14. Kenalan baru✧

Zacznij od początku
                                    

"Bio mau keluar?" Anak itu menggeleng cepat.

"Bio mau buah?" Fabio menggeleng lagi.

"Bio mau pulang?" Lagi-lagi anak itu menggelengkan kepalanya, sudah banyak selain itu Yuni mencoba membujuk, tapi nyatanya nihil.

Yuni beralih mengusap lembut rambut legam hitam itu, "sini bilang sama nenek maunya apa hmm? Nenek nggak tau kamu kenapa kalo nggak cerita," tuturnya dengan lembut.

"Kak Gama nek, Bio marah sama dia," jawabnya ketus.

"Loh emangnya kenapa, kayaknya tadi malem baik-baik, sampe kamu tidur dipeluk sama dia." Baru kali ini Yuni melihat wajah manis cucunya marah, terlihat menggemaskan saat mulutnya dipoutkan.

"Justru itu, kak Gama nggak pamitan mau pulang sama aku. Kesel!" Entah kenapa Yuni merasa lucu melihat tingkah Fabio, tidak berubah saat Fabio kecil dulu jika ngambek.

"Kamunya kan tidur Bio, nenek juga yang suruh dia pulang sehabis kamu tidur, udah malem juga 'kan, Bio nggak kasian apa?" Akhirnya Fabio luluh juga, remaja itu mengangguk mengerti.

"Terus kapan kita pulang nek? Aku udah sehat kok."

"Besok kita pulang, siang ini kamu ada pemeriksaan dulu, buat liat kondisi jantung kamu." Lagi-lagi Fabio mengangguk saja.

"Kalo gitu Bio boleh keluar nggak? cuma mau liat-liat aja, nggak kabur." Izinnya.

"Iya boleh, nenek temenin."

"Nggak, Bio mau sendiri aja, nenek kalo masih ada urusan di rumah selesain dulu aja, Bio nggak bakal kenapa-kenapa," ujarnya, rasanya dia ingin sendiri saja tanpa orang lain.

Yuni yang memang termasuk orang yang memberi kebebasan mengizinkan Fabio keluar dari kamar rawatnya, ia juga akan kembali terlebih dahulu ke rumah untuk mengambil baju ganti untuk Fabio.

Fabio berjalan pelan dengan satu tangan dia masukkan dalam saku baju rumah sakit yang dia kenakan, tangannya sudah terbebas dari infus yang sudah di copot tadi, tangannya masih sedikit membengkak dengan plester yang menutupi punggung tangannya.

Bruk!

Tubuhnya terhuyung saat menabrak seorang remaja yang mungkin seumurannya, remaja yang menabraknya dengan cepat mengulurkan tangannya untuk membantu Fabio berdiri.

"Maaf, gue minta maaf. Lo nggak papa, atau ada yang luka?" Kataya merasa bersalah membuat remaja berbaju rumah sakit itu jatuh.

"Oh, nggak papa. Lain kali hati-hati." Peringat Fabio, remaja itu mengangguk dan meminta maaf lagi sebelum ia pergi dari sana.

Setelah itu Fabio melanjutkan langkahnya yang ia bawa ke salah satu kursi panjang di depan rumah sakit, Fabio memperhatikan orang-orang yang lewat seraya bersenandung kecil.

Cukup lama Fabio duduk disana sendirian, sesekali tangannya mengambil daun bunga yang berada di samping kursi yang ia robek kecil-kecil, mungkin jika ada petugas kebersihan yang melihat Fabio akan dimarah karena sudah merusak bunga tersebut, tapi ya mau bagaimana lagi, daripada bosan.

"Ekhm, lo yang tadi 'kan?" Fabio mendongak dan mendapati remaja yang menabraknya tadi berdiri didepannya. Tanpa meminta izin, remaja itu duduk disebelah Fabio seraya meregangkan tubuhnya.

"Gue Bagas, lo siapa." Katanya mengajak berkenalan.

"Gue Fabio."

"Gue minta maaf banget tadi Yo, gue buru-buru." Remaja bernama Bagas itu meminta maaf lagi.

"Iya, udah gue maafin kok. Kalo boleh tau, apa yang buat lo buru-buru kayak tadi?" Fabio balas bertanya.

"Mau jenguk temen gue yang kecelakaan, tapi untungnya nggak papa. Cuma lecet dikit doang. Kalo Lo sendiri Yo? Sakit?"

"Heum, gue sakit." Bagas mengangguk saja mendengarnya.

"Lo bolos sekolah ya," Fabio baru menyadari jika Bagas memakai baju sekolah.

"Iya, denger temen ada yang kecelakaan gue langsung ngabrit kesini."

"Ya udah sekarang lo berangkat ke sekolah, temen lo udah baik-baik aja bukan?"

Bagas justru menggelengkan kepalanya. "Udah telat, males juga kalo sampe sana ujung-ujungnya dihukum."

"Ya udah terserah lo aja."

"Lo enak ya diajak ngobrol, anaknya ramah." Puji Bagas, sementara Fabio hanya tersenyum tipis, dia juga tidak tahu bagaimana sifatnya, semua itu orang yang menilai bagaimana dirinya. Jika mereka suka dengannya pasti mereka akan bilang baik, tapi jika tidak ya sebaliknya, pandangan orang berbeda-beda.

 Jika mereka suka dengannya pasti mereka akan bilang baik, tapi jika tidak ya sebaliknya, pandangan orang berbeda-beda

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

TBC...

[]

Spoiler! Bagas aja sangkut pautnya dalam cerita (>0<;)

Lampung, 13072022

Batas Akhir [END]✓Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz