• ①⑧ ┊ 𝚂𝚝𝚞𝚍𝚎𝚗𝚝 𝙲𝚘𝚞𝚗𝚌𝚒𝚕

1.6K 250 3
                                    

[Name] memakai sepatunya dan hendak berangkat sekolah. "Kai yakin bisa berangkat sendiri?" Tanyanya pada sang adik yang masih memakai piyama. [Name] berangkat lebih pagi dari biasanya karena kebagian jadwal patroli pagi bersama Umami. "Iya, nanti Kai naik bus." Menatap adiknya lekat lalu menepuk puncak kepala Kai. "Hati-hati ya, kakak berangkat dulu."

"Dadah kak..."

"Daahh juga."

Selama diperjalanan [Name] memakan roti yang dia buat di rumah sebelum berangkat. Pagi ini terasa begitu dingin, [Name] mengeratkan jaketnya menaikkan resleting sampai menutupi seragam atasnya. Harusnya tadi ia pakai stocking saja tau begini. Rok pendeknya membuat kaki jenjang [Name] terasa kaku kedinginan.

"Pagi kak Umami." Sapanya tanpa ekspresi. Umami memakluminya karena itu [Name]. "Pagi juga, [Name]." Umami tersenyum simpul. Senior yang satu ini memang agak berbeda walau terlihat baik, masa lalunya membuat [Name] menutup mulut rapat-rapat sekaligus menutup mata.

"Yo! [Fullname]!" Mahesa, senior yang diketahui kakak Frey— teman sekelasnya, memiliki sikap seenaknya karena jabatan yang dia punya. [Name] pertama mengenalnya dulu dari cerita Sho yang punya dendam pada Mahesa. "Pagi juga kak Mahesa." Mungkin [Name] cukup diam untuk tidak membuat masalah.

Selagi [Name] tidak dirugikan ia tidak banyak bicara. Walau memang begitu dari awal, tapi tidak ada yang tahu bagaimana gadis tanpa emosi yang tercetak itu melakukan permainannya.

Sudahkah memasuki awalannya?

⊱༻❃༺⊰

"Morning [Name], mau bakpau?" Bungkusan berisi bakpau disodorkan tepat di depan wajah [Name]. Aromanya tercium wangi bukti bahwa bakpau tersebut masih hangat. [Name] mengambilnya satu. "Thank you." Digigitnya bakpau dan merasakan sesuatu yang lumer dan manis di lidah. [Name] mendapat rasa coklat.

"Sama-sama. Tar kalau mau lagi ambil aja ya." Amu tersenyum hangat. Gadis satu itu memang membawa aura ceria, pantas saja banyak yang menyukainya walau kata Upi Amu itu sok imut. Tapi ya, memang lucu sih.

"Pagi kak Umami, mau bakpau gak kak?"

"???"

"Waw bakpia." Mahesa menimbrung.

"Ini bakpau la kak."

[Name] menjauh sedikit dari perbincangan itu. Matanya menangkap Upi dan Enzo yang datang bersama.

"Hei, kok kalian bisa ke sekolah bareng sih? Janjian ya?" Upi mengikuti Enzo sambil tersenyum menggoda. "Nggak, kebetulan aja kok." Jawabnya datar hampir 11 12 dengan [Name]. "Ooh kebetulan~"

"Memangnya kenapa?"

"Kamu suka Amu ya?" Jarinya menunjuk wajah Enzo memastikan hal tersebut. "Kamu salah paham." Jawab Enzo mengalihkan pandangannya. Tanpa sengaja matanya menatap [Name] yang melambai pada murid lain yang menyapanya.

"Eh, lho, maksudnya?"

"Yang aku suka itu, temannya." Wajah Enzo memerah. Lelaki itu malu mengakui perasaannya yang menyukai gadis berwajah datar. Seharusnya wajar saja mempunyai crush seperti [Name], dia hampir menduduki tahta sempurna. Gadis itu punya segalanya. Pintar, berbakat, memiliki segudang prestasi, teman yang baik, kharismatik, dewasa, sopan, dan masih banyak lagi. Terlalu banyak jika disebutkan satu persatu. Benar-benar tipikal girl crush.

Jadi, siapa yang tidak menyukainya? Bahkan perempuan pun banyak yang mengaguminya.

"Owowow, pengagum rahasia lagi?!" Dan Upi masih saja terpukau saat [Name] mendapat pengagum lain. Meski jujur terkadang dia iri, tapi dia justru senang berteman dengan [Name]. Ketika dia pamer sana-sini kalau sang primadona adalah temannya, dia senang karena [Name] menjadi sahabatnya.

𝗘𝗡𝗜𝗚𝗠𝗔  -【ᴡᴇᴇ!!! x ʀᴇᴀᴅᴇʀ】Where stories live. Discover now