#38 : Manjanya Frank

18.3K 1.8K 18
                                    

Kakek Damian merasa lega, seharian ia tinggal di rumah Frank dan Fiona, cucunya dan menantunya itu. Ia tadi berpikir akan membuat keduanya berpisah saja, pernyataan Arel membuatnya bersalah, tapi kali ini, ia melihat Fiona dan Frank persis seperti suami istri yang harmonis.

Gelak tawa Frank yang membantu Fiona mengundangnya memperhatikan mereka. Sebelumnya ia duduk di ruang keluarga bermain bersama cucunya, tidak di sangka, Frank tertawa keras dan membuatnya penasaran.

Ia pun mengikuti gelak tawa itu dan berhenti di dekat tembok melihat Frank yang membantu Fiona memasak makan malam, namun bukannya membantu, Frank membuat cucunya marah karena masakannya ke asinan.

"Honey, maaf aku tidak sengaja," ucap Frank. Dia menjewer kedua telinganya dengan kedua tangannya, sambil memonyongkan bibirnya menggemaskan.

"Tidak sengaja, kau menambah dua sendok makan penuh." Pekik Fiona. Jelas saja keasinan, Frank menambah garam tidak menanyakan takarannya.

"Ya sudah, aku ganti yang baru." Ucap Frank. Dia mengambil brokoli di dalam kulkas, lalu memotongnya kecil-kecil.

"Tuan biar saya saja," ucap bibi Ana. Dia meringis melihat potonganya yang kemana-mana.

Baru kali ini majikannya ke dapur dan turun tangan sendiri membantu sang istri.

"Sudah aku bilang, biar aku yang membantu istri ku," titah Frank tidak mau di ganggu gugat.

"Tuan biar saya saja," sela Lilliana. Ia ingin sekali membantu Frank.

"Kamu juga, cepat sana pergi!" Usir Frank pada Lilliana.

Lilliana menahan geram kesal, lalu beralih berdiri di samping bibi Ana dan pelayan lainnya. Mereka hanya menjadi penonton saja.

Frank mentitahkan pada mereka agar tidak ikut campur sedikit pun.

"Aw .... "

Frank mengadu kesakitan, tanpa sengaja jari telunjuknya terkena pisau.

"Frank!"

Fiona kaget dan beralih ke arah Frank. Keduanya dalam posisi memunggungi, sehingga Fiona tidak tahu apa yang terjadi.

"Kenapa?"

Frank memperlihatkan jari telunjuknya dengan darah mengalir.

"Frank kau berdarah," ucap Fiona khawatir. Ia menarik lengan Frank, membasuhnya dengan air.

"Ana, kamu gantikan aku masak. Aku mau mengobati suami ku," ucap Fiona. Dia melangkah ke ruang tamu dan tanpa sadar berpapasan dengan sang kakek.

"Kakek, Frank terluka, aku akan mengobatinya dulu," ucap Fiona panik.

Kakek Damian tak menjawab, justru hanya tersenyum.

Sang kakek pun diam dan tersenyum, dia kembali pada sang cucu yang bermain sendirian.

Frank diam, ia malah menikmati kekhawatiran Fiona padanya. Sungguh, ia merasa beruntung Fiona ada di dekatnya dan wanita itu selalu memanjakannya, tidak pernah menolak keinginannya, ia bagaikan Raja yang di layani oleh Ratunya.

Tak sedikit pun Fiona mengeluh akan sikap manjanya, jika Berlin dulu, wanita itu akan memarahinya dan mengatakan kalau sikapnya kenak-kanakan.

"Frank!" Fiona menatap pria yang melamun di depannya itu. Panggilannya sama sekali tidak di jawab.

"Frank!" Fiona mengelus pipinya dan seketika Frank sadar.

"Sudah aku obati, kenapa bengong?"

Frank langsung memeluk Fiona.  Setelah mengalami kepedihan bertahun-tahun, kini telah di gantikan dengan kebahagian.

Tuhan telah mengirimkannya seorang wanita yang sangat baik dan lemah lembut.

"Terimakasih Fi..."

"Ish, kamu apa sih sayang?" Fiona merasa gemas dengan tingkah suaminya yang selalu bermanja, kadang ia merasa Frank bukanlah laki-laki dewasa, hanya pikirannya saja yang dewasa, tapi tubuhnya tidak.

"Panggil aku seperti itu lagi Fi," ucap Frank antusias, dia melerai pelukannya dan ingin mendengarkan Fiona sekaligus melihat wajah Fiona. Telinganya tidak pernah bosan dengan panggilan indah dan membuat jantungnya berdebar.

Fiona menggeleng dan Frank merajuk, hal itu membuat Fiona ingin mencubit pipi Frank.

"Suami lagi ngambek malah di cubit,"

"Sayang .... "

Kedua mata Frank berbinar, seperti menemukan sebuah berlian.

"I love you, I love you Fi ... "

"Iya sayang, I love you to."

Seorang anak kecil pun muncul di sela-sela pelukan hangat keduanya, anak kecil itu mengerucutkan bibirnya dan sebelah tangannya memegang sebuah robot mainannya.

"Mommy, kenapa hanya Daddy yang di peluk? Aku tidak, ini tidak adil!" Suara Jaxon meninggi. Sang Daddy selalu mencari kesempatan darinya.

Anak ini, mengganggu saja.

"Kan kamu ada Kakek, sana main sama Kakek," ucap Frank.

"Ih, Daddy selalu mengusir ku, pokoknya malam ini aku tidak mau kalah, tidak mau menyerahkan Mommy sama Daddy."

Kakek Damian yang mengikuti Jaxon pun terkekeh, langkah kakinya tidak secepat saat usianya waktu masih muda. Sehingga tidak bisa mengejar Jaxon lebih cepat. Ia hanya bisa memanggil agar Jaxon berhati-hati.

"Sudah-sudah, kalian ini," sela Kakek Damian. "Ana tadi mengatakan makan malam sudah siap, jadi aku dan Jaxon menjemput kalian. Sekalian aku ingin tahu luka di tangan Frank."

Blush

Wajah Fiona memerah, di lihat sang kakek yang tertawa seakan mengejeknya.

Istri Reinkarnasi Daddy Yang Kejam (Tamat Di GOODNOVEL dan DREAME)Where stories live. Discover now