[10] Pasal 369 KUHP

134 100 47
                                    

Keberadaan yang paling menyakitkan di kehidupan gue adalah memiliki keluarga yang tidak berkekeluargaan.

Reyna__

_______

Setiap manusia mendayung perahu di dalam kehidupannya. Untuk merubah hal-hal di kehidupannya agar menjadi lebih baik, mereka sering lupa bahwa hidup bukan hanya soal mendayung saja. Ada kayu, paku, perahu, air, dan peran paling penting, yaitu diri sendiri yang akan mengendalikannya. Setelah mendapatkan komposisi, properti, gengsi, dan kekuasaan, manusia akan lupa proses pembentukan yang mereka alami. Dan tapi, ini bukan tentang mendayung perahu. Untuk memberi kebahagiaan, sebagian orang membelinya dengan uang.

Alih-alih bermonolog, gue termangu melihat ke arah pak Wito yang tengah menyiram bunga dan rerumputan di samping pagar. Sore hari sepulang sekolah gue sengaja 'tak mengganti seragam dan duduk tanpa alas di depan pintu rumah.

Selasa sore, 12 Januari 2020. Gue masih Reyna yang sama. Dengan Reyna 18 tahun yang lalu. Merasa hampa sekalipun banyak warga yang menggirang dan menghibur gue, terutama mbak Jihan dan pak Wito. Mereka selalu berusaha membuat gue bahagia, mereka adalah dua orang yang gue miliki; sayangi, dan yang sudah gue anggap sebagai keluarga sendiri. Walaupun, hitungannya pak Wito adalah orang baru.

"Non! Kok gak masuk dulu buat ganti baju?" tanya Mbak Jihan saat mendapati gue masih memakai seragam SMA di depan pintu rumah.

"Lagi males, Mbak," jawab gue terang-terangan.

"Males apa capek?" tanya Mbak Jihan yang paling dapat memahami keadaan gue.

"Dua-duanya, deh!" Gue menjawab dengan senyum lebar.

"Bisa-bisanya anak sekolah males, ayo ganti baju dulu!" ajak Mbak Jihan dengan nada bercanda sembari mengulurkan tangan kanannya pada gue.

Gue kemudian pasrah dan menerima uluran tangan dari Mbak Jihan.

Gue kemudian pasrah dan menerima uluran tangan dari Mbak Jihan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Visual~Pak Wito~Sopir/Tukang kebun Gue)

____

"Loh! Kenapa toh ini-ni?" keluh Pak Wito yang terdengar oleh gue dan Mbak Jihan.

"Ada apa, Pak?!" tanya gue sedikit berteriak.

"Ini lo Non, kok tiba-tiba airnya berhenti," jawab Pak Wito dengan memutar-mutar keran.

"Ah, yang bener aja, Pak?" tanya Mbak Jihan dengan serius.

"Iya Mbak, ini lo gak bisa udah tak puter-puter," jawab Pak Wito dengan memperlihatkan aksinya kepada Mbak Jihan. "Kan, gak bisa toh," tambahnya.

 My Long Feeling Where stories live. Discover now