32. Me And You

2.7K 571 24
                                    

Jaemin, kau tahu tidak kenapa aku selalu saja menindas mu?

Kenapa?

Karena aku kira, kau bukan manusia. Kau tidak menangis, kau tidak marah, kau hanya diam saja. Itu yang membuatku kesal dan semakin menindasmu.

Aku sudah tidak bisa lagi menangis...

Kenapa begitu?

Entahlah.

Menangis itu tidak apa. Tidak apa apa menangis sekeras mungkin meski kau itu laki laki. Itu yang membedakan manusia dengan binatang. Menangis itu menunjukkan kalau kau punya jiwa.

Bunga lily putih dari genggaman Jeno jatuh begitu saja, tatapannya tertuju pada ketiga orang yaang sedari tadi berada disana. Tubuhnya mematung ketika melihat sosok lelaki bertubuh tegap yang begitu dia rindukan keberadaannya tengah berdebat dengan seorang gadis kecil.

Kalau kau tidak punya siapapun disisimu, dan tidak tahu harus kemana untuk lari, kau bisa datang padaku. Aku akan menjadi saudara, teman, dan rumahmu.

"Jeno?"

"Jadi, dia adalah penerima donor mata milik Jaemin yang kau adopsi dari New York?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jadi, dia adalah penerima donor mata milik Jaemin yang kau adopsi dari New York?"

Jaehyun tersenyum tipis dan mengangguk, sementara Nana terlihat tak nyaman ketika Jeno menatapnya lamat lamat.

"Pantas saja... Netra hazel itu mengingatkanku padanya."

"Appa, paman ini siapa?"

"Ahh, dia sahabat adikku."

"Ohh..." Nana kembali menoleh ke arah Jeno, kali ini Jeno tersenyum membalas tatapan anak itu. Mata bulan sabit nya lantas tercipta ketika lelaki itu tersenyum.

"Oh my gosh, matanya hilang." Ucap Nana polos karena kagum.

Jaehyun yang tengah meneguk kopinya tersedak seketika, dia terkejut dengan ucapan Nana.
"Nana, tidak boleh bilang begitu!"

Jeno justru tertawa geli mendengar penuturan polos dari anak berusia 7 tahun itu. Baru kali ini dia bertemu dengan anak kecil yang terlalu blak blakan dalam berpendapat, sangat jujur dan polos. Menggemaskan.

"Lalu, apa gunanya keberadaanku disini?" Kini Jaemin mengangkat suara. Sedari tadi dia tak mengerti arah pembicaraan kedua pria dewasa yang ada di hadapannya itu. Belum lagi Nana banyak mengoceh hal yang tidak penting dan hal itu benar benar mengusiknya.

"Ahh, kau tahu, Jeno? Anak ini ibaratkan Jaemin dengan kepribadian persis sepertimu dulu."

Kedua alis Jeno terangkat.
"Benarkah?"

Jaemin justru mendelik membalas tatapan Jeno.
"Apa?!"

Jeno sontak terkekeh pelan.
"Kau benar, hyung. Dia persis sepertimu dulu."

Memories Philosophy || Jung JaehyunWhere stories live. Discover now