10. Bertemu Ayah?✧

Start from the beginning
                                    

"Nek, aku mau home schooling aja," celetuknya.

"Ya udah kalo Bio mau, tapi Dan, mama mohon usahain ya, takut ada jalan lain," pinta Yuni.

"Iya ma, nanti aku usahain."

***

Semenjak malam dimana ia berkeliling untuk melihat-lihat, Fabio memilih untuk menempati kamar di atas, dan kini balkon jadi tempat favoritnya. Jika berada disana, Fabio pasti akan mengingat Gama.

Bagaimana keadaan pemuda itu sekarang? Pastinya baik-baik saja 'kan? Fabio jadi rindu bagaimana saat Gama memarahinya, menyuruhnya agar dia makan, dan membujuk saat dirinya dalam mode batu, mengingatnya Fabio tertawa geli.

"Heh! Uy cowok!"

Teriakan itu berasal dari bawah, reflek Fabio melihat asal suara dan menemukan seorang gadis berambut panjang dengan semangatnya melambai padanya. Fabio tentu bingung, apa maksudnya?

"Lo siapanya nenek gue! Apa jangan-jangan lo maling ya!" Suara cemprengnya tanpa sadar membuat Fabio menutup telinganya, tidak jelas sekali cewek itu.

"Wah nggak bisa dibiarin nih, gue harus lapor ke nenek!" Ancam cewek itu lagi, sementara Fabio tidak merespon dan hanya melihat gerak-gerik cewek itu yang kini berlari ke arah gerbang dan membukanya begitu saja, bukankah itu keterlaluan masuk tanpa izin.

Untuk mengatasi kebingungannya, Fabio memilih untuk turun, untuk mengetahui apa maksud cewek tersebut.

"Nah nah! Itu nek, dia malingnya! Wah gila maling dia!" Lihat, Fabio tambah cengo dibuatnya, sementara Yuni justru tertawa.

"Bukan Wa, ini cucu nenek. Fabio namanya, yuk kenalan."

Gadis yang bernama Najwa itu beroh ria, dia sudah salah sangka ternyata. Tanpa merasa bersalah, Najwa berjalan mendekat dan mengulurkan tangannya yang disambut baik Fabio.

"Gue Najwa btw, cucu tersayang nenek Yuni."

"Fabio, salam kenal."

Sesudah berkenalan Yuni mengajak keduanya untuk duduk, mengerti akan kebingungan Fabio, Yuni angkat bicara.

"Dia itu memang udah nenek anggep cucu sendiri Yo, Najwa ini sering nemenin nenek kalo dia senggang, nah rumahnya yaitu samping kanan kita ini." Yuni tentunya sudah amat mengenal gadis tersebut.

"Fabio ganteng nek, kenapa nggak pernah cerita sih kalo ada cucu nenek dengan pahatan indah kayak gini?" Bisik Najwa ditelinga Yuni, suaranya terdengar Fabio didepannya, cowok itu hanya bisa tersenyum tipis.

"Kamu itu, nggak boleh, inget kalian berbeda," jawab Yuni menurunkan kepercayaan diri Najwa.

"Gitu ya, jadi aku nggak dapet restu nih ceritanya?"

Walau tidak tahu arah pembicaraan mereka, Fabio tertawa kecil. Fabio itu ramah, jadi bisa membuat orang-orang disekitarnya langsung nyaman didekatnya.

"Oh iya, Fabio disini berapa hari?"

"Dia bakal tinggal disini bareng nenek."

"Owh, sekolahnya dimana? Apa nanti dia bakal pindah sekolah juga."

"Kalo itu masih dipikir." Bukan Yuni yang menjawab, melainkan Fabio.

"Nah kamu sendiri mau kemana malem-malem gini Wa," tanya Yuni.

"Mau ke depan beli martabak, nenek mau nitip?" Iya, itu tujuan utamanya tadi, tapi terhenti saat melihat sosok cowok asing ditengah kegelapan. Najwa tentu penasaran dan membuat alibi menuduh cowok itu maling, padahal mah dia penasaran ingin kenalan.

