[7] Krey VS Jo

139 125 58
                                    

^Flashback On Kantin^

(Visual ~Anca Sasabira)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Visual ~Anca Sasabira)

----

"Bisa gak diem?!" teriak pemuda berambut gondrong dengan penampilan acak-acakan. "Lo pikir ini sekolahan bapak lo?!" teriaknya lagi. Laki-laki itu berdiri di depan meja kantin sebelah pojok kiri.

"Kalo sekolah bapak gue. Emang kenapa?!" Krey balik tanya dengan wajah songong.

"Sial!" umpatnya dengan mendorong meja, kemudian berdiri menghampiri segerombolan Krey yang masih makan dan tentunya juga ada gue di sana.

"Jadi anak songong amat lo?!" hardiknya kepada Krey.

Bulu kuduk gue langsung berdiri. Kejadian ini membuat gue merasa sangat terancam sebagai anak baru pindahan. Ini adalah makan pertama gue di kantin, namun sialnya hari ini bukanlah hari keberuntungan gue.

"Krey!" Angga memberi isyarat kepada Krey untuk 'tak terus menanggapi laki-laki di depannya. Tapi apakah seorang Krey mau mengabulkan permintaan Angga? Oh, jelas no one is sure about it.

"Jo, Jangan cari masalah!" kalimat peringatan itu meluncur dari bibir Krey. Krey berlagak balik pada laki-laki bernama Jo tersebut.

"Gue? Heh! Lo-lo pada yang cari masalah, bukan gue!" jawab Jo 'tak terima.

"Kelakuan lo-lo pada itu ganggu gue," ucap Jo dengan wajah 'tak suka. "Mau bercanda atau apalah itu. Tapi lo ga seenaknya pake suara toa kaya tadi!" tambahnya bersuara tinggi.

"So? Mau lo?" Krey bertanya dengan mengangkat alis kanannya. " Gue diem? Atau gue nurutin perintah lo?"

"Krey ...." Anca menggelengkan kepalanya pelan. Entah Anca, Angga, ataupun gue, gak ada yang
mengharapkan pertengkaran Krey dan Jo terjadi, di tengah-tengah jam istirahat yang apalagi masih sepagi ini.

"Kenapa jadi nyolot, heh?!" teriak Jo dengan marah.

"Lo dulu yang nyolot. Gue dari tadi biasa aja. Di sini gue duduk, makan, ngobrol. Terus lo? Ngapain lo teriak?! Kenapa, hah?!" Krey berdiri dengan melonggarkan dasinya. "Lo pikir hanya lo yang merasa terganggu?" Krey terlihat lebih marah dari Jo.

"Waduh! Mereka kok malah semakin menjadi, sih?" khawatir Anca dengan wajah cemas.

"Ck! Krey bener-bener kesel kayaknya," jawab Angga dengan menggelengkan kepala.

"Padahal kita cuma mau makan. Eh--kenapa jadi begini?" Anca terlihat sangat frustasi.

Pentingnya berdiskusi untuk memecahkan masalah, tapi mereka berdua malah berdecak khawatir tanpa memecahkan solusi. Gue, apalagi? Status gue menjadi anak baru entah akan miring kemana karena terlibat hal seperti ini. Diam disangka gak perduli, ikut campur disangka sok berani. Itu feeling negatif umum cara manusia menilai manusia yang lain. Iya, 'kan?

 My Long Feeling Where stories live. Discover now