"Eh --- kamu ikut temenin aku makan Ai! Aku nggak bisa makan sendiri" alibi Ona.

Aina berdecak pelan, "boong kamu, aku sering liat kamu makan bakso sendiri kalo curut kamu lagi rapat"

Ona menyengir kuda mendengarnya. Ternyata dia tidak pandai berbohong. "Hadeh kamu sering liat juga, yaudah gih makan aja"

Aina menurut, lagipula dirinya juga lapar, sekarang sudah jadwalnya makan siang, jadi tak salah jika dia menerima tawaran yang menggiurkan.

Mereka berdua makan dengan sesekali ngobrol ringan. Tidak sampai lima belas menit mereka telah selesai dengan sesi makan siang itu.

Mereka berdua duduk diteras sambil menikmati udara segar.

"Nah poin yang agama udah berapa tadi" tanya Aina yang sedang sibuk chatingan dengan temannya.

"Tadi sampai sholat berjamaah, kurang nih yang ngurus jenazah, aku belajar sebentar dulu"

"Okey" Aina kembali menatap handphone ditangannya. Dan memposisikan duduknya pada senderan kursi.

"Ayo Ai, aku siap nih"

"Yang bener aja, belum lima menit, awas aja kalo salah"

"Enggak nih, aku kan pinter mana ada kata salah?" Ucap Ona sambil menepuk dadanya dengan bangga.

Aina tak menggubris, dia membuka laman web pada handphonenya yang menampilkan jawaban-jawaban SKU.

"Mulai"

"Jadi, cara mengurus jenazah itu singkat saja, untuk jenazah laki-laki diurus oleh orang yang sudah ditunjuk sebelum jenazah meninggal, atau kerabat terdekatnya. Begitupun sebaliknya dengan jenazah perempuan ..."

" ... Emm, suami boleh mengurus jenazah istrinya, begitupun sebaliknya ..."

Aina mengangguk-angguk paham.

Ona melirik sebentar Aina yang fokus menyimak dirinya, lalu ia menarik nafas sambil berusaha mengingat apa yang ia pelajari. "Untuk jenazah anak-anak boleh diurus oleh siapapun karena tidak ada batas aurat ..."

"Dan jika ada seorang laki-laki yang meninggal dikalangan masyarakat perempuan, yang artinya tidak ada laki-laki satupun maka jenazah cukup di tayamumkan saja"

"... Terakhir, orang islam tidak diperbolehkan mengurus jenazah orang kafir, atau non islam"

Aina bertepuk tangan ria, ia sangat senang karena temannya yang satu ini mempunyai otak yang lancar seperti aliran air disungai.

"Lanjut ... Silahkan pelajari bab-bab lain bestie, aku yakin kalo gini terus nggak sampe satu hari selesai"

Ona tersenyum manis "waduh, terbang nih"

"Jujur kamu pinter si, pake banget" Aina berkata dengan jujur. "itu otak apa jus apel dah, encer banget"

"Hadeh ada-ada aja Ai"

Mereka berdua terkekeh, selanjutnya Ona belajar untuk bab-bab selanjutnya, seperti bab ASEAN, sejarah pramuka, penyakit, pancasila, dan lain sebagainya.

Sampai waktu menujukkan pukul setengah empat sore, mobil hitam masuk kedalam pekarangan rumah Ona.

"Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang tim ---"

"Assalamu'alaikum" sapa laki-laki yang menginjakkan kakinya dilantai teras.

"Waalaikumussalam" jawab kompak keduanya.

"Eh ada tamu nih, siapa Na?"

Ona mendongak dan memutuskan perkataannya yang sedang setor SKU. "tumben pulang cepet bang?" Ona berdiri menyalimi tangan abangnya, diikuti Aina.

"Iya nih nggak ada kelas malam sih"

Ona membulatkan mulutnya. "Hem, kenalin ini Aina temen pramuka Ona bang"

"Aina ini abang Raka"

Aini mengangguk, "salken bang, Aina"

Raka mengangguk paham, "Raka, abangnya si Ona, yang paling ganteng" dengan pedenya Raka mengusap dagunya yang mulus tanpa jenggot.

"Dih bukan abang aku itu mah" Ona bergidik ngeri melihat tingkah abangnya, sedangkan Aina hanya cekikikan sendiri. Raka langsung beranjak keatas menuju kamarnya.

Aina melirik jam yang bertengger cantik didinding ruang tamu rumah Ona. Bulatan berwarna hitam dengan jejeran angka diseputar benda itu menunjukkan angka setengah lima sore.

"Hem, Na aku pulang dulu ya, setor lanjut besok aja kamu dateng ke kelas, udah sore nanti aku dicariin ayang" Aina terkikik sendiri dengan ucapannya.

"Dih emang punya ayang?"

"Ya enggak si, this crush not peka, hehe" bisik Aina sambil senyam-senyum sendiri.

"Kaga peka bangga"

"Serah lah, yodah aku pamit, salam juga buat ortu kamu" Aina bangkit dari duduknya sambi menenteng ransel biru miliknya.

Ona mengantarkan hanya sampai didepan pintu, niatnya mau sampai depan gang, tapi kayaknya terlalu serem, hehe.

Ona pun masuk kembali kerumah saat melihat motor matic milik Aina bergerak menjauh dari rumahnya.

"DOR!"

"AS --- ASTAGHFIRULLAH" pekiknya saat menutup pintu, tepat disaat ia membalikkan badan wajah Raka berada dekatnya.

"MAKSUDNYA APA BANG!"

Raka reflek menutup telinganya dengan kedua tangannya. "Ya rabbi ampunilah hambamu ini, punya adek laknat yang kagetan dan hobinya teriak-teriak"

"... Asalkan teriakannya selembut salju mungkin hamba tahan, tapi ini sekeras bom atom dan sekasar cakaran jamal ya allah, ampunilah hambamu" Ucap Raka sambil mengangkat kedua tangannya.

"Innalilahi wa inna ilaihi raji'un ..."

Raka melotot menatap manik mata Ona, "siapa yang meninggal dek?"

Ona mendengus kesal sambil menahan amarahnya yang akan meledak sebentar lagi, "OTAK ABANG!"

"Astaghfirullah dek kamu ini berdosa banget"

"Apa salah dan dosaku sayang ... cinta suciku kau buang-buang ... Dengan jurus yang kan ku berikan ... jaran goyang ... Jaran goyang"

"Asek ...."

Ona berlari terbirit-birit saat abangnya bergoyang tak jelas seperti bebek adus kali.

vote jangan lupa besti, makasih bye

ty

LOVING AMBULANCEΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα