It Hurts Me

1.5K 166 33
                                    

Tidak ada hal yang paling mudah membuat seorang Kim Namjoon berubah menjadi begitu terbawa oleh emosional.

Kecuali, hal itu selalu berkaitan dengan keluarganya. Terutama kondisi Jimin. Hanya Jimin yang selalu berhasil mempengaruhi suasana hati dan pola pikirnya setiap kondisi anak itu menurun.

Contohnya saja seperti yang terjadi malam ini.

Namjoon yang saat itu masih sibuk berkutat dengan berkas-berkas dalam ruang kerja perusahaannya yang sunyi. Mendadak bergegas pulang setelah menerima panggilan dari Jungkook yang mengatakan jika Jimin tengah drop.

Sungguh, ia sangat merasa bersalah sekaligus khawatir karena telah begitu egois meninggalkan Jimin padahal ia sadar kondisinya adiknya tidak baik.

"15 menit lagi aku sampai Kook, tolong beritahu Shin Ahjumma agar menyediakan tabung oksigen di samping lemari pakaian kalau Jimin membutuhkan. Tolong Jaga Jimin sebelum aku tiba."

Sudah lama sejak sambungan telfon keduanya terputus, namun masih menyisakan rasa cemas yang cukup besar dalam benaknya. Jungkook telah berpesan agar ia bisa berhati-hati di jalan. Namun ia yang selalu saja mengabaikan permintaan kecil Jungkook itu. Namjoon tidak pernah bisa mengontrol dirinya di saat seperti ini.

Setiap kali Jimin bertingkah aneh. Namjoon tahu anak itu sering terbawa perasaan dan memikirkan hal yang mengganggunya secara berlebihan. Situasi ini terus berulang, setidaknya sampai Jimin sering sakit-sakitan setelahnya

"Tolong," gumamnya frustasi. Netranya menerawang jauh pada kilauan cahaya merah dari banyaknya kendaraan roda empat di depannya. Berharap ia tidak terjebak kemacetan mengingat jam pulang kerja karyawan perusahaan sudah tiba. Hingga ia bisa sampai di rumah secepatnya.

Namjoon terlalu fokus memikirkan bagaimana kondisi adiknya. Hingga pemuda itu mungkin tidak menyadari, ia sudah mengemudikan mobilnya dengan kecepatan melebihi batas normal.

"Hyeong mohon jangan lagi, Jim."

-Hold Me Tight-

Di sisi lain, ada Jungkook yang terlihat begitu sibuk di kamar Jimin.

Rasanya cukup beberapa saat yang lalu si bungsu dibuat panik setengah mati. Jungkook ingat, tadi Jimin mengeluh sakit padanya dan Shin Ahjumma.

Kalau Jimin sudah bersuara seperti itu, Jungkook yakin rasa sakit itu benar-benar sudah menyakitkan bagi hyeong nya. Ia benar-benar tidak tega setiap kali melihat Jimin dalam keadaan yang seperti ini.

"Jungkook.."

Jimin melirik melalui ekor matanya, wajah Jungkook yang memandangnya dengan tatapan penuh gurat khawatir.

Jimin memejamkan matanya ketika rasa nyeri kembali menusuk area dadanya. Sungguh, rasanya sangat sesak melebihi nyeri yang ia rasakan di gudang kampus tadi siang.

Shin Ahjumma baru saja keluar kamar untuk mengganti air hangat bekas kompresan yang telah dingin sebelumnya. Handuk kecil basah yang tersisa menutupi kening Jimin belum sepenuhnya bekerja menurunkan demam tubuhnya.

"Dadaku.., sakitt sekali."

Susah payah Jimin akhirnya berhasil mengucapkan kalimat itu. Terlebih jika dilihat ia sendiri semakin kesulitan meraup oksigen di sekitarnya. Ingin menangis saja rasanya.

Cukup kalimat itu bagi Jungkook. Si bungsu bergegas menyambar tabung oksigen yang tersembunyi di samping lemari pakaian di sudut ruangan. Sesuai perintah Namjoon, Jungkook membantu Jimin memakai masker oksigennya.

"Bagaimana Hyeong? Sudah lebih baik?" Jimin menggeleng lemah.

Belum merasakan perubahan apa pun. Sedangkan Jungkook semakin khawatir dibuatnya.

Hold Me Tight✓Kde žijí příběhy. Začni objevovat