• ⓪② ┊ 𝙿𝚛𝚒𝚗𝚌𝚒𝚙𝚊𝚕'𝚜 𝙌𝚊𝚗𝚐𝚘 𝚃𝚛𝚎𝚎

3.9K 461 8
                                    

Hari berlalu. Sungguh, semenjak sekolah di sini [Name] tidak pernah sekali pun melihat hal normal di kelasnya. Bisa-bisanya ayahnya mendaftarkan anaknya di sekolah seperti ini. [Name] sama sekali tidak tahu bagaimana bisa masuk ke kelas yang s̶a̶n̶g̶a̶t bermasalah.

"Baiklah anak-anak Madesu sebelum kelas dimulai, kita absen dulu." Kata pak Eko yang merupakan wali kelas. Dimulai dari absen pertama. "Amu."

"Haderr." Jawabnya sambil membaca buku secara terbalik. Pak Eko curiga dengan salah satu muridnya itu. "Amu lagi ngapain kamu?" Tanyanya. "Eh, baca buku pak." Gugup Amu dengan berkeringat dingin. "Awas kalau kamu main hp." Peringat pak Eko yang dibalas kekehan. "Hehe, iya pak"

"Toro." Pak Eko lanjut mengabsen. "Hadir." Baiklah, tidak ada yang aneh untuk ini.

"Kiki"

"Hadiiiir~" ucap Kiki sambil memotret Amu dengan pandangan yang tidak lepas dari [Name].

Sampailah pada nama [Name] dipanggil. "[Name]." [Name] hanya mengangkat tangannya tanda ia hadir tanpa berkata apa-apa. Ia mengabaikan obrolan Amu dan Toro yang berada di barisan sebelahnya. Sedangkan Pak Eko hanya menghela napas kemudian melanjutkan absen.

Tepat saat itu Upi masuk ke kelas dengan mengendap-endap dari belakang supaya tidak ketahuan.

"Upi."

Upi tersentak. "Eh, ha-hadir pak!"

"Bagus hari ini kamu nggak telat."

"Shoto. Sho? Nggak ada? Ada yang tau Sho dimana?" Pak Eko mengedarkan pandangannya dan tidak menemukan adanya Sho.

[Name] menjawab singkat. "Atap, mungkin?" Ia mengedikkan bahu. "Hah?" Pak Eko mengadah keatas, detik itu juga atap tersebut rubuh dengan puing-puing yang berjatuhan bersamaan dengan Sho. "Disini pak." kata Sho yang terbaring diatas reruntuhan atap sambil mengangkat tangan kanannya.

Pak Eko melihat atap yang bolong ulah muridnya tersebut seolah menyinarkan cahaya ilahi pada Sho yang tepat berada dibawahnya. 'Duh gusti' batin pak Eko lelah. "Lain kali masuk lewat pintu, istirahat siang kamu pergi ke ruang BK."

"Siaaappp." Sho bangkit dan berjalan ke arah bangkunya. "Encok gak?" Tanya Toro ketika Sho melewatinya. "Pinggangku ngilu sedikit." jawab Sho.

[Name] menghela napas. "Pintu udah disediain malah lewat atap." Rupanya gumaman barusan didengar Sho, dia terkekeh lalu tangannya terangkat mengacak acak rambut [Name]. "Iya deh, maaf."

'Rambutku...' [Name] beralih ke Upi. "Pi, ada sisir?"

Upi menyeringai lalu mengeluarkan tas kecil yang didalamnya merupakan harta karun perempuan. Make-up. "Nih, pake aja semau kamu. Selamat dandan~"

[Name] berkedip beberapa kali. Apa yang harus dilakukannya dengan ini semua? Padahal [Name] hanya butuh sisir saja. "Makasih, Upi."

⊱༻❃༺⊰

[Name], Upi, dan Amu berdiri tepat menghadap pohon mangga yang dimana pohon mangga itu selalu berbuah tanpa kenal musim sehingga buah mangga itu selalu menjadi incaran para murid setiap harinya.

Dan kini pohon mangga itu sekarang sedang menjadi incaran anak murid kesayangan Pak Eko. Amu dan Upi menatap pohon mangga tersebut sedangkan [Name] hanya diam menatap datar kelakuan temannya itu. Yang menjadi masalah justru pohon itu punya kepala sekolah.

"Bagian keamanan masih sibuk di pintu gerbang, jadi pasti aman." kata Amu memastikan. "Setengah jam lagi bel masuk, yakin mau lanjut?" [Name] sangat tidak yakin kalau mereka berhasil. Namun Upi terlihat begitu yakin. "Ya lanjutlah."

𝗘𝗡𝗜𝗚𝗠𝗔  -【Ꭱᎇᎇ!!! x ʀᎇᎀᎅᎇʀ】Opowieści tętniące ÅŒyciem. Odkryj je teraz