31. Desire

144 32 12
                                    

Ada 🔞 tipis-tipis

Ada 🔞 tipis-tipis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuk. Tuk. Tuk.

Archilles mengetuk perlahan pintu kamar Arselin. Agak lama menunggu, sampai di detik berikutnya pintu akhirnya terbuka dan menunjukkan kehadiran Arselin. Perempuan berbadan dua itu terkejut bukan main dan spontan memeluk Archilles. Archilles langsung membalas pelukan rapuh itu sambil memberi banyaknya kecupan di pipi Arselin.

"Maaf aku datang terlambat."

"Kemana saja kamu, Archilles... apa kamu sudah tidak ingin bertemu dengan aku lagi?"

"Jangan sembarangan berbicara. Sejak kapan aku merasa bosan dengan kehadiran kamu? Aku sama sekali tidak merasa demikian." Archilles sedikit melonggarkan pelukannya. "Bahkan aku selalu haus dengan kehadiran kamu. Aku selalu ingin melihat kamu, kapan pun, dan dimana pun."

"Namun, kemana saja kamu kemarin? Kenapa tidak memberi kabar? Kenapa tidak menjawab panggilan batin Rhino?" balas Arselin sengit.

"Ada sedikit masalah... di Kerajaan." ungkap Archilles jujur mau tidak mau.

"Raja marah karena tahu aku tidak ingin kamu pergi," Archilles segera menggeleng tegas. "Tapi kamu tidak perlu khawatir. Aku akan terus berusaha. Kalian harus terus bersama."

Arselin menatap Archilles sendu. Archilles kira Arselin tidak tahu kebohongan yang ditunjukkan oleh sorot matanya itu. Sangat jelas terlihat, Arselin tidak menyangkal kalau akan ada sesuatu yang buruk terjadi.

Ah, memang akan terjadi. Arselin tidak lupa dengan fakta dimana dirinya akan mati.

"Kamu selalu mengatakan kalau aku dan anakku harus selamat dan bersama. Tapi, mengapa kamu tidak pernah mengatakan kalau kita bertiga harus selamat bersama?"

"Percuma kalau kami selamat tapi tanpa hadirnya kamu. Ini akan lebih menyakitkan, kamu tahu itu?"

"Aku tahu." Archilles mengangguk paham. Tangannya mengusap surai hitam Arselin.

"Tapi begitu tahu ini akan segera terjadi, hal yang paling aku pikirkan adalah kalian berdua. Aku menyayangi kalian, jadi wajar jika rasa khawatirku lebih besar terhadap kalian."

Archilles menghembuskan nafas panjang.

"Sudahlah. Aku tidak mau berdebat denganmu. Aku datang karena rindu, bukan karena ingin mencari masalah."

"Kamu bahkan tahu itu."

"Jadi, saling bertukar rindu saja, bagaimana?"

Blood & LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang