CHAPTER 29

7 2 0
                                    


29. BEGIN OF DESTRUCTIONS

Matahari mulai menampakkan dirinya, cahaya nya yang langsung menembus jendela dan mengganggu tidur Cayena. gadis itu mengerjap pelan.

Ia meringis ketika merasakan kepala nya yang berdenyut nyeri. Ia berusaha bangkit, gerakan nya tertahan. Mata Cayena terbuka sempurna saat menyadari ada tangan yang melingkari pinggang nya.

"kau sudah bangun, baby?" suara berat terdengar, Cayena langsung membalikkan badan nya. Damian, pria yang memeluknya adalah Damian. Kini mereka tidur dengan posisi saling menghadap, jangan lupakan juga tangan pria itu yang masih bertengger di pinggang nya.

Cayena masih tampak berusaha untuk mengingat-ingat kejadian kemarin malam, bagaimana bisa ia berakhir disini. Jika tebakan Cayena benar, ia sekarang pasti sedang berada di kamar pria itu.

"apa kau lapar?"

Cayena menggeleng pelan, ia berusaha mencari ponselnya. Akhirnya ia memilih bangkit dan mencari keberadaan benda pipih itu.

"apa kau mencari ini?" Damian mengeluarkan sesuatu dari saku celana nya, itu ponsel milik nya. "benda ini terlalu berisik, jadi aku mematikan nya"

Damian memang tampak biasa saja, tapi sebenarnya lelaki itu tengah menahan kesal. Itu semua karena Nicholas, pria itu menghubungi Cayena dari kemarin. Tidak terhitung berapa banya pria itu menguhubungi Cayena hingga Damian mematikan ponsel itu karna jengkel.

"kemarikan" Cayena berusaha meraih ponsel nya, tapi ia mengernyit kesal ketika Damian malah menjauhkan ponsel nya dari jangkauan nya. kenapa pria itu bertingkah menyebalkan seperti ini?

Cayena harus menghubungi Nicholas, mereka ada janji pagi ini. Ia berjanji akan menemani pria itu untuk menemui ibunya, ada hal yang harus Nicholas cari tahu hingga ia membutuhkan bantuan Cayena untuk menemaninya.

Tapi sekarang Cayena malah tertahan oleh pria di hadapan nya ini, sialan. Seharusnya ia tidak minum kemarin.

"kau harus sarapan terlebih dahulu, baru aku akan mengembalikan ponsel mu" Damian ikut bangkit, ia memasukkan ponsel Cayena ke dalam saku celana nya. alis nya terangkat saat Cayena malah diam menatap nya, seperti nya gadis itu kesal dengan ulah nya. "kau ingin menghubungi sahabat mu itu? Dia sepertinya sangat khawatir padamu" Damian melangkah hingga ia sampai di hadapan Cayena, ia memperhatikan raut wajah gadis itu.

"aku tidak suka", Damian mengusap sisi wajah Cayena perlahan. Atomosfer mereka terasa berat, "apa benar kau hanya menganggap nya sebagai sahabat mu saja?"

Perkataan Damian membuat Cayena tercekat, seharusnya ia langsung membantah. Nicholas adalah sahabat nya, tapi kenapa perkataan itu tidak ingin keluar dari mulutnya?

Melihat keterdiaman Cayena membuat Damian menarik tangan nya kembali, ia sudah bisa menyimpulkan dari reaksi gadis itu. "ayo kita sarapan."

****

"gadis ini sangat payah, kenapa dia lama sekali untuk sadar?" Diana menggerutu sebal, bahkan dia sudah sempat menendang wajah gadis yang baru saja diserahkan Liona padanya.

Ia mendengus dan kembali duduk di kursi yang tadi ia tempati, ia bahkan menyempatkan diri untuk memijak telapak tangan gadis yang ia ketahui bernama Leah itu. Terdengar lenguhan gadis itu, tapi ia juga belum sadar. Dia itu pingsan atau sudah mati sih?

Dia meraih botol Vodka di sampingnya, awalnya ia menyiapkan ini untuk gadis yang sedang pingsan itu, memukulkan botol ini ke wajah nya pasti menyenangkan. Tetapi ia menjadi bosan karena sudah hampir satu jam berlalu dan gadis itu masih belum sadar juga.

Ia meminum Vodka di tangan nya, apa ia lempar saja gadis itu ke kolam?

Sepertinya bukan ide yang buruk.

Diana bangkit, ia meraih kaki Leah yang tergeletak di lantai dan menyeret gadis itu keluar. Ia terlalu malas untuk memanggil orang lain saat ini.

