05. Kedatangan Ethan

Zacznij od początku
                                    

"Dengerin Bunda, nak. Kamu harus kembali ke jakarta dan melanjutkan pendidikan kamu di sana,"

"Kalo kamu tinggal di bandung, kamu pasti nggak akan fokus sama sekolah kamu dan lebih mikirin penyakitnya Bunda."

"Tapi Bun----"

"Mungkin ini kebaikan untuk masa depan kamu, nak. Tolong jangan menolak permintaan Papa kamu ya?"

Ethan tidak bisa berkata kata lagi, dia sudah menduga akan terjadi seperti ini.

"Maaf Bun, tapi Ethan tetep enggak bisa." tolak Ethan dengan perasaan kecewa.

"Kalo kamu nggak bisa terima permintaan Papa kamu, tolong lakukan ini demi Bunda ya?" kata wanita paruh baya itu dengan tatapan memohon pada putranya.

Ethan yang tidak tega melihat Bundanya memohon, dengan terpaksa dia mengiakan permintaan Bundanya.

Chup

Wanita paruh baya itu mengecup singkat kening Ethan sembari mengusap sayang pipi putranya.

"Bunda cuma mau ngingetin, jangan pernah membantah perintah Papa dan jangan sering nyusahin Abang kamu, oke? Dan satu lagi yang paling penting jaga diri kamu baik-baik disana yaa." kata Bunda Ethan.

"Tapi aku ngga bisa janji bakalan nurut sama perintah Papa! Kalo soal bang Mark, Ethan jamin ngga bakal nyusahin dia, Bun."

"Ethan udah turuti semua permintaan Bunda, tapi soal baikan sama Papa, maaf Ethan belum bisa, bun" lirih Ethan.

Dina menghela nafasnya, entah bagaimana caranya dia membuat Ethan kembali baikan dengan Papanya. Dina mengusap sayang puncak kepala putrannya sembari tersenyum tipis.

"Iya gapapa Bunda ngerti, perlahan suatu saat kamu pasti bisa baikan sama Papa kamu lagi."

Ethan tersenyum tipis, dia tidak bisa melihat Bundanya bersedih dan merasa kecewa, mungkin mulai sekarang dia harus bisa memaafkan kesalahan Papanya agar Bundanya tidak kembali bersedih.

Tanpa mereka sadari Mark sudah berdiri di ambang pintu dan tak sengaja mendengar obrolan mereka. Dina yang sadar dengan kehadiran Mark, lalu dia menyuruh Mark masuk.

"Abang sejak kapan sampainya?" tanya Bundanya lalu mengajak Mark duduk.

"Baru aja nyampe Bun," kata Mark.

"Seharusnya lo ngga usah jemput gue bang! Lo tau sendiri kan gue ngga suka tinggal bareng Papa!" cerocos Ethan.

"Papa yang minta, bukan gua."

Ethan mendengus kesal, Mark sangat penurut dengan Papanya, berbeda dengan dirinya yang suka membantah setiap aturan yang diberikan Papanya.

"Abang apa kabar? Kamu kelihatan lebih dewasa dan tambah ganteng." kata Bundanya yang jarang sekali melihat Mark, sampai ia tak sadar putra sulungnya itu tumbuh dewasa dan tampan sepertinya Papanya.

Mark yang mendengar itu hanya tersenyum hangat, sudah satu tahun ini ia jarang bertemu dengan Bundanya, karena Papanya melarang ia pergi ke Bandung.

"Baik bun, kesehatan Bunda gimana? sakitnya apa masih separah kaya dulu?" tanya Mark terlihat khawatir dengan Bundanya.

Dina tersenyum tipis ternyata Mark sangat peduli dengannya ia kira putra sulungnya itu akan melupakannya. "Bunda baik-baik aja, sakitnya Bunda juga jarang kambuh, jadi kamu ngga perlu khawatir," ucapnya.

Mark menghela nafasnya lega, ia bersyukur Bundanya baik-baik saja, jadi ia lebih tenang sekarang.

Ethan yang sendari tadi duduk dan mendengar obrolan mereka, ia lebih memilih keluar dari kamarnya dan memberikan waktu untuk Mark dan Bundanya mengobrol berdua. Mark mengalihkan pandangannya pada Ethan yang tiba-tiba keluar. Ia mengerti sekarang, mungkin Ethan memberikan ia waktu untuk bisa mengobrol dengan Bundanya.

SHITLOVEOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz