“Hei!”
Sehun menghentikan langkah kakinya ketika seorang ahjusshi dengan motornya berhenti didekatnya. “Kau tahu rumah nomor 34 blok B?”
“Aku tidak tahu”
“Kau yakin?”
“Aku juga sedang tersesat, paman. Aku baru pindah kesini”
Pria itu menghela nafas. “Kau mau ku bantu?” tanyanya yang dijawab gelengan oleh Sehun.
“Tidak, aku bisa sendiri”
Sehun kembali berjalan lurus. Jalannya berupa turunan yang ujungnya dapat Sehun lihat sebuah sungai membentang. Ia ingin menuju taman yang berada di dekat sungai itu. Pikirnya, sang ayah pasti bisa menemukannya jika ia menunggu di tempat yang biasa dikunjungi banyak orang.
Lingkungan Seoul tampak jelas berbeda dengan lingkungannya di Beijing. Setidaknya, tempatnya dulu tinggal, semua orang sibuk masig-masing dan hanya menyapa jika sudah mengenal. Namun tempat ini sepertinya tidak.
Sehun belum dua puluh empat jam disini dan ia sudah merasa direpotkan banyak orang.
“Kau mau coklat?”
Ia menghela nafas panjang.
Sehun menengadah melihat seorang halmeoni yang menyodorkan sebatang coklat untuknya. Sehun menggeleng. Dia mengingat nasehat orang tuanya untuk tidak menerima makanan ataupun minuman dari orang yang tidak dikenal.
“Ayolah, ambil satu”
“Tidak perlu, halmeoni”
“Kenapa? Ini gratis”
“Aku tidak mau”
“Apa kau berfikir aku orang jahat?! Aku tidak jahat! Ayo! Ambil ini!”
“Tidak mau—
“Untukku saja, ya?”
Sehun menoleh. Ia menatap orang dengan pakaian aneh membungkuk dan mengambil coklat itu dari tangan halmeoni.
“Terima kasih banyak halmeoni” ucapnya dengan nada suara manis yang membuat Sehun menggeleng tak habis pikir.
“Ayo!”
“HEI! DON’T TOUCH ME!”
Sehun kecil meronta saat tangannya dipegang dan ia diajak pergi darisana. Ia memukuli tangan yang memegang tangannya.
“Aku tidak akan menculikmu. Diamlah!”
“BAGAIMANA AKU BISA DIAM JIKA ORANG YANG TIDAK KU KENAL MEMBAWAKU PERGI HAH?!! AKU AKAN TELFON 119!!”
Sehun masih mencoba melepaskan tangannya. Namun genggaman tangan orang itu pada pergelangannya sangatlah erat. Ia membawa Sehun kesebuah taman yang memang ingin dituju oleh Sehun. Barulah ia melepaskan tangan Sehun.
“Halmeoni tadi memiliki gangguan jiwa, ambil saja coklat darinya dan jika kau tidak ingin memakannya kau bisa membuangnya”
“Terserahku!!”
“Itu akan membantunya, daripada kau menolak coklat darinya! Itu akan membuat sakitnya semakin parah—
“Bukan urusanku!!”
“Kau benar-benar!! apa melakukan itu sangat berat—
“Ku bilang. Itu. Bukan. Urusanku!”
Sehun menatap orang dengan jaket kebesaran yang tebal berwarna hitam pekat, topi hitam, kacamata hitam dan masker hitam.
“Kau terorist?”
“Heh!”
“Kenapa berpakaian begitu?! Tidak panas?!”
YOU ARE READING
Krisyeol; The Immutable Truth
FanfictionI was in Love. Now, I'm in Pain. You were my Happiness. Now, You are my Sadness.
46 ◕ He's Here (🇲🇨 Vers)
Start from the beginning
