18: Territory

16.8K 1.7K 422
                                    




notes: ayang  jangan lupa vote, komen juga, jangan lupa makan, jangan lupa minum air putih biar ga dehidrasi...muahh





18.


Pagi itu Journey sudah disibukan dengan beberapa jadwal, salah satunya adalah mengunjungi studio dimana fotosyut untuk iklan FiFi berlangsung. Javier dan Winnie lah yang menangani fotosyut ini.

"Jadi Karin di Hongkong? Udah ketemuan sama Jayson belum?"

Journey yang baru sampai mendengar Javier berbicara pada istrinya.

"Belom nanya lagi sih." Winnie sibuk menata sebuah tempat tidur menjadi terlihat nyaman dengan segala produk dari FiFi.

"Tapi si Jayson udah get over her kan?" Javier mencoba-coba kameranya dengan mencuri beberapa foto Winnie.

"Bilangnya sih udah ikhlas Karina jalanin hidupnya yang baru, lagian mo ngarep apa sih? Karin juga lagi hamil anak orang lain gitu..." Winnie menoleh untuk mengecek foto yang diambil oleh suaminya dan menemukan Journey di depan pintu, "J-Journey, hai... udah lama?"

Journey menggeleng cepat, "baru aja sampe, did I miss something?"

"Eee... engga, ini, kita baru mau mulai." Jawab Winnie.

"Great," Journey tersenyum, "let's start early so we can finish this soon."





~~





Setelah visit ke studio, ia pergi untuk lunch meeting dengan representative dari sebuah brand pakaian besar asal Jepang untuk bicara bisnis ditemani oleh Ben karena memang sekretarisnya yang satu ini cukup fasih berbahasa Jepang. Baru setelah itu Journey kembali ke kantornya. Ia masuk ke lift lalu bertanya pada Ben soal keberadaan Mara.

Ben segera mengecek ponselnya, untung sebelum sampai kantor ia sudah mengupdate grup chat sekretaris dan Mara sudah bilang bahwa ia sedang makan siang di pantry utama. "Sepertinya masih di pantry utama, pak, mau saya suruh keruangan bapak?"

Tiba-tiba Journey menekan lantai tempat pantry utama berada, lalu melangkah keluar ketika lift itu terbuka dan langsung menuju sebuah ruangan dengan beberapa meja komunal panjang, dapur kering yang cukup luas, deretan rak berisi segala macam cemilan kecil, mesin kopi otomatis, vending machine berisi minuman ringan, dan rak tempat piring dan gelas kertas.

Disana ia melihat Mara sedang makan disalah satu meja dengan Mars duduk disebelahnya, tapi laki-laki itu menghadapkan badannya ke Mara, satu siku ditumpukan ke meja untuk menyangga kepalanya yang menghadap ke perempuan disampingnya, satu tangan lagi sibuk mengusap-usap punggung Mara. Mereka berdua tengah mengobrol sambil tertawa-tawa.

"Mara!" panggil Journey.

Mara langsung terlompat berdiri, "ya, bapak?"

Mars pun ikut terlonjak dari kursinya.

"Udah makan siangnya?"

"Udah, pak." Mara membereskan bungkus makanan didepannya. Sedangkan Journey sibuk menatap Mars dengan tatapan tajam. Mara berusaha mengabaikan wajah Journey yang kesal. Kenapa lagi nih orang. Batinnya.

"Ke kantor saya!" CEO bad mood itu langsung balik badan tanpa menyapa Mars.

Mars menarik tangan Mara sebelum perempuan itu pergi, "Mara, bapak marah sama aku?"

"Emmm... emang kamu bikin salah?"

"Ga tau, tapi kok judes? Dia ga suka ya aku deket sama kamu? Dia tau soal masalah kita dulu kan?"

Mara terdiam, Journey memang sempat tegas soal hubungannya dengan Mars, tapi ia ga yakin Journey kesal karena itu hari ini. "Iya... bukan ga suka, mungkin dia cuma protektif aja. Tapi feeling aku sih dia bukan bad mood gara-gara kita deh, aku keatas dulu deh, I'll check!"

Metanoia (Jeno x Karina | jenrina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang