[11] Per-Lampir-an

102 88 44
                                    

(Nenek Lampir 😂)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Nenek Lampir 😂)

----

"Lo bener-bener terkutuk, Krey," ucap gue di dekat telinga Krey.

"Terkutuk?" tanya Krey menatap tajam gue.

"Lo bisa-bisanya punya pacar tante-tante kaya gitu," ucap gue asal-asalan.

"Pacar? Tante-tante?" Krey tertawa miris mendengar ucapan gue.

"L--"

"Hey!!!" teriak perempuan yang mengenakan dress biru elektrik. "Gue di sini mau lo nurutin kemauan gue, ya, Krey! Bukan liat lo bisik-bisik sama Lampir gila, itu!" lanjutnya dengan nada menyentak-nyetak.

Gue membelalakkan mata pada perempuan di depan Krey.
"What? Lo ngatain gue Lampir gila?"

"Heh!" teriak gue "Yang Lampir itu lo!" lanjut gue 'tak terima, "udah Nenek Lampir, ngancem, gatel pula!!!"

Semua orang membulatkan mata ke arah gue yang sedang marah-marah. Tak disadari ada kata kasar yang gue lontarkan hingga langsung mengalihkan pandangan orang-orang di sekeliling pada gue.

Pak Wito dan Mbak Jihan pun tercengang saat mendengar gue berteriak kasar kepada orang. Krey menatap gue lalu menghela napas panjang sambil mengusap datar wajahnya.

"Hah?! Lo bilang gue Nenek Lampir? G-atel? Sadar! Mulut dan kelakuan lo itu gak beradab buat anak yang masih berpendidikan." Perempuan itu menyeringai kecut. Wajahnya terlihat merah padam.

"Heh, Mbak! Gak usah ngomongin pendidikan. Bukannya yang harusnya lebih beradab itu Anda karena sudah tua tapi gak masih berperilaku seperti anak TK."

Perempuan itu menatap gue tajam, "hei ...!!!" teriaknya sangat keras sambil melayangkan tangannya ke arah gue.

"Stop!" Krey memegang tangan perempuan tersebut. Gue sedikit gugup karena hendak ditampar, untungnya Krey telah berhasil menghentikannya.

"Pergilah!" perintah Krey pada perempuan berdress biru elektrik.

"Pergi?" Perempuan itu berdecih pelan dengan menahan diri.

"Gue akan telepon lo nanti, sekarang pergi kalo lo gak mau reputasi lo hancur," jelas Krey memperingati sembari melirik pemandangan sekeliling. Benar, mungkin ada lebih dari dua puluh orang yang mengerumuni gue, Krey, dan perempuan tersebut.

Karena sudah berkaitan dengan reputasi, perempuan itu menyadari bahwa hal yang barusan Krey katakan ada benarnya. Walaupun sesungguhnya keinginannya adalah mencabik-cabik gue, tapi dia sudah mati lebih dahulu dengan angan-angan reputasinya.

 My Long Feeling Where stories live. Discover now