap dalam membuat Arselin salah tingkah, dibuat malu. Lelaki itu tidak bicara, hanya diam, tapi berhasil membuat Arselin gugup bukan main. Suara dan sentuhannya menghadirkan gairah, tubuh Arselin selalu tersengat listrik kala menerima sentuhan kecil dari Archilles.

Sudah tak terhitung banyaknya kecupan tipis yang Arselin terima. Archilles benar-benar menumpahkan kerinduannya secara perlahan. Ia membiarkan waktu terbuang hanya untuk berpelukan, saling pandang, atau sekedar saling mengendus aroma tubuh masing-masing.

"Kamu semakin cantik." bisik Archilles di sela pelukannya. Archilles jatuhkan kepalanya pada pundak Arselin, lalu setelahnya ia mengecup leher Arselin. Awalnya hanya kecupan tipis, namun lama kelamaan kecupan itu berubah menjadi lumatan lembut.

Arselin semakin berdebar. Tapi dirinya tetap ingin seperti ini. Suasana hangat ini sudah lama tidak Arselin dapatkan bersama Archilles semenjak kehamilan.

Arselin rindu dengan sentuhan suaminya ini. Sudah lama Arselin tidak merasakan lembutnya bibir Archilles. Tekstur bibirnya selalu terbayang di benak Arselin, Arselin tidak bisa lupa dan selalu ingin merasakannya.

"Perlahan." pinta Arselin mengingatkan di sela terhentinya tautan bibir.

Archilles mengangguk dan segera mengubah posisinya menjadi tidur, menghadap Arselin.
Archilles menaikkan kain putih Arselin sampai ke perut, kemudian ia beralih menatap Arselin.

"Jika terlalu kuat, segera beritahu aku, ya?" pinta Archilles juga.

Setelah melihat anggukan tipis itu, Archilles pun bergerak memeluk Arselin sekaligus mengecup keningnya.

Archilles mulai menyatukan dirinya dengan perempuan yang sedang dirinya peluk. Sedikit terdengar erangan, Archilles melirik ragu. Tapi dengan cepat, Arselin menggeleng dan meminta Archilles untuk melanjutkan niatnya.

"Eunghh–"

"Sayang?"

"Aku tidak apa-apa. Lakukan saja..."

Arselin menggeram. Lalu melirik Archilles sambil terkekeh dengan wajah udang rebusnya.

"Bukankah ini normal? Aku mengerang sakit karena kamu memasuki aku..."

"Jika aku tertawa– eungg ini tentu akan mengerikan, bukan?"

"Aku jadi seperti hantu..."

Archilles lantas tertawa. Selain karena guyonan tak terduga Arselin, Archilles juga tertawa karena melihat betapa meronanya wajah Arselin saat ini.

Keduanya sedang saling pandang dan ini membuat Archilles dapat melihat jelas bagaimana wajah Arselin merespon tiap gerakan kecil dari pinggul yang Archilles gerakan.

Karena gemas, Archilles pun kembali menautkan bibirnya dan mengajak Arselin untuk kembali bertukar saliva.

Archilles bergerak selembut mungkin di saat pikirannya sedang bergejolak ingin bergerak cepat. Archilles masih sadar, ia masih sadar jika perempuannya itu sedang mengandung.

Tapi, jika seperti ini terus, kapan semuanya akan berakhir?

"Archilleshh..."

"Mmhh? K-kenapa?"

Blood & LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang