[14] Album Foto

63 48 26
                                    

Di dunia ini ada yang tidak bisa ditebus, bahkan tidak bisa diputar ulang kembali.
Dia adalah bernama waktu.
Sekeras apapun kamu menyesali dan sekeras apapun kamu memintanya kembali, dia tidak akan pernah kembali jika hanya untuk merasakan rasa sakit yang sama lagi.

Writer~

--------

"Krey,"

"Apa?"

"Jangan bilang Mbak Jihan soal tadi, ya?" pinta gue memelas setelah turun dari grab car.

Krey menatap gue malas. "Mau bohong, lo?"

"Gak bohong, 'kan gak ditanya, jadi gak usah bilang apa-apa kalo Mbak Jihan gak tanya," terang gue masih dengan wajah memelas.

"Pinter ngeles," balas Krey sembari berjalan mendahului gue.

"Kenapa berhenti? Gak mau masuk lo?"

Sumpah laki-laki itu dari tadi nyablak Mulu. Wajah sama nada bicaranya kek orang tua yang lagi marahin anaknya.

"Reyna!"

"Iya-iya!" cetus gue dengan sengit. "Sensi mulu dari tadi,'' pekik gue langsung lanjut berjalan dan melewati Krey begitu saja.

Semenyebalkan apa pun Krey, dia sudah berperilaku baik kepada gue. Setelah diantar olehnya gue merasa lebih baik walaupun agak 'tak tahan dengan sikapnya.

"Makasih," ucap gue setelah berdiri di depan pintu rumah.

"Jangan keluar rumah kalo lagi gak enak badan."

Gue menyeringai. "Gue tahu-gue tahu," jawab gue. "Gak ada yang lain apa dari tadi ngomong gitu mulu."

"Ada!" Krey menatap serius gue. "Jangan keluar sendiri!" sambungnya tegas.

"Argh ... Kek emak-emak aja lu," komentar gue.

Tanpa menjawab. Kemudian Krey pergi meninggalkan gue.

"Sinting!"

"Ngapa lo berhenti?" tanya gue saat Krey kembali menghadap gue.

"Mana Mbak Jihan?" tanyanya sambil berjalan mendekat.

Gue melotot. "Krey! Berhenti gak lo!"

Laki-laki itu terus mendekat ke arah gue. "Krey ... Iya-iya besok lagi gue gak keluar sendiri, gak keluar pas gak enak badan!"

Krey menghentikan langkahnya. "Gue pegang omongan lo!" ucap Krey. Kemudian dia kembali melangkah pergi dari rumah gue.

"Hih ... Manusia satu itu emang gila, sinting!" kesal gue sambil menghentakkan kaki.

--------

Mendengarkan dan menyanyikan lagu adalah hal yang paling menyenangkan bagi gue. Jika dapat mengetahui tempat untuk mendengarkan dan menyanyikan lagu dengan nyaman, gue pasti akan mendatangi tempat tersebut. Untuk itu, gue pergi ke Studio Musik Senya.

Pertama kali saat gue berkunjung adalah hari di mana Mbak Jihan mengirimkan pesanan anaknya di kantor JNE, setelah pulang mengantarkan pesanan tersebut, gue melihat ada banner festival musik di persimpangan jalan yang 'tak jauh dari Studio Senya. Begitu melihat rekomendasi musik-musik dan lagunya gue langsung tertarik dan mendatangi tempatnya. Dan benar saja, tempat, alat, musik, lagu, semuanya benar-benar sesuai dengan harapan gue. Melihat dan mendengarkan secara langsung membuat penat-penat di kepala dan tubuh gue gugur satu persatu.

 My Long Feeling Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang