22

47.4K 2.5K 53
                                    

Ara memandang bangunan dengan gerbang yang menjulang tinggi. Para penjaga langsung membukakan gerbang ketika melihat mobil Bara. Pertama kalinya Ara melihat rumah Bara terletak di kawasan elit.

Bara membawa Ara masuk ke rumahnya, interior yang digunakan juga tidak main-main. Bara memasuki lift dengan Ara yang selalu mengikutinya.

Bara menuju ke kamar Liana, mata Ara langsung menangkap seorang wanita sedang bersandar di kepala ranjang dan laki-laki yang duduk di sofa.

"Ma."

"Bara?"

Bara memeluk Liana, ibu dan anak tersebut saling melepas rindu dengan pelukan. "Mama kangen Bara, kenapa Bara nggak pernah pulang?"

"Bara nggak mau tinggal serumah sama papa."

Dapat Ara lihat Bara sangat menyayangi Liana, tatapan Bara juga begitu lembut, beda dengan Bara yang sering ia lihat.

Liana dibuat cemas ketika menemukan luka lebam di pipi dan sudut bibir Bara. "Bara, ini kenapa? siapa yang sudah berani nonjok anak mama?"

Bara melirik Gavin yang sedang menggulir tabnya dengan tenang.

Liana mengikuti arah pandang Bara, wanita itu mengepalkan tangannya.

Meski tubuhnya masih lemas, namun Liana memaksakan diri turun dari ranjang.

"Mau kemana ma?"

"Kasih pelajaran sama orang yang udah nonjok anak mama."

Bugh!

Satu pukulan mendarat di wajah Gavin.

"Apa yang kau lakukan?!" desis Gavin.

Gavin mencoba menahan emosinya, ia tidak ingin lepas kendali dan membuat kondisi Liana kembali memburuk.

Gavin marah bukan karena sakitnya pukulan dari Liana, bahkan pukulan wanita itu sangat lemah. Ia marah karena perlakuan tidak sopan Liana terhadap dirinya. Ia suaminya, ia pikir tidak sepantasnya seorang istri memukul suaminya di depan anak.

"Berani sekali kau memukul anakku!"

"Anak kita Li, kita membuatnya bersama." Gavin memberi peringatan.

"Lantas kau berhak memukulnya begitu?!"

"Pantaskah seorang anak menyebut bresek papanya sendiri? aku menyekolahkannya bukan untuk menjadi anak kurang ajar," ucap Gavin dingin.

"Lalu apa sebutan yang pantas untuk laki-laki selingkuh sepertimu?!"

Gavin meletakkan tabnya di meja, lalu berdiri. "Aku tidak berselingkuh Li."

"Aku ingin cerai darimu! jangan khawatir, aku tidak akan minta harta sepeserpun darimu!"

"Aku tidak akan menceraikanmu!" ucap Gavin dengan tegas. Ia sangat benci dengan kata perceraian.

"Apa kamu mau Bara jadi anak broken home? pikirkan baik-baik Li, jika kita bercerai, yang kena dampak terburuknya adalah Bara. Aku tidak ingin Bara kekurangan kasih sayang dari kita."

Liana terdiam, ia mulai luluh dengan perkataan Gavin.

"Kita bicarakan ini baik-baik ya? jangan mengambil keputusan ketika sedang marah." Liana mengangguk samar.

"Ini masalah keluarga, yang bukan bagian dari keluarga ini bisa keluar."

Ara tau Gavin sedang menyindirnya. Ara membalikan badan berniat pergi.

"Mau kemana?" Bara menahan tangan Ara.

"Aku nunggu di luar ya?"

"Lo tetep disini."

ANANDITASWARA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang