48. Last Tribute

140 16 0
                                    

Pagi pertama di musim gugur begitu terasa sendu. Daun-daun yang menguning perlahan berguguran seperti hujan. Di tambah dengan suasana muram yang penuh kesunyian membuat nuansanya berubah seperti adegan drama yang penuh ironi.

Ini kedua kalinya bagi Yuhi datang ke Jepang dalam minggu ini. Dan kedatangannya yang kedua ini terasa sangat berat untuknya.

Wajah itu tampak familar tapi sesungguhnya Yuhi tidak benar-benar mengenalnya.
Menyaksikan langsung peti mati kaca itu masuk ke dalam tanah membuat hatinya kembali bergemuruh.

Perasaan bersalahnya tiba-tiba muncul, wanita cantik dalam peti mati kaca itu mati karena dirinya. Ini seolah menjawab pertanyaan Yuhi perihal Kris yang menyebutnya pembunuh di dalam mimpinya.

Gadis itu tidak lagi menyalahkan Kris. Kehilangan istrinya pasti terasa sangat berat untuknya. Rasa cintanya pada istrinya mungkin lebih besar dari kasih sayangnya pada Yuhi dan Yuhi tidak iri dengan itu. Kris punya hak atas perasaannya.

Yuhi seolah memberikan luka psikologis yang dalam pada Kris hingga kebencian pria itu pada dirinya tidak dapat lagi di bendung. Di sisi lain Kris juga menorehkan luka trauma yang tidak main-main pada Yuhi dan membuat gadis itu di hantui mimpi buruknya sendiri. Bukankah mereka sudah impas?

Ini adil untuk kedua belah pihak dan Yuhi sudah berpikir dia akan memaafkan ayahnya.

Gadis itu memejamkan matanya dengan bibir yang bergetar ketika sedikit demi sedikit tanah menimbun peti mati ibunya. Gadis itu membalikkan tubuhnya menghadap Chenle, dia tidak sanggup melihat tubuh itu tertimbun tanah.

Chenle memeluknya, menyembunyikan tangis Yuhi di dadanya. Lelaki itu juga menatap Yuta yang mematung dan menyaksikan ibunya tertimbun tanah.
Yuta tidak menangis. Tapi itu justru yang membuat Chenle sedikit mengkhawatirkan kakak iparnya. Yuta hanya berpura-pura kuat. Dia tidak ingin menangis di depan Yuhi.

Duka itu membuat segala hal di dunia ini tampak buruk.
Duka itu sebuah perkara emosional yang tidak semua orang bisa mengerti dan memahami.
Duka itu nyata bagi orang-orang yang merasakannya. Pedihnya, sakitnya, perasaan kehilangan dan beratnya merelakan semua itu tidak akan bisa di lalui dengan mudah.

Takdir tidak pernah memilih mangsanya, siapa yang akan mendapat takdir baik dan siapa pula yang akan mendapat takdir buruk. Sebuah hal terkuat yang tidak bisa manusia lawan, itulah takdir.

Dan tidak ada yang bisa Yuhi dan Yuta lakukan selain menerima semuanya dengan lapang dada. Belajar merelakan sesuatu yang tidak lagi menjadi milik mereka.

Ini berat, tapi lebih berat lagi jika perasaan tidak rela itu tetap membayangi mereka, seperti apa yang terjadi pada Kris. Pria itu tidak bisa merelakan kematian istrinya hingga memberikan pemakaman yang layak pada tubuh tak bernyawa itu pun dia tidak mampu.

Kris adalah satu-satunya pihak keluarga Nakamoto yang tidak hadir di pemakaman itu. Dia masih ada di rumah sakit namun dokternya bilang memungkinkan untuknya datang ke pemakaman, namun pria itu menolak. Dia masih tidak sanggup.



********


Yuhi masih menangis sesampainya mereka di hotel. Beberapa kali dia menyalahkan dirinya sendiri dan mengasihani pria yang telah menyiksanya. Psikisnya masih belum stabil dan perasaan bersalah itu kembali membuat dia labil.

Chenle tidak mampu menenangkannya lagi dan memberikan kuasa penuh pada obat penenang untuk mengendalikan Yuhi.
Gadis itu tertidur sekarang, terhitung sudah 4 jam setelah pemakaman berakhir. Dan Chenle yang setia memeluknya selama Yuhi tidur.

Chenle juga ikut tertidur di samping Yuhi. Tragedi ini juga membuatnya merasakan tekanan batin dan stres yang membuat pikirannya lelah. Dia memilih mengistirahatkan pikirannya sejenak. Membiarkan Yuhi bersembunyi di dadanya dan meringkuk dalam pelukannya.

Namun ada hal janggal yang ia rasakan dalam tidurnya. Sesuatu yang dia pikir ini mimpi tapi terasa begitu nyata ketika sebuah benda basah dan hangat menyapu permukaan bibirnya. Chenle diam pada awalnya tapi ketika dia sadar ini bukanlah mimpi, Chenle mulai membuka matanya.

Yuhi ada di atasnya, dia menduduki perutnya dan melumat bibir Chenle dengan sensual hingga membuat lelaki itu melotot.

"Yu-Yuhi..."

"Aku Daegal." Jawaban Yuhi setengah ngelantur. Gadis itu akan kembali menyerang bibirnya jika saja Chenle tidak menahan tubuh gadis itu.

Dia ngelantur, mungkin ini efek obat penenang yang dia minum. Gadis itu bahkan bisa tertawa dan menggonggong di atas tubunya.

"Yuhi.. ayo tidur lagi." Bujuk Chenle tapi Yuhi justru menggeleng dengan lidahnya yang terjulur. Beginilah jadinya kalau Yuhi terbangun sebelum efek obat penenangnya habis.

Demi Tuhan Chenle sangat gemas padanya sekarang. Dia belum pernah melihat Yuhi mabuk sebelumnya namun mabuk karena obat penenang tentunya bukan sesuatu yang bagus.

Butuh kesadaran ekstra bagi Chenle untuk menahan dirinya. Melihat Yuhi yang seperti ini membuat hasratnya bangkit, tapi Chenle pikir tidak etis menyerang gadis itu disaat seperti ini.

"Hey..hey.. Yuhi kau menduduki sesuatu yang berbahaya .. ayo turun." Pinta Chenle sekali lagi.

Lelaki itu menarik tubuh Yuhi kedalam pelukannya lalu menggulingkan gadis itu ke samping. Yuhi tidak memberontak tapi dia bersikap agresif sekaligus seduktif dengan mengendus leher Chenle dan menggigitnya.

"Aak... Yuhi .. hentikan!!!!"


 hentikan!!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Young Master | Zong ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang