"Siapa?" Tanya Lyana mulai penasaran.

"Kutil di pantat gue, kalian berdua kembar. Muka lo mirip kutil di pantat gue Lyana, sumpah! Gak bohong gue."

Lyana mendengus, ia langsung menepis kasar tangan Alingga dan menendang kuat kaki cowok itu. "Nyebelin!"

"Hehe, tapi beneran mirip. Lo mau liat nggak?" Tanya Alingga dengan jahil.

"Tai! Lo mirip tai Lingga!"

Alingga tertawa, dia benar-benar puas sudah menjahili Lyana. Baginya menjahili Lyana seperti kewajiban yang sudah seharusnya dia lakukan setiap hari.

Keduanya lalu sama-sama diam, Lyana sibuk mendengus dan Alingga kembali bungkam setelah tawanya hilang.

Kemudian waktu terus berjalan, suasana makin sunyi dan dingin.

Lyana melirik Alingga dari ekor matanya, wajah cowok itu memerah dan bibirnya kering pucat. Lyana yakin sebenarnya Alingga memang sakit, tapi dia sok jagoan saja supaya Lyana tidak meremehkannya.

"Ehem!" Lyana berdehem pelan, membuat Alingga menoleh dengan alis terangkat satu.

"Keselek kegantengan gue lo?" Tanya cowok itu dengan percaya diri.

"Gue lagi dalam mode baik nih, ini terjadi 700 tahun sekali jadi jangan sia-siakan kesempatan ini. Gue mau menawarkan diri kalau lo pusing tiduran di paha gue, biar gue urut kening lo," ujar Lyana sambil berdecak.

"Udah mandi lo?" Bukannya menjawab Lyana, Alingga malah balik memberikan pertanyaan.

"Kok jadi nanya mandi? Kan gue lagi menawarkan kebaikan."

"Ya gue mau mikir-mikir dulu lah bego! Kalau lo bau, mana mau gue tiduran di paha lo. Yang ada bukannya sembuh gue malah langsung log out dari dunia," balas Alingga dengan senyum jahil.

"LINGGA-"

Alingga buru-buru menutup mulut cewek itu dengan tangannya, ia lalu segera membaringkan kepalanya di paha Lyana dan dia tertawa pelan. "Yaudah buru, pijetin yang enak. Hitung-hitung gue lagi open BO," ujar Alingga sambil melepas tangannya dari mulut Lyana.

Lyana menggeram marah, rasanya ingin mencekik cowok itu dengan kuat sampai dia kesuliatan bernapas. Tapi Lyana langsung ingat kalau membunuh seseorang bisa di pidanakan, dia tidak ingin masuk penjara.

Cewek itu menarik napas sebentar, berusaha membuat dirinya tidak kesal pada Alingga. Lalu, Lyana perlahan mulai memijit kening Alingga dengan pelan dan hati-hati.

"Gue mau tidur, jangan kentut lo ya! Nanti bangun-bangun gue beda alam," seru Alingga.

"Lo bacot mulu, lama-lama gue jahit mulu lo!"

"Ssssstt!" Alingga mendesis dengan jari telunjuk di depan mulutnya. "Udah calon istri yang baik nggak boleh ngomong kasar sama calon suami gantengnya."

"Jijik gue dengarnya!"

"Dan calon istri yang baik gak akan manggil suaminya pakai nama, mulai sekarang lo harus panggil gue Ayah dan gue akan panggil lo Abah."

"Linggaaa!!"

"Bunda, maksudnya."

***

Mata coklat Lyana terbuka, ia menyipit sebentar melihat sekeliling. Cewek itu ketiduran.

Ah, ternyata dia masih berada di rooftop rumah sakit, dinginnya angin semakin menembus bajunya. Lyana pikir Alingga akan menggendongnya dan memindahkan cewek itu ke tempat yang lebih nyaman seperti di drama-drama yang pernah dia tonton. Tapi memang salah Lyana berharap pada Alingga, cowok banyak tingkah itu mana sudi melakukan hal baik pada Lyana, apalagi sekarang Alingga memang masih sakit.

ALINGGA (Completed)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن