#23 : Pikirkan

23.9K 2.6K 44
                                    

Frank memanggil kedua security nya dan kedua resepsionis. Bahkan, dia juga memanggil Joan. Kelima orang itu menunduk, tidak berani mengangkat wajah mereka. Melihat kertas berserakah di lantai, itu saja sudah membuktikan bahwa bosnya bagaikan singa yang akan menerkam mereka.

"Kalian! Lain kali kalau Beliana datang kesini, langsung seret dia keluar."

Ke empat orang itu serentak menjawab. Keringat mulai menetes di dahi mereka. Seakan pendingin di ruangan itu tak lagi berfungsi di tubuh mereka.

"Gaji kalian aku potong setengah."

Ke empat orang itu mempasrahkan saja gaji mereka bulan ini. Demi nyawa dan demi pekerjaan. Tidak masalah kehilangan setengah asalkan jangan nyawa dan mencabut pekerjaan mereka.

"Kenapa masih di sini? Cepat kerja!" Bentak Frank.

Kelima orang itu pun langsung keluar, bahkan Joan dan salah satu Security hampir bersamaan keluar. Hingga membuat pintu kaca itu tidak muat di lalui mereka berdua.

"Kamu duluan," ucap Joan.

"Kamu duluan."

Dengan bersamaan orang itu melangkah dan mundur pun bersamaan.

Kedua resepsionis itu terkekeh geli, setelah mengalami ketakutan. Masih ada lelucon yang membuatnya tertawa.

###

Arel menghubungi Fiona. Dia meminta nanti malam akan keluar dan membicarakan sesuatu yang penting.

Fiona tampak ragu, kalau dia tidak ijin akan ada kesalahpahaman lagi. Tapi, kalau dia ijin. Frank tidak akan mengijinkannya.

Setelah menimbang semuanya, dia mengetikkan sebuah pesan. Dia akan bertemu dengannya setelah menjemput Jaxon.

Sebuah pesan singkat pun masuk, Arel menyetujuinya dan berharap mereka cepat bertemu.

Fiona duduk bersantai, dia tengah menunggu waktu untuk menjemput Jaxon. Menunggu dengan tenang dan sampai waktunya dia menjemput Jaxon.

"Jaxon."

Fiona melambaikan tangannya. Ternyata sang anak telah lama menunggunya.

"Maaf ya sayang, Mommy telat jemputnya."

"Tidak apa-apa Mom, Jaxon senang di jemput Mommy."

Jaxon, bocah berumur 5 tahun itu memeluk leher Fiona dan Fiona pun menggendongnya.

"Anak Mommy."

Fiona menarik hidung kecilnya. "Sayang nanti ikut Mommy ke kafe. Mommy mau bertemu dengan teman Mommy."

"Oke Mommy." Jaxon menjawab sambil memberikan kode pada tangan kanannya.

###

Fiona menggandeng Jaxon memasuki sebuah Kafe. Dia melihat sekeliling kafe mencari seseorang yang ingin ia temui.

"Fi..."

Leher Fiona memutar. Dia melihat Arel di dekat pojokan.

"Sayang ayo."

Fiona membantu Jaxon duduk di sampingnya. "Sini Mommy bantu."

"Mom?"

Jaxon menatap ke arah Fiona, kemudian menatap ke arah Arel.

"Oh, perkenalkan ini om Arel teman mommy."

Apa dia saingan papa? Tampan, apa papa akan kalah saing?

"Hallo Jaxon." Sapa Arel dengan ramah. Dia menyodorkan lengannya.

Namun, Jaxon begitu enggan menyambutnya. Dia jengkel melihat pria lain mendekati sang mommy.

Daddy bodoh

Geram Jaxon, hatinya meronta-ronta ingin memaki Arel.

"Maaf Arel, mungkin dia merasa masih kurang nyaman," ucap Fiona.

"Ah, iya tidan apa-apa. Apa dia anak tuan Frank."

Fiona mengangguk tersenyum.

"Pantas saja seperti ayahnya,"

Fiona menatap lekat wajah Arel. Di pipinya ada lebam dan sedikit luka di sudut bibirnya.

"Arel, kamu kenapa?" Tanya Fiona. Kedua tangannya memeriksa wajah Arel. Tidak biasanya wajah Arel ada lebam dan luka. "Siapa yang memukul mu?"

"Em, sebenarnya tadi aku menemui suami mu." Arel terdiam sejenak. "Dia bersama dengan mantan istrinya."

"Kenapa kamu mau bertahan padahal jelas-jelas dia masih bersama mantan istrinya?"

Arel menggenggam tangan Fiona. "Kembalilah pada ku, kamu hanya terpaksa. Frank dan anak ini bukan tanggung jawab mu. Biarkan dia kembali dengan mantan istrinya."

"Tapi Rel...."

"Fiona." Arel memotong perkataan Fiona. Dia menyelipkan anak rambut Fiona ke belakang telinganya. "Dia tidak menghargai mu. Pernikahan macam apa yang di dalamnya tidak ada kata menghargai?"

Fiona menarik tangannya. "Kamu tidak mengerti, aku bertahan karena sebuah alasan dan aku pergi, juga karena ada alasannya."

Wajah Arel berubah sendu. Fiona tetap bersikeras untuk mempertahankan pernikahannya. Padahal ia sudah berharap Fiona akan melepaskan pernikahannya.

"Aku akan berbicara dengan kakek Damian. Kakek akan memahaminya."

"Jangan!" Cegah Fiona. Dia tidak ingin membuat sang kakek khawatir dan masalahnya bertambah. Dia belum membereskan Beliana. Secepatnya, dia harus membereskan wanita itu. Ia tidak akan tertipu oleh permainannya.

Drt

Fiona mengangkat panggilan itu. Dia mengatakan bahwa dirinya masih di luar bersama Jaxon.

"Sayang, ayo kita pulang. Daddy menunggu kita di rumah."

Fiona membantu Jaxon turun dari kursinya. Dia tidak ingin berlama-lama berdua dengan Arel. Karena sebuah kesalahpahaman tidak akan pernah bisa mendekatkan mereka.

Tangannya pun di cegah oleh Arel. "Fi, pikirkan perkataan ku."

Istri Reinkarnasi Daddy Yang Kejam (Tamat Di GOODNOVEL dan DREAME)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon