» Chapter 20

554 121 54
                                    

Setelah Lock menjadi tenang. Cale memberikan potion kepada Rosalyn yang mengira itu untuk Lock.

"Kenapa aku harus memberikan potion kepada seseorang dari suku serigala? Ini untukmu, kerja bagus."

Rosalyn menatap Cale dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia memegang potion itu dan berterima kasih pada Cale.

"Tidak perlu berterima kasih." ucap Cale berjalan menuju ke arah Choi Han dan Asta.

"Kamu tidak terluka, kan?"

Asta bertanya dengan cemas, sembari melihat-lihat kondisi tubuh Choi Han. Beruntung tidak ada luka di tubuhnya.

"Tidak Asta-nim. Terima kasih telah mengkhawatirkan saya." jawab Choi Han sembari tersenyum kecil.

Asta menghembuskan napasnya, "Syukurlah kalau kau baik-baik saja. Tapi kenapa kau masih memanggil aku Asta-nim sih? Sudah kubilang untuk panggil nama saja tanpa embel-embel. Kita kan teman!"

"Akan saya usahakan." balas Choi Han dengan kikuk.

Cale memandang mereka dengan tatapan tidak senang. Kenapa mereka makin dekat sih? Bukankah ini adalah masalah?

Cale tidak ingin Asta dekat-dekat Choi Han yang notabenenya adalah pemeran utama dalam novel 'Kelahiran Pahlawan'. Sudah jelas, bahwa kalau dekat dengan Choi Han adalah bencana! Hidup menjadi tidak tenang.

Cale dengan cepat memutuskan komunikasi antara mereka dengan memanggil Choi Han.

"Choi Han."

"Ada sesuatu yang harus kita bicarakan."

***

Itu adalah hari yang cerah. Matahari bersinar terang di langit biru. Meski begitu, udara tetap sejuk walau matahari terik.

Tapi, kembar Henituse muda sedang merengut saat dia membaca surat dari saudara kembarnya.

'Kampret.'

Asta mendengus sebal dan meremukkan kertas lalu melemparkannya ke sembarang arah.

Apa kalian tau? Lagi-lagi dia ditinggalkan oleh Cale.

**
Adikku yang manis, lebih baik kau diam saja di rumah. Pertemuan bangsawan ini tidak cocok untukmu. Saat pulang nanti, akan aku belikan sesuatu untukmu.

Tertanda kakak dan saudara kembarmu Cale.
***

'Lama-lama aku jadi anak bawang*.'

*sebuah ungkapan yang artinya Peserta suatu permaianan yang tidak diperhitungkan. bukan wibu, oke?

Bexley yang menyadari suasana hati Asta yang sedang buruk, berusaha untuk menghiburnya.

"Nona, bagaimana jika kita mengadakan piknik kecil di taman? Cuacanya hari ini cerah."

'Piknik? Boleh juga.'

"Ide bagus, Bexley. Ayo kita piknik!"

Perubahan suasana yang drastis. Membuat Bexley tersenyum lega karena bujukannya berhasil.

Segera setelah itu, mereka pergi ke taman. Asta memilih tempat di bawah pohon rindang, karena sinar mataharinya sangat terik membuat matanya silau.

Bexley pun menggelar tikar dan meletakkan kue-kue.

Tapi Asta malah tiduran di rerumputan tanpa alas. Bexley hanya menghela napas melihat perilaku nonanya.

"Kenapa tidak menggunakan alas?"

"Merepotkan. Enakan begini."

Sudahlah, mau bagaimana lagi?

"Cuacanya cerah ya, nona." ucap Bexley menatap Asta sembari tersenyum kecil.

𝐌𝐎𝐑𝐓𝐀𝐋𝐀 (𝐓𝐎𝐂𝐅 𝐅𝐀𝐍𝐅𝐈𝐂)Where stories live. Discover now