32. mematung

2K 434 86
                                    

mau ngabisin stok photo2nya phil yg shirtless sebelum majang photo yg ono 🙈😆 (photo yg akan ketempelan stiker ibu duh gusti) wkwwwk

Philipp POV

Aku melirik Tina yang duduk menghadap TV di ruang tamu yang dulu berfungsi sebagai kamar tidurku.

"Badannya masih panas Phil? Kamu jadi kebanyakan bengong sejak nyampe rumah" Suara mutter terdengar di sampingku.
Tangannya lalu memeriksa keningku.
Aku menoleh padanya lalu melirik ke arah Tina.

"Agak panas" Lanjut mutter, wajahnya terlihat khawatir.

Tubuhku kembali terasa panas bukan karena sakit yang mengharuskan aku berobat ke rumah sakit, tetapi karena panas akibat hasrat yang tidak tersalurkan beberapa hari belakangan ini, walaupun akhirnya tersalurkan dengan tangan, tetapi hasrat ini masih belum terpenuhi.

Tina selalu membuatku horny setiap saat, berdekatan dengannya membuat pangkal pahaku selalu keras dan rasanya sakit untuk di tahan.

"Minum obat ya Phil" Suara mutter terdengar lagi.

"Gak usah mutter" Tolakku cepat.

"Ih, nanti makin sakit" Wajah mutter semakin khawatir.

"Nanti juga sembuh, tadi obatnya gak mau di minum" Jawabku lalu melirik Tina.
Perempuan itu tidak bereaksi apa-apa mendengar perkataanku.

"Ha? Obat apaan yang gak mau di minum?" Tanya mutter bingung.

Tadi pagi setelah aku selesai mencuci muka dan menyikat gigi, Tina tidak terlihat lagi di dalam kamarku. Dan seharian ini sampai waktu pulang kerja, Tina menghindariku.
Untung saja ketika waktunya pulang, mutter menelpon Tina menanyakan keadaan dan memintaku datang menginap.

Aku langsung setuju karena semangat memikirkan sepanjang perjalanan pulang berboncengan dengan Tina, entah Tina yang akan berada di belakangku atau aku yang berada di belakang, tubuh kami pasti akan menempel erat dan aku sangat tidak sabar.

Pada akhirnya Tina yang membawa motor tetapi punggungnya membawa ransel sehingga aku tidak dapat menempelkan dadaku padanya.
Kecewa tubuh kami tidak langsung menempel satu sama lain, ransel Tina sukses menjadi pembatas di antara kami.
Ketika tanganku memanjang untuk melingkar memeluk pinggangnya, Tina memukul tanganku sehingga aku menarik kembali kedua tanganku.

Sepanjang perjalanan kami tidak mengeluarkan suara dari mulut kami berdua.
Dan sekarang Tina terlihat tidak memperdulikan keberadaanku seperti waktu dulu aku tinggal di sini.

Aku paham Tina tidak ingin membuat mutter curiga dengan hubungan yang baru kami jalani. Tetapi sekarang ini rasanya sudah tidak tertahankan lagi.
Kepalaku pusing luar biasa, sejak tadi aku menahan diri untuk tidak pergi ke kamar mandi.

"Muka kamu pucat banget Phil, kamu udah makan belum?" Tanya mutter.

"Udah mutter" Jawabku berbohong.

"Beneran? Jangan-jangan kamu bengong gara-gara belum makan"

"Makan lagi aja ya, kebetulan ibu masaknya banyak"
Mutter kembali bersuara.

"Ya udah kalau mutter maksa" Jawabku dengan meringis.

"Sebentar ibu ambilin, kalau nyuruh Tina, itu anak bakalan ngamuk, kayanya dia lagi mode senggol bacok" Mutter berdiri setelah melirik Tina sekilas.

Senyumanku melebar ketika mutter meninggalkan kami berdua, kesempatan ini aku ambil dengan mencondongkan tubuhku ke arah Tina lalu tanganku memanjang meraih perutnya dan menarik tubuhnya mendekat, Tina terkejut.

"Heh?! Ngapain sih?" Tanyanya lalu mendorong tubuhku ke belakang.

"Saya kangen kamu Tinaaa" Suaraku terdengar merengek, mengutarakan isi hatiku, semoga saja Tina kali ini mengerti keadaanku.

"Kangen tapi gak begitu juga kali, entar ibu mergokin, elu mau di gebukin ibu?" Tina bergerak menjauh.

Aku menatapnya sedih. Tina tidak peka.

Aku menyenderkan punggung ke belakang dengan lemas.

"Saya kangen kamu, cuma mau meluk kamu" Ucapku pelan.

Tina menatapku dengan pandangan mengamati.

"Elu tuh aneh deh, sejak pacaran kenapa jadi manja gini" Suara Tina lebih terdengar seperti orang kesal.

"Memangnya gak boleh manja sama kamu?" Tanyaku lalu tanganku mengambil bantal dari kursi yang tadi di tempati mutter dan memeluk bantalnya sangat erat. Tanpa sadar bibirku menciumi bantal yang kini berada di dalam pelukanku.

"Lah, lahh, kamu kenapa Phil?"
Suara mutter terdengar sehingga membuat tubuhku mematung.

"Dia kenapa Tin?" Mutter bertanya pada Tina dengan tangan memegang piring karena aku tidak menjawab.

"Gak tau, kesurupan kali" Jawab Tina tidak acuh dengan tubuh bergidik.

Aku berdiri lalu berjalan melewati mutter.

"Mau kemana?" Tanya mutter padaku.

"Kamar mandi dulu" Jawabku cepat. Hasratku sudah tinggi dan tidak dapat aku tahan lagi.

Beberapa menit kemudian aku keluar dari kamar mandi setelah mengeluarkan cairan kental berwarna putih yang sangat banyak.
Belum, aku belum terpuaskan.

Pandangan aneh aku terima dari mutter ketika aku kembali berada di ruang tamu.
Tina melirikku sekilas lalu kembali menatap layar TV.

"Itu makan dulu, kali aja abis makan kamu gak aneh lagi" Ibu menunjuk piring di atas meja.

Tidak butuh lama aku langsung menghabiskan nasi dan lauk yang ibu masak dalam hitungan beberapa menit.

"Ibu tidur duluan ya, cuci piringnya Phil"
Mutter berdiri lalu melangkah ke dalam kamar.

Aku melirik Tina.

"Apaan ngelirik mulu?!" Tina menatapku tajam.

"Masih kangen? Masih mau meluk?" Tanyanya lagi.

Aku mengangguk lemah.

"Kangen saya pasti ilang kalau kamu peluk" Kataku lalu merentangkan kedua tanganku lebar ke arahnya.

Tina menatapku ragu lalu sekilas melirik ke arah kain yang menutup di antara ruang tamu dan kamar.

"Sebentar aja ya" Tina mendekat dengan wajah terlihat cemas.

"Iya sebentar aja" Kataku sambil tersenyum dan langsung menarik tubuhnya masuk ke dalam pelukanku.

Rasanya nyaman memeluk tubuh Tina, wajahku langsung menyiumi lehernya, tubuh Tina menegang.

"Tin... ya ampun kalian ngapainnn???"

Untuk kedua kalinya tubuhku mematung mendengar suara mutter yang baru saja terdengar.

Tbc

wayolohhhh 😅 dalah bu, kawinin aja mereka bedua 😆

2/7/22

My Ex Step BroUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum