Una yang melihat Mami yang bicara, mengatur segalanya seakan Mami benar-benar nyonya rumah tersebut. Benar-benar pengganti almarhumah ibu Dalila dan Della. Bahkan Om David sedari tadi hanya mengangguk menyutujui semua keinginan Mami.

"Acara pertunangan Una sebelum libur sekolah, bukan?" Mami tidak sepenuhnya bertanya, ia kembali melanjutkan, "Gimana kalau Banyu ikut juga? Nanti Mami cari tempat liburan."

"Pasti Mas Banyu sibuk Mi," sahut Una.  Sebenarnya ingin diam, tapi Mami menatapnya.

"Papi, Emir dan Kemal juga pastinya sibuk nantinya, tapi kan pastinya bisa ikut, kan?" Ketiga pria tersebut mengangguk bersamaan.

Una hanya mengangguk lemah. "Nanti aku kasih tau Mas Banyu."

"Una, kamu belum makan apapun. Yuk kita ambil daging panggang." Ajakan Della membuat Una sedikit bernafas lega karena tidak perlu terlibat dalam rencana liburan yang masih lama.

Una dan Della kini berada di hadapan pemanggang, mulai memanggang potongan daging sapi dan sosis.

"Em Una ..."

Una menegakkan kepala menatap Della yang tersenyum tipis padanya.

"Ya?"

"Kamu serius mau nikah sama Mas Banyu?" Kening Una mengernyit mendengar pertanyaan Della. Seingatnya Della mantan kekasih dari Arsen, bukan Banyu. Lalu apa maksud dari pertanyaan wanita itu?

"Ya, aku harus apa biar gak nikah sama Mas Banyu?" Una balas bertanya. Della yang mendengar pertanyaan lemah adik tirinya itu mengusap lengannya sekilas dan memberikan senyuman hangat.

"Iya sih. Aku pernah ngerasain," ujar Della. Pernikahannya dengan Kemal yang terjadi karena perjodohan, awalnya merasa dunianya seakan ingin runtuh, tapi dalam enam tahun pernikahan yang dijalani dengan Kemal, ternyata tak seburuk yang ia bayangkan. Bahkan kini mereka dikaruniai putra dan tengah hamil anak kedua. "Tapi ..."

Ucapan Della menggantung membuat Una yang tadinya fokus membalik sosis, menegakkan kepala dan menatap Una. Menunggu Della melanjutkan ucapannya.

Della menghela nafas pelan. "Gini lho, bukannya aku nakutin kamu atau nantinya bikin kamu overthingking. Setahuku, Mas Banyu itu playboy," Della berbisik di akhir kalimatnya.

"Kentara sih dari mukanya." Ucapan Una membuat mereka tertawa pelan bersama. Della menepuk pelan lengan Una. "Tapi, mau gimana lagi? Mami pengen banget jadiin Mas Banyu mantunya." Una mengendikkan bahunya.

Della kembali tersenyum hangat. "Tapi, bisa aja kan Mas Banyu berubah. Lagian sekarang aku udah gak pernah denger tentang Mas Banyu yang punya banyak pacar. Terus Papi gak mungkin dong kamu nikah sama laki-laki yang brengsek."

Una hanya diam. Ingin rasanya mengatakan jika Om David tentunya tak peduli, apakah Banyu brengsek atau tidak.

Una kan bukan anaknya Om David.

●•••●

Una turun ke lantai bawah untuk mengambil air minum. Seraya menunggu botol airnya penuh, ia membuka kulkas mencari sesuatu yang bisa dimakan. Karena tidak ada, ia pun membuka lemari kabinet setelah menutup botol airnya. Menemukan pasta membuatnya memutuskan untuk membuat pasta saja. Kembali membuka kulkas untuk mencari bahan lainnya.

Saat membuat proses membuat mushroom aglio olio spaghetti kedatangan Om David mengambil sedikit perhatiannya, ia mengulas senyum tipis dan mengangguk pelan pada papa tirinya tersebut.

"Lagi masak apa, Una?" tanya Om David seraya menuang air ke gelas.

"Em ... spaghetti," ujar Una. Meski telah bertahun-tahun Om David menjadi papa tirinya dan beberapa tahun terakhir membantunya dalam proses melanjutkan pendidikan di luar negeri, tidak membuat Una akrab dengan Om David meski sikap Om David selalu hangat padanya, bahkan terkesan berlaku adil pada anak kandung dan anak tiri.

CERPENWhere stories live. Discover now