21

54 12 0
                                    

"Jangan gila lo." desis Hyuka.

Mata Soobin yang berair itu berkedip, membuat air matanya jatuh membasahi pipi. "Gue beneran, Hyuka. Gue nggak tau mulai dari kapan rasa itu muncul." Kemudian dia menunduk. "Sorry, I love you."

"Sorry that I like you so much, I'm sorry. I tried to hide my feelings, but I guess it was too obvious."

"I'm sorry. That I like you,"

Jadi ... ini alasan kenapa Soobin yang selalu mencurahkan perhatiannya pada Hyuka? Yang selalu mengiriminya pesan setiap hari? Yang selalu menunggunya saat sedang ada jadwal ekskul? Yang selalu berusaha untuk memenuhi semua kebutuhannya?

Karena Soobin menyukainya?

Gila.

Hyuka tidak menyangka.

"Gue ..." Suara serak Soobin kembali terdengar.

"... rela kalo mati di tangan lo."

***

"BAEJIN, SOOBIN DI MANA?!" Sanha berteriak ketika Baejin sampai di rumahnya bersama Jihoon.

"Sabar anjir." kata Baejin sebal.

"GIMANA BISA SABAR? INI MENYANGKUT NYAWA KEMBARAN GU—hmph!"

Jihoon membekap mulut Sanha. "Berisik. Lo kalo cuma berisik kayak gitu nggak bakal bisa bantu nemuin Soobin."

Baejin memegangi kepalanya yang terasa pusing. Samar-samar potongan-potongan kejadian terekam di otaknya. Ledakan, rintihan, darah, tang, bola mata dan gergaji terekam dengan jelas.

"T-taehyun ..."

"Taehyun kenapa?! Soobin kenapa?!" Sanha bertanya panik.

"Udah terlambat buat nyelametin Taehyun." Baejin berkata parau. "Tapi mungkin kita belum terlambat buat nyelametin Soobin."

"YA UDAH, AYO! GERCEP! CEPETAN! KALO SOOBIN KENAPA-NAPA, NANTI LO GUE TENDANG KE ANTARTIKA, YA!"

Jihoon menutup kupingnya yang terasa pengang karena teriakan Sanha. "Ke kamar lo, cepetan. Kita ke lemari lo."

"Ngapain?"

"Buat selametin Soobin."

"Soobin ada di lemari gue?!" Sanha memekik terkejut kemudian berlari ke dalam rumah, tepatnya ke kamarnya.

"Nggak, lah, dodol. Kita bisa masuk ke dimensi lain pake lemari lo." kata Jihoon yang menyusul Sanha bersama Baejin.

"Jadi lemari gue itu pintu buat ke dimensi lain?"

"Banyak tanya lo." Tangan Baejin terangkat, kemudian meraup wajah Sanha. "Katanya gercep, lo sendiri banyak omong."

"Iiihh ..." Sanha merengek.

Jihoon mengernyit jijik sebelum akhirnya menutup mata. Mulutnya merapalkan beberapa mantra di depan lemari Sanha. Tak lama kemudian, lemari itu terbuka dengan sendirinya, di dalamnya terlihat sebuah portal.

"Ayo masuk. Waktu kita nggak banyak."

***

Felix berjalan dengan riang sambil bersiul. Namun langkahnya harus terhenti ketika melihat sebuah pintu yang tiba-tiba terbuka dan menampilkan tiga sosok titan ehm yang keluar dari sana.

"Siapa kalian? Oh?" Alis Felix terangkat. "Bae Jinyoung? Park Jihoon? Dan ... Choi Sanha? Ngapain ada di sini, hm?"

"Loh, Felix?!" balas Sanha. "Kok lo punya tanduk?!"

PuzzleWhere stories live. Discover now