"Boleh, rasa keju ya. Ini uangnya, beli satu aja." Yuni memberikan selembar uang berwarna biru, dan diterima oleh Najwa.

"Oke, Fabio mau ikut? Sekalian liat-liat daerah ini, Lo belum hafal pasti." Ajak Najwa.

"Boleh nek?" Tanya Fabio yang meminta izin pada Yuni, wanita itu lantas mengangguk.

"Boleh, jangan lupa pake jaketnya, di luar dingin."

***

Tempat yang mereka tuju tidak jauh, jadi tidak perlu kendaraan untuk membelinya. Najwa sesekali melirik Fabio yang tampak begitu fokus melihat kendaraan yang berlalu lalang, keduanya kini duduk di kursi plastik sambil menunggu pesanan siap.

"Sebelum lo tinggal sama nenek, Lo tinggal dimana? Gue baru liat lo kali ini."

"Ah itu, gimana ya ceritanya... Gue belum siap kalo ceritain itu ke orang lain..." Fabio jujur soal itu, dirinya hanya malu jika menceritakan kehidupannya yang lalu.

"Nggak papa, gue paham."

"Lo sendiri, asli orang sini?," Tanya Fabio balik.

"Iya, dari orok sampe sekarang gue disini. Makanya gue ngerasa asing liat lo tadi." Fabio manggut-manggut saja.

"Kalo lo mau pindah sekolah, ke sekolah gue aja Yo, biar bisa berangkat bareng ada temennya. Bukan gue doang kok, sama temen yang lain, nanti gue kenalin." Jujur, Fabio termasuk spesies langka menurut nya, cowok itu tidak sombong seperti cowok lainnya yang jual mahal.

Tidak lama kemudian pesanan mereka sudah datang, Najwa segera membayar dan berterimakasih. Mereka pun pergi dari sana menyusuri trotoar.

Najwa didepannya menghentikan langkah, hingga Fabio pun mengikuti, "ah iya Yo, temenin gue ke minimarket yok, ada yang mau gue beli. Mumpung masih diluar, males gue kalo keluar lagi nanti."

"Dimana tempatnya?"

"Didepan sana, nggak jauh kok." Najwa menunjuk tempat yang dimaksud, berada diseberang jalan.

Fabio menelan savilanya kasar, "kayaknya gue nggak bisa deh."

"Loh kenapa?" Heran Najwa.

Fabio menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "hmm, g-gue nggak bisa nyebrang jalan." Fabio malu jadinya, pasti akan ditertawakan Najwa nantinya.

"Boleh gue ketawa? Hahahah, gila sih. Nggak nyangka lo segede ini nggak bisa nyebrang, kalah lo sama bocil." Benar 'kan, dirinya ditertawakan.

Najwa menautkan tangannya ke sela jari Fabio, membuat sang empu kaget tetapi hanya diam, membiarkan Najwa membantunya untuk menyeberang jalan. "Nih liat cara gue nyeberang jalan, biar lo juga tau oke. Perhatiin."

Fabio mengangguk saja, hingga saat mereka akan sampai diseberang jalan, Fabio melihat orang yang dia kenal, tanpa ba-bi-bu cowok itu langsung lari begitu saja.

"Ayah!!"

Najwa terkejut, Fabio melepas tautan mereka dan berlari dengan menyebut 'ayah'.

"Ayah!! Ayah!! Ini Bio yah! Berhenti!! AYAH!!." Fabio jelas tidak salah lihat, tadi itu ayahnya, Rio. Laki-laki itu berjalan keluar dari minimarket dan cepat-cepat pergi menaiki mobil saat dirinya memanggil, itu jelas ayahnya.

 Laki-laki itu berjalan keluar dari minimarket dan cepat-cepat pergi menaiki mobil saat dirinya memanggil, itu jelas ayahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TBC...

[]

Lampung, 06072022

Batas Akhir [END]✓Where stories live. Discover now