» Chapter 12

900 179 70
                                    

"Ini merupakan perjalanan pertama anda ke ibukota, kan? Anda tidak perlu khawatir, saya pandai berburu kelinci dan Bexley pandai memasak."

"Meskipun anda tidak tahu kapan dan bagaimana cara dia melarikan diri, anda hanya perlu memperhatikannya baik-baik dan bunuh dia. Setelah mati, anda harus mengeluarkan isi perutnya ..."

"Saya pandai dalam hal itu."

Kata-kata Ron terngiang-ngiang di kepala kembar Henituse. Perasaan merinding muncul, 'Kakek tua itu menyeramkan! Molan itu seram-seram, kecuali Bexley.' batin Asta menggigil memeluk lengan Cale yang sama merindingnya dengan Asta.

Tetapi Henituse yang lebih tua bersyukur kalau trio Molan akan ikut ke ibukota.

"Tuan muda! Hari ini anda sampai lebih awal!" sapa tukang toko roti. Cale sudah melihatnya beberapa kali dan dia sudah sedikit terbiasa.

"Bagaimana dengan rotinya?" tanya Cale.

"Tentu saja saya sudah menyiapkannya."

Tukang roti tersenyum ketika menyerahkan sekantong roti penuh kepada Cale.

"Ngomong-ngomong apakah hari ini benar-benar hari terakhir anda membeli roti saya?"

"Kenapa? Kau takut tidak bisa mendapatkan banyak uang lagi?"

"Ya, saya ingin mendapatkan banyak uang."

Cale tersenyum. Dia menyukai jawaban jujur seperti ini. Cale menepuk bahu tukang roti, yang tampak sedikit lebih santai di sekitarnya dan menuju daerah kumuh.

"Aku akan kembali jika aku atau adikku ingin memakannya."

Tukang roti itu dengan penuh harap memperhatikan Cale dan Asta yang menghilang ke dalam kabut dan kemudian mulai berdoa. Dia berdoa agar Cale kembali dan menghabiskan banyak uang.

Cale tentu saja tidak tahu tentang doa tukang roti saat berjalan ke daerah kumuh. Tetapi, Asta mengetahuinya karena dia secara tidak sengaja mendengar suara hati tukang roti. Gadis itu terkekeh kecil mendengar doa tukang roti. Mereka kemudian melihat dua bersaudara itu menunggunya.

Cale berpikir apakah anak-anak itu tidak punya rumah?

Sedangkan Asta melemparkan senyuman pada kedua saudara itu, 'On dan Hong!' batinnya berseru senang.

Dua bersaudara itu diam-diam menatap mereka. Rambut dan pakaian mereka tampak lembab, mungkin karena tinggal di sini sepanjang pagi berkabut.

Tentu saja Cale pura-pura tidak memperhatikan. Namun, Asta melambaikan kecil pada mereka.

"Kakak, apa tidak apa-apa untuk memberi mereka rotinya?" tanya Asta berbisik pelan pada Cale, yang dibalas anggukan.

"Ini, ambillah."

Anak laki-laki itu mengambil kedua bagian mereka dari Cale. Menunggu sampai bocah itu mengambilnya sebelum berbalik dan menuju pohon pemakan manusia.

"Selamat makan, anak-anak! Kita mungkin akan bertemu lagi." bisik Asta sembari melambaikan tangannya pada dua saudara itu. Kemudian mengejar Cale yang sudah berjalan duluan.

"Aku senang saat ini berkabut."

Tidak ada orang lain yang bisa melihat apa yang dilakukan Cale atau yang lebih penting, apa yang diterima Cale dari pohon.

[Lebih banyak! Beri aku lebih banyak!]

Cale menuangkan sekantong roti ke dalam lubang sambil mendengarkan suara menakutkan dari jiwa yang dipenuhi dendam seperti biasa. Kegelapan di dalam lubang perlahan berubah dari abu-abu menjadi putih. Cale mulai tersenyum, berpikir bahwa semua usahanya tidak sia-sia. Itu pada saat itu.

𝐌𝐎𝐑𝐓𝐀𝐋𝐀 (𝐓𝐎𝐂𝐅 𝐅𝐀𝐍𝐅𝐈𝐂)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang