"Ck... Kenapa dia berkata begitu, harusnya dia memperjuangkan cintanya bukannya menyerah begitu" Gerutu Ahra setelah Sharga menutup pintu ruangan Sikha perlahan.

Sharga tersenyum melihat wajah cemberut istrinya. Sharga mencubit pipi Ahra yang mengembung lucu.

"Istri siapa ini? Lucu sekali"

"Ish... Sakit, kak Giu" Ahra makin cemberut dan berusaha melepaskan tangan Sharga dipipinya.

Akhirnya Sharga melepas tangannya dipipi Ahra. Sekarang berganti mengelusnya lembut.

"Ah aku suka kau memanggilku begitu, tapi aku lebih suka kau memanggilku sayang"

Ahra memutar matanya jengah. Kemana wajah tegas pria didepannya ini.

"Ayo pulang, aku lelah. Malam ini aku ingin tidur memelukmu" Kata Sharga lagi sambil merangkul pundak Ahra.

"Tapi..."

"Tidak ada tapi, sayang. Cukup untuk hari ini. Besok masih ada waktu untuk menyelesaikan semua" Sharga terus membawa Ahra menjauh dari ruang rawat Sikha.

"Baiklah, aku harap besok Sikha sadar dan semua terselesaikan" Kata Ahra penuh harap.

Sharga hanya mengangguk sebagai jawaban. Bukan tidak peduli, rasanya terlalu lelah hari ini. Yang terjadi seolah menguras semua energi dan fikirannya. Saat ini yang Sharga khawatirkan hanya Diaz. Sahabat sekaligus saudaranya itu pasti memikul beban fikiran yang jauh lebih berat. Semoga semua akan kembali normal dan tidak ada salah paham lagi juga Sikha kembali seperti sedia kala.

🌺🌺🌺

"Istirahatlah dulu, besok kita ke rumah sakit lagi melihat perkembangan Sikha" Kata Diaz sesaat setelah mobil yang dikendarainya berhenti tepat didepan rumah ibu El.

El menghela nafas, lalu tanpa mengatakan apa-apa tangannya meraih pintu mobil, berniat membukanya. Sadar El tidak seperti biasanya, Diaz mencegah El turun dari mobilnya.

"Katakan, apa ada yang kau fikirkan?" Tanya Diaz.

"Bohong jika kujawab sama sekali tidak ada yang kufikirkan. Hari ini tepat dihari pertunanganku, banyak hal terjadi. Aku tidak tau harus percaya padamu atau pria itu yang mengatakan penyebab kematian adiknya adalah tunanganku. Lalu kau, dengan mudahnya berjanji akan bertanggung jawab jika yang pria itu katakan benar. Apa kau tidak memikirkan bagaimana nasibku? Perasaanku? Ibu dan orang-orang yang tadi menyaksikan pertunangan kita? Apa itu sama sekali tidak ada difikiranmu?" El meluapkan semua hal yang sejak tadi berusaha dipendamnya.

Diaz diam. Dia tau tidak mudah melalui masalah ini. Tidak mudah juga membuat El percaya begitu saja padanya. El pernah terluka karna pria yang dulu dicintainya. Pernah kecewa karna perceraian orang tuanya. Tentu banyak hal yang akan membuat El berfikiran negatif tentang kelanjutan dari hubungan mereka. Tapi ini masih awal dan Diaz yakin bisa menyelesaikannya.

"My queen, apa kau meragukanku?" Tanya Diaz dengan suara lembut. Matanya menatap dalam kearah El.

"Bukan aku meragukanmu, tapi..."

"Tapi apa, hmm...?"

El tidak bisa menjawab pertanyaan Diaz. Ada rasa takut dihatinya. Takut semua tidak sesuai harapannya. Takut kebahagiaannya direnggut kembali dan hidupnya kembali sunyi.

Diaz menangkup wajah El dengan kedua tangannya. Mengarahkan wajah cantik El menghadap kearahnya. Mata keduanya saling beradu. Saling menyelami satu sama lain.

Love For EleanorOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz