25

256 32 0
                                    


Ting,

Notifikasi dari ponsel pintar Hoseok berbunyi, tanda ada pesan masuk,

Nomor tak dikenal :
Save nomorku, Kim Namjoon, manusia terpintar sejagad raya.

Hoseok terbahak melihat pesan yang masuk dari lelaki tinggi berlesung pipi itu, baiklah, Hoseok hanya membacanya, dan langsung menambahkan nomor itu ke kontaknya,

"Hoseok, kau mau beli es krim?"

Tanya Yoongi dengan mulut yang penuh dengan kue coklat, Hoseok tampak gemas, ia menoel noel pipi Yoongi yang menggembung itu,
jika sedang seperti ini,
Yoongi tak terlihat seperti Singa yang ganas, melainkan seperti seekor anak kucing menggemaskan,

"Oh ayolah hyung, kau sudah makan makanan manis cukup banyak hari ini, kau bisa sakit"
Keluh Hoseok seraya tetap menoel noel pipi lelaki 18 tahun itu,
Yoongi terlihat tak senang, ia mengerucutkan bibirnya sehingga Hoseok dengan sengaja menarik pipinya kuat, Yoongi sangat mengemaskan,

"Seokie, ayolah, aku mau es krim,"
Ujar Yoongi dengan nada merajuk, Hoseok yang menjadi lawan bicaranya itu hanya bisa pasrah,
Ia berdiri untuk mengambil jaket berwarna hitam yang biasa ia kenakan, dan juga uang dinakas,

Yoongi tersenyum penuh kemenangan, seakan ia baru saja memenangkan uang satu pabrik,
Ia menatap punggung Hoseok yang mulai menghilang dari pandangannya dengan lekat

"Yeah, it's the right time to play, Jung Hoseok".

***

Prangg,

"Aish, itu menyakitkan"

Lirih Seokjin ketika tak sengaja menjatuhkan pas foto nya bersama keluarga Hoseok, kacanya berserakan dilantai, fotonya juga lecet karena kaca yang pecah,

Seokjin tercengang melihat foto itu, di foto tersebut, wajah Hoseok kecil yang tersenyum riang tampak rusak karena pecahan kaca yang tajam, Seokjin memungut pecahan itu segera,
Jimin membuka pintu dengan panik karena ia mendengar suara benda jatuh dari kamar Seokjin,

(kamar mereka sebelahan)

"Jin hyung, apa yang terjadi?"

"Ah, Jimin ssi, aku tak sengaja menjatuhkan foto ini, tapi perasaan ku langsung berubah"

"Maksudmu?" tanya Jimin tak paham,

"Aku takut sesuatu terjadi pada Hoseok, karena foto ini hanya rusak dibagian Hoseok"

"Htung berhentilah berpikir yang tidak tidak, dia akan baik baik saja"
Ujar Jimin mengusap punggung Jin pelan, ia tak suka jika Jin sudah cemas seperti ini, bukan mengapa, ia hanya tak mau Jin melakukan hal yang buruk pada dirinya sendiri,

"Yak, Jimin ssi, ayo kita ke rumah Yoongi dan Hoseok"
Putus Jin kemudian, Jimin tak bisa berontak sekarang, lebih baik ia turuti kemauan Jin daripada terjadi sesuatu yang tak ia inginkan,

"Baiklah, tapi syaratnya, kau harus makan dan mandi dulu hyung"

"Baik lah Jiminku tersayang"
Ucap Jin seraya mengecup pucuk kepala Jimin singkat, lalu meninggalkan adik angkatnya itu sendirian,
Jimin hanya menggelengkan kepalanya pelan, lalu beranjak dari kamar hyungnya itu.

***

"Kenapa perasaan ku tak nyaman begini ya?"
Keluh Jungkook kepada Jaemin, ia sedang berada di mall, ia berencana membeli beberapa kebutuhan untuk pesta ulang tahunnya lusa,
karena ia tahu Hoseok sedang bahagia sekarang, mau tak mau ia minta ditemani oleh Jaemin, karena dikelas ia hanya dekat dengan Jaemin, selain Hoseok tentunya,

"Tak nyaman bagaimana? Kau sudah ke kamar mandi kan tadi?"
Tanya Jaemin, dengan mata yang terfokus dilayar ponsel, tangan kirinya menenteng dua buah paper bag, berisi peralatan untuk perayaan ulang tahun,

"Yak, bukan itu Na Jaemin, maksudku, ini perasaan yang, akh, aku tak bisa menjelaskan nya"
Jelas Jungkook sedikit frustasi, Jaemin hanya mengendikkan bahunya acuh, ia kadang bingung dengan seorang Jeon Jungkook.

***

"Hyung, tadi kau mengajakku kemari, kenapa kau hanya diam?"

Tanya Hoseok ketika Yoongi hanya diam menatapnya yang sedang asyik memakan es krim rasa coklat, ia rasa,
Sekarang ia sedang berhadapan dengan Yoongi yang dulu, dingin, dan pendiam,
Yoongi melipat kedua tangannya didepan dada, dan dengan angkuhnya berdiri untuk membayar, dan menarik Hoseok keluar, bahkan es krim yang ia makan belum habis,

"Hyung, es krim ku belum habis"
Rengek Hoseok sembari menhentak hentakkan kakinya di trotoar depan toko es krim, Yoongi memandangnya tsk peduli, lalu melepaskan tangan Hoseok yang tadi ada di genggamannya,

"Sekarang, apakah aku terlihat peduli?"
Tanya Yoongi dengan nada dingin, Hoseok menatap Yoongi heran, kenapa hyungnya ini?,

"H...hyung, kenapa__"

Belum sempat Hoseok menyelesaikan perkataannya, Yoongi mendorong dada Hoseok sampai bokongnya terhentak kerasnya trotoar,

"Yoongi hyung sakit"

teriak Hoseok, hingga perhatian orang orang disekitar beralih kepadanya,
Yoongi menatap Hoseok yang sedang meringis itu, ia mendekatkan wajahnya ke hidung mancung Hoseok, tatapan yang ia lemparkan, tampak "kejam",

"Umm, wajah mu terlalu mengemaskan Seokie,"
ujar Yoongi dengan nada yang masih terdengar dingin, oh ayolah, Hoseok sedang ketakutan sekaligus kesakitan disaat yang bersamaan,

"Hyung, apa maksudmu?"

"Haha, kau pikir aku sudah berdamai dengan takdir yang kau goreskan di kehidupan ku? Jangan mimpi, Jung Hoseok"

Air mata Hoseok mulai mengalir ketika ucapan Yoongi menusuk hatinya yang rapuh, apa maksud Yoongi? Apakah selama ini Yoongi hanya mempermainkan nya saja?,

"Cup cup, jangan menangis, kau terlihat jika seperti itu"
Yoongi menenangkan, namun dengan nada bicara yang menghina,

"Wajahmu terlalu manis untuk kusakiti Hoseok, hatimu juga terlalu lembut untuk dilukai"

Air mata Hoseok tak henti mengalir, ia seakan tak mempedulikan tatapan heran para pengguna trotoar yang sibuk melihat dirinya dan Yoongi, seakan mereka berdua adalah sebuah tontonan yang menarik,

Yoongi menarik rambut bagian belakang Hoseok, hingga mampu membuat Hoseok mendongak kesakitan,
Yoongi tampak tak peduli dengan air mata yang sedari tadi mengalir dari mata indah Hoseok, Yoongi menuntun Hoseok untuk berdiri, lalu membisikkan sebuah kalimat, tepat ditelinga kiri Hoseok,

"Perlu aku ingatkan, sekali pembunuh, tetaplah pembunuh, Jung Hoseok yang manis".

Source of Happiness  [Selesai]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