[12] Deg!

70 57 34
                                    

Sekalipun membenci hal-hal yang di luar keinginan, ragamu tidak bisa menolak sebuah kepastian.
Sekalipun tidak dapat dihilangkan, kelapanganmu masih sedikit memberi kebijakan.

Writer~

--------

"Kayanya beneran tersumbat," gumam Krey.

"Beneran tersumbat?" tanya gue sembari berjongkok di depan Krey.

"Kayanya sih iya, soalnya keran yang di samping idup," jawab Krey sambil menunjuk keran di samping garasi mobil.

"Tapi tersumbat apaan coba?" Gue bertanya dengan ekspresi berpikir.

"Mungkin katak atau daun," jawab Krey sembarangan.

Gue memutar bola mata dengan jengah, "iya kali ada katak nyumbat di selang sekecil itu?"

"Namanya juga ber-ke-mung-kin-nan!" jawab Krey dengan mengeja tegas.

"Iya-iya," balas gue dengan nada malas. Malas berdebat.

"Udah jam segini kok gak bisa-bisa ya, Non?" tanya Mbak Jihan dengan khawatir.

"Iya, apa panggil tukang aja ya suruh benerin?" sambung Pak Wito 'tak kalah khawatirnya dengan air keran yang belum bisa mengalir juga.

"Saya coba lagi Pak, siapa tahu bisa," jawab Krey sembari memperbaiki posisi jongkoknya.

"Lo yakin bisa, Krey?" tanya gue mulai meragukannya.

"Gue sih yakin bisa," jawab Krey percaya diru. "Gue coba metode yang pernah papa ajarin dulu ke gue," ucapnya sembari memasukkan pucuk selang ke dalam mulutnya.

Gue terkejut saat Krey sungguh memasukkan pucuk selang ke dalam mulutnya.

Suck water with mouth'. Itulah teknik yang dilakukan oleh Krey. Biasanya hal tersebut dilakukan oleh beberapa orang yang hendak menguras kolam maupun saat mengalami keran yang tersumbat. Teknik itu sendiri dilakukan untuk memancing air agar segera keluar dan bisa berfungsi seperti semula. Walaupun terkesan jorok dan gak nyaman, tapi beberapa orang cenderung berhasil setelah melakukannya.

Ukhuk-ukhuk.

"Waduh!" Pak Wito bergegas mendekati Krey dan menepuk-nepuk perlahan tengkuknya, pemuda itu tersedak air yang tiba-tiba keluar dari selang.

"Non, gak papa?" Lain dengan Pak Wito, Mbak Jihan langsung bergegas mendekati gue yang tengah beberapa kali mengibaskan rambut.

"Waduh! Non Reyna?" Pak Wito membulatkan mata saat tahu gue basah kuyup akibat diguyur air dari selang yang diarahkan Krey ke gue.

"Sorry-sorry!" ucap Krey begitu melihat gue. Dia baru menyadari bahwa gue bahas kuyup karena dirinya.

"Tadi gue respect karena airnya tiba-tiba nyembur ke mulut gue," jelas Krey.

Mendengar penjelasan Krey gue hanya dapat menghela napas panjang, 'tak mungkin bagi gue untuk mengomel dan memarahinya, sebab dialah yang sudah membantu gue.

"Bik Jihan ada handuk?" tanya Krey pada Mbak Jihan.

"Ada, Den!" jawab Mbak Jihan.

 My Long Feeling Où les histoires vivent. Découvrez maintenant