47

59.4K 2.6K 72
                                    

Bara membukakan pintu untuk Ara serta memasangkan sabuk pengaman. "Ara, nanti malem aku mau ngajak kamu makan malam di rumah aku."

"Tapi aku takut nggak diterima Bar."

"Jangan salah Ara, justru mama seneng kalo aku ngajak kamu."

"Bukan tante Liana Bar."

"Terus?"

"Papa kamu, aku takut papa kamu nggak nerima aku."

Bara menangkup kedua pipi Ara. "Dia bakal nerima kamu, percaya sama aku. Kamu mau kan?" Ara mengangguk pelan, hal itu membuat Bara tersenyum.

Bara menghentikan mobilnya di sebuah butik. "Bara, kenapa berhenti?"

"Ayo, ikut aku."

Bara membawa Ara masuk butik. "Bara, kenapa kita ke sini?"

"Nanti kamu tau sendiri."

Pelayan perempuan datang menghampiri Ara dan Bara. "Selamat datang di butik kami, ada yang bisa saya bantu mas?"

"Bawakan dress terbaik untuk acara makan malam."

"Bara, ini terlalu berlebihan, aku udah punya dress di rumah."

"Nggak ada yang berlebihan jika menyangkut kamu Ara."

Bara menunggu Ara untuk mencoba dress. Tak lama Ara keluar dari ruang ganti dengan dress dibawah lutuh dan lengan balon panjang.

"Bara."

Cowok itu menoleh, Bara mengerjabkan matanya. Bara menatap dari bawah sampai ujung kepala Ara. Ara begitu cantik dengan dress yang dipakainya, apalagi heels yang tidak terlalu tinggi dengan warna bening melekat dikaki putih Ara, menambah kesan anggun pada gadis itu. Mungkin memang dasarnya Ara yang terlahir cantik, dipakaikan apapun terlihat cocok.

Sementara Ara yang ditatap Bara dari atas sampai bawah merasa gugup, ia takut terlihat aneh dimata Bara.

"Bar?"

"Eh iya?" Bara tersadar dari keterpakuanya pada Ara.

"Aku nggak cocok pake ini ya?" Tangan Ara memainkan jemarinya untuk menetralkan kegugupanya.

"Siapa bilang? kamu cantik banget sayang, aku sampe terpesona."

"Jangan gombar Bar."

"Aku nggak gombal Ara, kamu beneran cantik."

Ara menggigit bibirnya untuk menahan senyumnya.

***

Ara berkali-kali menatap penampilanya dicermin.

"Ternyata aku cantik juga, xixixi." Ara tertawa sendiri.

"Tuhan, terimakasih untuk semua kebahagiaan ini."

Tok! tok! tok!

"Non, sudah ditunggu Den Bara di ruang tengah."

"Iya Bik, Ara sebentar lagi turun." Ara mengambil sling bag dan memakainya. Ia lantas keluar kamarnya.

Terlihat di ruang tamu Bara tengah bercengkrama dengan Yudha. Kedua laki-laki beda usia tersebut menoleh ketika menyadari kedatangan Ara.

"Sudah siap?"

"Iya."

"Om, saya pamit dulu."

"Kalian berdua hati-hati di jalan, jangan bawa Ara ke tempat aneh-aneh selain rumah kamu, dan jangan pulang terlalu malam Bar, Ara mudah lelah."

ANANDITASWARA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang