Semua orang terpekik kaget. Menatap ke arah Reya dan Bu Tisa.
"Saya sudah pernah bilang, jangan pernah bermain-main dengan pelajaran saya. Apa kamu tidak memperhatikan penjelasan saya Minggu lalu dan hari ini?" tanyanya dengan tegas.
"M-maaf, Bu." Sesalnya.
"Keluar dari dalam kelas saya." Usirnya tanpa ramah tamah.
Dengan kepala tertunduk, Reya pergi meninggalkan kelasnya.Banyak orang-orang yang melihatnya dengan tatapan menyedihkan."Saya tidak suka kepada anak-anak yang tidak pokus terhadap pelajarannya. Jangan iya-iya aja, tapi tidak mengerti sama sekali." Tegasnya membuat para siswa/i hanya bisa terdiam tegang.
"Kita lanjut pelajarannya. Karena belum ada yang menjawabnya, kamu yang duduk di kursi paling belakang jawab pertanyaannya saya." Serunya menatap ke arah Zibran.
Semua mata tertuju pada Zibran, yang masih sibuk dengan dunianya sendiri.
"Apa kamu tidak mendengar perkataan saya!" Marah guru itu.
Zibran mengangkat kepalanya, mengusap pelan wajahnya. Sebelum menatap ke arah Bu Tisa."Saya masih bisa dengar."
"Hanya saja saya males untuk diajar oleh Ibu. Ibu terlalu obsesi untuk kami bisa paham semua yang Ibu ajarkan dalam waktu singkat. Bukankah setiap orang memiliki daya tangkap yang berbeda-beda? Tapi Ibu malah menuntut kami segera memahami semua materi yang Ibu berikan."
"Itu semua butuh waktu, contohnya Ibu.Gak mungkinkan Ibu jadi sepintar ini tanpa adanya belajar dan sepak terjang yang panjang." Zibran menatap Bu Tisa dengan tatapan sinisnya.
"Berani-beraninya kamu mengomentari cara kerja saya. Kamu gak berhak akan hal itu." Murkanya.
"Terserah saya dong. Lebih baik saya keluar dari dalam kelas Ibu." Pungkasnya mulai meninggalkan kelasnya.
Bu Tisa menggeram marah."Kelakuan kamu akan saya laporkan ke Kepala Sekolah." Teriaknya, yang di abaikan oleh Zibran.
Suasana menjadi lebih tegang. Mereka semua memilih tak ikut campur, supaya tidak terkena kemarahan Guru killer itu.
"Kelas hari ini saya akhiri." Serunya, mulai membereskan barang-barangnya.
Dalam hati, mereka bersorak senang. Ada waktu jamkos setengah jam untuk ke Pelajaran selanjutnya.
Di lorong Sekolah yang sepi. Reya berjalan menuju Perpustakaan, ia akan menghabiskan waktunya disana sampai pelajaran pertama berakhir.
Sesampainya di Perpustakaan, Reya mencari Buku Novel. Setelah menemukan apa yang ia cari, ia pun mulai duduk di bangku pojok perpustakaan.
"Hi!" Sapa seseorang yang akhirnya membuat Reya mendonggakan Kepalanya.
"Ya?"
"Boleh gue duduk?" tanyanya.
Reya mengangguk."Duduk saja, ini bukan hanya milikku."
Pria itu tersenyum, ia duduk di bangku depan Reya."Nama lo siapa?"
"Reya." Balasnya.
"Gue Rava. Dari kelas mana? Kok gue jarang ngeliat lo ya." Ucapnya.
"12 Ipa 3." Balasnya.
"Bolos? Bukannya masih di jam pelajaran ya." Seru Rava.
"Mmmm..."
"By the way lo gak engap apa pakai masker?" tanyanya dengan raut wajah penasaran.
"Gak papa udah terbiasa." Balasnya, sambil melanjutkan membacanya.
Reya sedikit gugup dan malu. Karena untuk pertama kalinya ia berbicara dengan seorang cowok sedekat ini.
###
15:20
Para Siswa/i Cempaka Putih mulai meninggalkan area Sekolah. Termasuk ke-empat orang berbeda sifat itu.
"Ikut ke Caffe Mandanu gak?" tanya Bagas.
"Gak dulu deh, gue ada kerjaan penting." Sahutnya.
"Sok sibuk lo." Cibir Mars, yang langsung mendapat tatapan sinis dari Zibran.
"Lo Al, ikut gak?" tanya Mars.
"Gak, Ryu ngajak gue ke Artemedia." Sahut Aldi.
"Hilih. Ya udah kita berdua aja." Seru Bagas.
"Kita duluan kalau begitu." Ucap Mars saat ke empatnya telah sampai di tempat Parkiran Mobil.
"Iya." Sahut Zibran.
Mars dan Bagas masuk ke Mobil yang sama. Sedangkan Aldi masuk ke Mobil yang berbeda.
"Gue ke Parkiran Motor duluan ya." Pamit Zibran.
"Yoii, bro." Sahut Aldi sambil menunggu pacarnya datang.
Di perjalanan ponselnya tiba-tiba berdering. Ia segera mengangkatnya.
"Hallo, Mas Kaka!" Sapa Adel.
"Iya, ada apa?" tanyanya.
"Mba Adel, Xiren mau Vc sama Om Kaka." Terdengar suara Xiren yang ingin meminjam ponsel Adel.
Seketika layar pun berubah menjadi Vidio Call." Ada apa nelpon?" tanyanya, sambil berjalan ke arah Parkiran.
"Om, Buku gambar Xiren hilang. Kayanya ke bawa sama Om." Serunya.
"Om gak ngerasa bawa tuh Buku gambar." Sahutnya.
"Ihh,serius. Coba liat dulu tasnya." Desak Xiren.
Zibran pun menurut, ia mulai membuka tasnya. Dan benar saja, ia menemukan sebuah Buku gambar dengan motip Bunga Lily.
"Ini buku gambarnya?" tunjuk Zibran pada Xiren.
"Iya itu." Balasnya dengan antusias.
"Ya uda-"
Bughh
"Maaf." Seru seorang gadis yang tak sengaja menabraknya.
"Iya gak papa." Balasnya, sambil menunduk untuk mengambil Buku gambarnya yang jatuh.
Zibran mengambil asal Buku gambar itu. Pasalnya Motipnya terlihat sama, tanpa mengatakan apapun ia langsung pergi ke Parkiran.
###
To Be Continued
Jangan lupa vote dan komennya
See you next part
Salam dari She😉
YOU ARE READING
I'm not Perfect [ End ]
Teen FictionSeandainya kisah itu berakhir tanpa adanya epilog. Maka mulailah kembali dengan Prolog yang baru. ----->----- "Muka lo jelek banget sih, banyak benjol-benjonya. Gak pernah perawatan ya." Ucapan itu membuat hati Reya sakit, pasalnya semua orang sel...
-Part 5: INP
Start from the beginning
![I'm not Perfect [ End ]](https://img.wattpad.com/cover/309653757-64-k213345.jpg)