16: Mars & Mara

15K 1.6K 268
                                    





notes: yang, satu chapter ini gue persembahkan buat Mars dan Mara yah...  next chapter gue janji banyak part Jenrina, jadi yang pada gemes tolong tahan dulu.

oiya, ada sesuatu dinotes bawah... kasi tau gue pendapat lo yah. Tengkyu ayaaaang...





/cw/ mention of 18+ activity, minor please be wise!!




16.


"Oh, I guess I know now... coba lo tanya nyokap lo, mungkin beliau lebih paham, because I'm sure, she's the one behind all of this."

Mars tersekat. Rasanya seperti oksigen menghilang dari sekitarnya, dadanya sakit dan perih. Mamanya? Mamanya sendiri yang menyabotase hidupnya? "Ga mungkin, Mar! lo ga bisa nuduh nyokap gue kaya gitu!"

"Mars, I don't think we can continue this conversation anymore, we're too emotional and tired..."

"No, Mara listen!"

"Mars," Mara mengusap lengan laki-laki itu, "kalo mau bicara, kepala kita harus dingin, dan itu bukan hari ini." Mara melangkah pergi, meninggalkan Mars yang memanggilnya.





~~





Mara kaget saat hampir tengah malam dan ia ditelepon sebuah bar dikawasan Merlion park, kata orang bar itu "your boyfriend is drunk and asked us to call you."

boyfriend...

Tidak heran saat ia menemukan Mars disitu. Tak nampak terlalu mabuk sampai pingsan, tapi cukup mabuk untuk sekedar jalan tanpa bantuan. Mara membantunya berdiri, memapah dengan melingkarkan lengan laki-laki itu pundaknya

"Maraaa, duduk situ dulu yuuuk?" ia menunjuk tangga-tangga besar yang menghadap perairan Marina dekat patung landmark Singapura yang paling terkenal.

"Maraaa, duduk situ dulu yuuuk?" ia menunjuk tangga-tangga besar yang menghadap perairan Marina dekat patung landmark Singapura yang paling terkenal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Mara tak punya tenaga untuk melawan, pun ia malas adu mulut.

"Maraa..." Mars memandang jauh kearah gedung-gedung seberang, "aku udah merunut semua cerita versi kamu dan versiku..."


Aku.

Kamu.


"Hari itu, setelah aku ngaku ke kedua orang tuaku bahwa kamu hamil. Papa cuma bisa diem aja, sedangkan mama bilang dia mau nemuin kamu untuk bicara sebagai sesama perempuan. Tapi setelah ketemu kamu, mama pulang dengan wajah kecewa, katanya kamu nolak menikah—"

"Hah?? Ta—"

"Ssh!! Dengerin aku dulu Mara..." Mars melanjutkan, "mama bilang kamu merasa masih terlalu muda untuk hamil, dan mama minta aku hubungi kamu. Tapi nomor kamu ga aktif. Chat aku ga ada yang terkirim. Aku hubungin lewat nomor lain kamu ga angkat... kamu block aku."

Mara hanya diam mendengarkan.

"Setelah itu mama bilang kalo kamu minta aku jangan hubungin kamu lagi, dan bilang kalo kamu minta uang aborsi, mama kasih liat aku bukti transfernya, dari situ aku mulai marah sama kamu, Mar. jadi waktu mama minta aku untuk lanjut sekolah di Belanda, aku langsung mengiyakan..."

Metanoia (Jeno x Karina | jenrina)Where stories live. Discover now