Coba bayangkan, bagaimana bisa Archilles dapat ikut berbaur dalam diskusi jika topik pembahasannya saja tentang rencana ingin membunuh dunia Archilles?

Archilles membenci situasi ini. Mendadak rasa muak memenuhi benak Archilles kala melihat satu persatu anggota keluarganya yang begitu tega terhadap dirinya.

Mereka anggap apa Archilles di sini?

Archilles yang tampak acuh membuat sebagian mereka malas menegur atau hanya sekedar meminta pendapat. Archilles beberapa kali dimintai saran, namun kembali, Archilles tampak acuh.

"Bagaimana kalau rencananya diubah? Kita tahu Arselin tidak akan bisa melawan tapi–" Perkataan Neoma tertahan kala melihat Archilles bangkit dari duduknya.

"Archilles mau kemana kau!" teriak Raja yang tidak disahuti Archilles.

Neoma memperhatikan kepergian Kakaknya itu. Neoma menghela nafas panjang karena peka dengan situasi yang sedang terjadi.

Neoma tidak akan menduga kalau semuanya akan berakhir dengan serumit ini. Ikut campurnya perasaan hati dalam masalah ini menjadikan situasi makin sulit diluruskan.

Neoma kasihan sejujurnya dengan Kakaknya itu. Namun bagaimana lagi?

"Ayah, aku susul Kakak dulu."

Raja mengangguk. Anggukan itu lantas membuat Neoma beranjak menyusul Archilles.

Setelah mengikuti jejak bau Archilles, Neoma akhirnya mendapati Archilles tengah berjalan menuju kamarnya.

Tanpa membuang waktu Neoma pun bergegas menyusul Archilles. Begitu sudah berdampingan, Neoma melirik Archilles. Memperhatikan datarnya ekspresi wajahnya.

"Kau sungguhan tidak ingin Arselin mati?"

"Pergilah kalau kau hanya ingin bertanya semacam itu."

"Kau benar-benar telah lupa tujuan."

Archilles menghentikan langkah kakinya, ia menoleh dengan menukikkan alisnya tajam.

"Jadi kau ingin berkhianat?"

Kening Neoma mengkerut.

"Apa maksudmu?"

Archilles membalikkan badannya hingga menghadap Neoma. Dipandangnya saudara perempuannya itu dengan tatapan serius.

"Selama ini kau telah bersikap seolah kau membantu aku dan Arselin. Kau bahkan banyak mengambil peran dalam menjaga Arselin yang tengah mengandung. Menyimpankan ini itu, menyarankan ini itu, kau juga sukarela membantu dalam merubah wujud. Apalagi? Tidakkah semuanya jelas kalau kau berpihak pada kami?"

Mendengar itu Neoma lantas mendengus sedari membuang pandangannya. Di detik berikutnya Neoma kembali menatap Archilles dengan tatapan dingin.

"Aku baik bukan berarti aku lupa dengan alasan mengapa Arselin bisa di sini."

"Aku menghargai sisa waktu yang Arselin punya di dunia ini. Aku menghargai karena ia adalah Istrimu, Kakak Iparku–" jeda sejenak. "– Sekalipun ini tidak akan selamanya terjadi."

"Istrimu itu akan mati pada akhirnya."

"Kau tidak bisa menolak takdir ini. Rencana awalnya memang seperti ini, bukan?"

Blood & LightWhere stories live. Discover now