"Benar juga, dia tidak ada niat buruk pada Nana, kan?"

"Anaknya juga berbeda dari anak anak lain. Anakku bilang, Nana itu aneh. Dia suka berbicara sendiri seperti orang gila."

"Iya, aku juga sering memperhatikannya, anak itu ada penyakit mental atau apa?"

"Kenapa harus sekolah disini? Anak anak lain kan bisa terbawa pengaruh buruknya Nana."

Jaehyun geram mendengar bisikan bisikan itu, dia melirik ke arah Nana yang sedang menggandeng tangannya. Anak itu tampak terganggu dengan ucapan ibu ibu anak anak lain yang membicarakan mereka. Dia hanya menatap lurus kedepan.

Jaehyun lantas menutup kedua telinga Nana dengan tangannya, membuat anak itu menoleh.

"Sshhtt, jangan didengar."

Nana mengangguk dan kembali berjalan keluar dari area sekolah. Mungkin bagi Jaehyun, sesekali menjemput Nana dari sekolahnya adalah ide yang buruk. Entah darimana rumor itu bisa sampai ke orang tu murid lainnya, yang pasti hal itu sangat mengganggu bagi Jaehyun. Nana juga akan merasa sangat malu, kan?

Selama di perjalanan pulang bahkan sampai di apartemen sekalipun, tak ada yang membuka suara. Situasi menjadi canggung setelah mereka mendengar gosip yang beredar tentang keduanya.

Kini Jaehyun meletakkan buah buahan yang dia beli sebelum menjemput Nana ke atas meja, sementara anak itu berniat pergi ke kamarnya.

"I'm sorry."

Nana menoleh, mendapati raut sedih Jaehyun yang masih sibuk memindahkan buah buahan dari plastik ke dalam wadah di atas meja pantry.

"Hmm?"

Jaehyun menghentikan aktivitasnya, lalu menatap anak itu.

"Nana malu ya mendengar ucapan ibu ibu itu tadi?"

Nana tampak terdiam sebentar, lalu menggeleng.

"Tidak."

"Benarkah?"

Anak itu mengangguk.

"Appa malu?"

"Tidak, appa hanya khawatir kalau kau yang akan menjadi malu."

"Tapi Nana tidak malu."

"Sungguh?"

"Tentu saja!"

Jaehyun mencoba tersenyum mengangguk mengerti, lantas kembali sibuk mengeluarkan buah buahan dari dalam plastik.

Nana mendekat, duduk di kursi dan menatap Jaehyun.

"Appa."

"Please know that i am always proud that you're my father and i am really sorry that i always made you feel disappointed."

"One day, i wish i can find someone who treat me like a princess the same way as you."

"Jadi jangan merasa bersalah dan takut kalau Nana akan malu. Itu tidak benar. Kata ibu penjual permen yang sering Nana beli, orang yang suka menggosip mulutnya akan berubah menjadi mulut kuda.

"Nanti mulut ibu ibu itu akan berubah menjadi mulut kuda karena terlalu banyak menggosip. Seperti itu."

Nana memajukan bibirnya sambil menirukan suara kuda, membuat Jaehyun sontak tergelak dibuatnya.

"Yang dikatakan ibu ibu itu kan tidak benar, jadi untuk apa malu? Seandainya meski Nana bertemu ayah kandung Nana sekalipun, Nana tidak akan mau tinggal dengannya. Nana kan punya appa."

Jaehyun mengangguk dan mengacak pelan surai anak itu. Nana benar, astaga.. Diceramahi bocah memang memalukan, namun untuk anak seusianya, logika Nana berkembang lebih capet. Anak itu tahu mana yang benar dan yang salah, lantas bagaimana cara menyikapinya.

Memories Philosophy || Jung JaehyunWhere stories live. Discover now