Masalah

1.6K 175 0
                                    

Jimin menghembuskan nafas kasar setelah tubuhnya berhasil mendarat dengan sempurna pada sofa besar di ruang tengah.

Matanya langsung terpejam merasakan sensasi penat dan letih yang menguasai sekujur tubuhnya. Kepalanya terasa pening sejak tadi. Kalau sudah seperti ini, Jimin tidak akan sanggup memperhatikan sekelilingnya lagi. Entah bagaimana posisinya saat ini. Yang Jimin butuhkan sekarang hanyalah duduk, diam, dan bernafas.

Tolong camkan itu baik-baik.

Jangan mengajaknya bicara kalau dia sedang sangat lelah.

"Tuan muda Jimin,"

Jimin diam, masih betah dengan posisinya. Terkesan enggan menanggapi seruan seorang yeoja paruh baya yang sepertinya berdiri di dekatnya.

"Tuan muda Jimin,"

Jimin membuka matanya perlahan. Kerutan di keningnya terlihat jelas. Saat rasa sakit yang menusuk kepalanya menyambutnya begitu membuka mata. Menimbulkan kekhawatiran lain dari sosok yang memperhatikannya sejak tadi.

"Tuan muda tidak apa-apa?"

Jimin tidak mengubah posisi tubuhnya yang menyandar sempurna pada Sofa besar ini. Hanya kedua netranya yang menatap sayu ke arah samping. Tempat lawan bicaranya berdiri.

Jimin sempat terkekeh pelan, sebelum kedua bibir tebalnya yang terlihat pucat ia ajak untuk berbicara. Meski hanya terdengar seperti berbisik.

"Ahjumma, hyungdeul eodisseo?"

Shin Ahjumma semakin menunjukkan gurat kawatirnya mendengar lirihan darinya. Jimin rasanya ingin sekali tertawa melihatnya.

"Tuan Yoongi masih di Rumah Sakit, Tuan Seokjin dan Tu--"

Jimin segera menyela dengan mencoba mengubah posisinya menjadi duduk. Namun, Jimin terlihat kesulitan melakukannya. Shin Ahjumma turut membantunya.

"Tuan Seokjin dan Tuan muda Taehyung sedang jalan-jalan, Tuan muda Jungkook belum pulang dan Tuan Namjoon--"

"Namjoonie hyung masih di kantor Ahjumma," sambung Jimin sambil kedua bibir plump itu tersenyum tipis.

"Lalu bagaimana Tuan muda bisa pulang? Bukannya Tuan Namjoon ditugaskan menjemputmu?"

Jimin menggeleng, "Ahjumma, jangan panggil aku Tuan muda. Cukup panggil namaku, Ji-jimin," ucapnya sedikit lemas.

"Pantas sa-ja sepi. Tiga Monster serta satu anak singa dan satu anak kelinci sedang ti-dak a-da." gumamnya lagi dengan bibir mengerucut.

Wanita paruh baya itu hanya terkekeh setelah mendengar ucapan Majikan kecilnya.

"Baiklah, mianhae, sudah lama juga Ahjumma tidak memanggil kalian seperti itu. Tapi bagaimana Jimin pulang? Kenapa jadi lemas seperti ini?" Raut wajah yang semula tenang mendadak berubah penuh kecemasan.

Jimin menatap sayu orang di depannya. "Aku pulang dengan bus --Ahjumma."

Jimin memang merencanakan ini jauh-jauh hari. Kalau Namjoon tidak bisa menjemputnya tepat waktu. Maka, Jimin akan memilih angkutan umum sebagai jalannya bisa pulang dengan cepat. Tapi tentu saja beragam konsekuensi akan diterimanya dengan mengambil pilihan itu.

Atensi keduanya teralihkan dengan suara teriakan seseorang dari arah Pintu.

"JIMIN-AH..!"

"Tamatlah riwayatku. Namjoon hyung sepertinya sudah pulang."

Setelahnya pemuda yang ia bicarakan benar-benar berdiri tepat di sampingnya. Jimin memandang horor wajah Namjoon yang berekspresi datar.

"Astaga, Jimin persiapkan telingamu untuk menghadapinya."

Hold Me Tight✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt