11 : rasa yang terpendam

Start from the beginning
                                    

Jaemin berjongkok, ia lelah. "Papa, maafin aku yang gak becus hari ini. Aku ceroboh banget sampai membuat keluarga kita kena getahnya. Seandainya aku ga ambil job itu, semua ini ga mungkin terjadi. Tapi, di satu sisi aku butuh duit. Papa aku harus gimana?" Jaemin berbicara menghadap ke langit seolah sedang mengadu ke Papa Winwin.

Membiarkan bulir-bulir hujan mengenai wajahnya yang manis. "Kalo boleh jujur, aku capek banget. Aku pengen istirahat, sebentar aja, kalo boleh. Aku capek banget, Pa."

Pejalan kaki yang lain mengabaikan keberadaan Jaemin yang berada di tengah-tengah trotoar sambil berjongkok itu. Terlalu sibuk pada urusan masing-masing.

Air matanya menyatu dengan hujan. Mungkin bagi siapa saja yang melihatnya akan menganggap Jaemin tidak waras karena berbicara sendiri.

Hatinya sesak, ingin mencurahkan seluruh isi hatinya tapi sebelum itu terjadi, sebuah payung berada di atasnya, terlihat sepatu bermerek itu berhenti di hadapannya. Lantas Jaemin mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa orang itu.

nafasnya yang berburu dan raut wajah yang terlihat cemas. Itu Jeno, sesempat mungkin ia memperlihatkan senyuman terbaiknya, itu bentuk dari hasil usahanya yang berhasil. Dari tadi Jeno mengawasi lelaki manis ini dari halte hingga duduk berjongkok di tengah hujan deras. Jeno terus mengikuti kemana arah Jaemin pergi, dengan berlari tentu saja dan mengabaikan sang supir yang sudah menunggu lama ingin menjemput Jeno.

Jaemin bangkit dari duduknya. "Lo ngapain disini?"

"Ini arah ke asrama omong-omong. Gue ga sengaja liat Lo duduk disini." Bohongnya.

Jaemin diam sambil terus menahan rasa dingin menyelimuti dirinya, tubuhnya mulai gemetar.

Merasa tidak tega dengan keadaan Jaemin. "Ayo, masuk kedalam mobil."

"Tapi, gue basah kuyup. Ntar mobil Lo basah."

"gapapa, udah buruan masuk Lo pasti kedinginan."

Saat di dalam mobil, Jeno menyuruh Jaemin membuka bajunya. Dia tidak berniat macam-macam kok, hanya saja ia merasa kasian pada Jaemin masih memakai pakaian basah seperti ini. Tapi, Jaemin juga menolak melakukannya. Dan dengan berat hati ia mengiyakan, Jeno tidak ingin memaksa lelaki manis itu.

Supir juga kelihatan kasihan pada keadaan Jaemin. Bagaimana tidak? Sedari tadi Jaemin terus mengigil sambil terus memeluk ranselnya. Kepala Jaemin terasa pening dan ia pun memilih memejamkan matanya, berharap peningnya cepat pergi. Lalu hawa dingin menyelimuti tubuhnya, hidungnya mampet dan Jaemin terus saja menahan diri untuk tidak terlihat menyedihkan.

Jaemin tertidur tapi tubuhnya tetap mengigil kedinginan. Jeno akhirnya melepaskan Hoodie yang ia pakai lalu memasangkannya pada tubuh Jaemin. Tangan Jeno terulur untuk mengusap wajah Jaemin.

"Bertahan ya dan moga cepet sembuh." Ucapnya tanpa suara seraya menatap wajah pucat Jaemin.









🍃🍃 MALAIKAT AYAH🍃🍃









Hujan di luar membuat perasaan Renjun makin kalut. Ia tidak bisa berbuat apa-apa karena tangannya yang di perban, di gerakan sedikit saja sudah ngilu. Namun kakinya masih berfungsi dengan baik, lelaki manis ini membuka pintu dengan kakinya, dan itu berhasil walau tadi sempat beberapakali gagal.

Malaikat Ayah [REVISI]Where stories live. Discover now