Tidak butuh waktu lama Diana sudah berhasil membawa Leah ketepi kolam renang nya, ia berdecak melihat Leah yang juga tidak sadar setelah diseret sejauh ini. Apa Liona memukul nya terlalu keras atau gadis ini yang terlalu lemah?

Tanpa pikir panjang lagi, Diana mendorong tubuh Leah ke dalam kolam. Awalnya tidak ada reaksi, tubuh gadis itu langsung tenggelam. Tapi sesaat kemudian air di depan nya mulai bergemercik. Dan tak lama kemudian tubuh gadis itu kembali muncul kepermukaan.

Diana bersidekap melihat Leah yang sedang sibuk meraih udara, gadis itu juga tampak menggigil kedinginan. Air kolam itu pasti sangat dingin mengingat hari yang sudah menunjukkan pukul dini hari, terlebih sebentar lagi mereka sudah memasuki musim dingin.

"akhirnya tuan putri sadar juga" Leah yang masih berada di dalam kolam berusaha untuk keluar, tubuh gadis itu bergemetar hebat. Ia hampir saja mati tenggelam, ia naik dari kolam dengan susah payah.

Leah memeluk dirinya sendiri, "s-siapa?" tanyanya dengan gemetar, hal yang terakhir kali diingatnya adalah ada seseorang yang menyeretnya pergi dengan brutal. Bahkan orang itu sempat memukulkan kepala nya kedinding, ia masih dapat merasakan kepala nya yang berdenyut nyeri.

"me?" Diana menyeringai, "kau bisa menganggapku malaikat pencabut nyawamu" mendengar hal itu membuat Leah bergidik ngeri, perempuan di hadapan nya sepertinya bukan orang baik. Ia harus bisa kabur dari sini.

Diana mencebik saat melihat Leah yang berlari kabur, gadis itu sangat merepotkan. Ingatkan dia untuk mematahkan kaki gadis menyebalkan itu nanti. Ia berjalan santai menuju arah Leah yang sudah berlri jauh di hadapan nya, gadis itu tidak akan bisa kabur. Di depan pintu ada belasan anak buah nya yang berjaga.

"lepasin! Biarin aku pergi!"

Teriakan Leah mulai terdengar, percuma saja gadis itu berteriak. Tidak aka nada yang menolomg nya disini, lagipula dia bukan yang pertama. Sudah berapa banyak orang yang berada di posisi nya selama ini?

Diana lupa.

"hentikan teriakan mu itu, kau sangat berisik"

"tolong lepaskan aku! Aku tidak tahu apa yang membuatmu membawa ku kemari, kau pasti salah orang!" Leah berteriak dengan putus asa, ia sangat ketakutan. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh orang ini terhadapnya. Tapi mengingat kejadian di kolam renang tadi, sepertinya perempuan dihadapan nya ini tidak akan segan-segan untuk membunuhnya.

Deringan ponsel Diana menghentikan nya yang hendak melangkah menghampiri Leah, ia memilih untuk meraih ponsel yang berada di saku nya.

Little monster.

"kalian urus dia, terserah mau kalian apakan. Aku ada urusan" Diana berjalan menjauh, mengabaikan teriakan Leah yang semakin menjadi dibelakangnya. Ia akan melanjutkan urusan nya dengan gadis itu nanti, ini lebih penting.

Ia menjawab panggilan itu, "sono stato catturato"

"shut up, kau pikir aku bodoh?"

"ku pikir kau tidak akan menyadari nya karna sibuk dengan kekasih mu itu" Diana tersenyum geli, ia dapat membayangkan ekspresi kesal lawan bicaranya ini. Pasti akan sangat menyenangkan jika ia dapat melihatnya secara langsung.

"pulanglah ke italia, jangan mengganggu ku disini"

"kau sangat jahat, padahal aku datang untuk mu. Dan kau malah mengusirku?"

"whatever, tapi kau jangan pernah mengganggu dia. Aku tidak akan membiarkan mu jika kau sampai melakukan nya"

Diana menyeringai mendengarnya, cinta benar-benar bisa merubah seseorang. "kau menyeramkan sekali, aku tidak akan menyentuh sehelai rambut nya sekalipun." Pandangan Diana jatuh pada bulan yang bersinar terang di atas langit, "kau juga pasti tahu akan sangat merepotkan jika aku menyentuhnya kan?"

Tidak ada jawaban dari lawan bicaranya.

"akting mu sangat bagus, mengencani gadis biasa? Bullshit." Diana menghela nafas berat, "tapi kau sadar kan dengan resiko mengencani nya?". kali ini genggaman Diana pada ponsel nya mengerat. "nyawamu dalam bahaya, little brother."

THE TWO GREAT SEDUCER'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang