33. Crying Out

139 13 0
                                    

Betapa rumitnya hidup Chenle saat ini, sesuatu yang berusaha dia tutupi malah menjadi bumerang untuknya sendiri.

Fakta tentang pernikahannya dan kisah lamanya bersama Ryujin akan menjadi bab panjang yang tidak ada habisnya jika dia tetap diam dan mengambang di tengah.
Yuhi mungkin sudah mengetahui hubungannya dengan Ryujin meski Chenle tidak memceritakannya, tapi Ryujin masih belum tau kalau Chenle sudah menikah dengan Yuhi.

Dan gadis pirang yang tidak tau apa-apa itu pagi ini datang ke mansion Chenle. Bersamaan dengan Chenle dan Yuhi yang bersiap akan berangkat ke kampus.

Ryujin menatap Chenle dan Yuhi yang akan masuk ke mobil dengan tatapan bertanya.

"Apa dia sepupumu?"

"Ryujin.. dia..." Entah kenapa hanya menyebut beberapa kata saja terasa sangat berat bagi Chenle. Bukankah dia sangat pengecut? Dia tidak mau mengakui Yuhi di depan Ryujin dan fakta itu membuat Yuhi sangat sakit.

"Hai... aku Ryujin, pacar Chenle.." Ryujin melambai pada Yuhi yang hanya di balas senyuman lemah dari Yuhi.

Yuhi tidak ingin membalas sapaan itu. Sejujurnya dia memang tidak menyukai Ryujin, tapi Yuhi tidak bisa menunjukkan itu di depan Ryujin.

"Chenle.. aku naik bus saja. Pergilah dengan kekasihmu." Yuhi tersenyum lemah dan mengambil kembali tasnya yang sudah dia letakkan di dalam mobil.

"Nona Yuhi..." gumam seorang kepala pelayan yang mengikuti Yuhi keluar. Tapi Yuhi hanya melemparkan senyuman manisnya agar wanita paruh baya itu tidak khawatir.

Takdir tampaknya sangat senang membuat Chenle terpojok.
Suasana ini bertambah rumit ketika mobil orang tua Chenle datang.
Suho dan Irene yang baru turun dari mobil nampak kebingungan melihat situasi aneh di halaman rumah mereka.

Kedua orang tua Chenle baru saja kembali  dari china dan mereka tidak tau apa yang terjadi di antara Chenle, Ryujin, dan Yuhi.
Bahkan Irene pun tampak kebingungan ketika Yuhi menunduk memberi salam padanya lalu berjalan kaki keluar pagar tanpa Chenle.

"Hai mama.. sudah lama ya tidak bertemu." sapa Ryujin pada Irene.

"Oh.. halo Ryujin.." Irene berusaha tetap ramah namun tatapan bertanyanya pada Chenle terasa begitu menusuk.

Chenle yang melihat mamanya langsung menghela nafas  dan mengusap wajahnya dengan kasar.



*****



Jatuh hati itu tidak bisa memilih, takdirlah yang memilihkan. Yuhi tidak pernah berniat membiarkan dirinya jatuh cinta, tapi dia sungguh tidak sengaja.
Dan sekarang dia harus menanggung kecewa sebagai konsekuensinya.

Yuhi mungkin sedikit tinggi hati. Berharap bahwa bahagianya akan bertahan sedikit lebih lama. Tapi nampaknya di dunia ini memang ada hal yang tidak diciptakan khusus untuknya. Hal itu adalah 'kebahagiaan'.

Zhong Chenle bukan siapa-siapa untuknya beberapa bulan lalu. Tapi ketika dia sudah menjadi siapa-siapa dan Yuhi memprioritaskannya, nama Chenle Yuhi ukir dalam huruf tebal dalam hatinya, seperti sesuatu yang penting. Namun sedihnya Chenle tidak menganggap itu sama, lelaki itu justru mengukir nama Yuhi dengan huruf miring seolah dia adalah benda asing.

'SADARLAH YUHI !!
Zhong Chenle itu hanya menolongmu, dia memberimu belas kasihannya tapi cintanya bukan milikmu. '

Seolah ada sebuah tangan imajiner yang menampar wajahnya berulang kali agar dia sadar. Yuhi terlalu banyak mengikutsertakan perasaannya ketika dia bersama Chenle. Hingga tidak sadar kalau dia sudah jatuh hati. Mungkin ini juga saatnya Yuhi untuk bangun, menyadarkan dirinya, menyadarkan hatinya kalau Chenle bukanlah miliknya.

Yuhi menunduk, bahkan ketika cahaya rembulan sudah meredup di balik awan kelabu tetap tak mampu membuat Yuhi bergeming. Kakinya kesemutan dan punggungnya nyeri, hanya saja gadis itu tidak tau dia harus kemana.

Yuhi sudah duduk disana sejak pagi, di sebuah halte usang dekat dengan kampusnya. Dia membolos kuliah.

Yuhi tidak melakukan apapun dan hanya duduk termenung, menatap kosong lantai beton dengan beberapa orang asing yang melaluinya. Bahkan bus terakhir hari ini pun sudah lewat tapi Yuhi masih tidak ingin beranjak. Dia tidak ingin pulang.

"Oy.."
Sapa sebuah suara yang pernah menjadi traumanya.

Yuhi mengangkat kepalanya, menatap pria itu dengan datar. Harusnya dia takut, ya benar. Tapi hari ini dia terlalu sedih untuk merasa takut.

"Masuk !!!"  Perintah pria itu. Dia adalah Kris, orang yang harusnya paling dia takuti.

Yuhi berjalan lemah ke arahnya seperti sedang menyerahkan diri pada kematian. Adrenalinnya mungkin sudah mati, bahkan jika saja Kris akan memukulinya lagi sekarang mungkin Yuhi hanya akan diam.

"Apa putra keluarga Zhong itu sudah membuangmu?"
Kris menatapnya dengan seringaian sinis, lalu memerintahkan supirnya untuk menjalankan mobil.

"Tidak perlu sedih. Kau sudah tau cara mainnya, kau bisa menggoda putra keluarga kaya lainnya..."

Yuhi masih tidak bergeming. Terlalu lelah untuk merasa sakit hati pada kata-kata kasar Kris. Gadis itu hanya pasrah. Menatap kosong pada jalanan malam dan tidak ingin tau kemana Kris akan membawanya pergi.







Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Young Master | Zong ChenleWhere stories live. Discover now