15. bertanya soal vati (2)

1.7K 430 121
                                    

otot lengannyaaaa 😍😍😍

Philipp POV

Aku meringis mendengar perkataan mutter lalu melirik Tina yang wajahnya terlihat terkejut mendengar ucapan mutter.

"Bu, kok nanyanya gitu sih?" Tina menepuk lengan mutter.

"Abisnya ibu penasaran, udah gitu Philipp juga dari kemarin kaya ragu gitu mau cerita" Jawab mutter lalu menoleh ke arahku.

"Bukannya ragu" Ucapku pelan.

"Mutter masih gak percaya kalau saya gak..."

"Makanya cerita yang sebenarnya kenapa, biar ibu gak berprasangka buruk terus" Potong mutter cepat.

Tina tampak bingung melihat kami bergantian.

"Sebenernya pada ngomongin apa sih?" Tanyanya pada mutter.
Mutter mengedik.

"Tanya Philipp aja" Jawab mutter.

"Elu beneran poop di celana, Phil?" Tina melayangkan pandangan jijik padaku.

"Kapan?" Tanyanya lagi.

"Ck, bukan poop, saya udah jelasin ke mutter kalau itu coklat yang saya kantungin" Jawabku dengan wajah memelas, jadi bingung mau menjelaskannya bagaimana lagi.

Tina menatapku tidak percaya lalu menoleh ke arah mutter.

"Mutter..." Panggilku pelan meminta pengertiannya.

"Iya, iya, ibu percaya, makanya cerita kenapa kamu di usir vati" Mutter tampak tidak sabar.

Aku menyisir rambut dengan gusar.

"Vati ngusir karena saya gak mau nerusin bisnisnya" Kataku setelah beberapa saat terdiam lama.

"Cuma alasan itu aja sampe kamu di usir?" Tanya mutter tidak percaya.

Aku menoleh ke arah Tina, dari wajahnya pun terlihat sama tidak percaya seperi mutter.

"Iya, bukan karena saya jorok mutter" Aku menarik nafas sebelum melanjutkan perkataanku.

"Karena vati merasa sudah tua, dan dia ingin saya nerusin bisnisnya"

"Mutter tau sendiri, saya gak bisa apa-apa, bagaimana saya mau nerusin bisnis vati?" Keluhku lalu menunduk.

"Bukannya saya gak mau, nerusin bisnis vati adalah beban berat buat saya" Lanjutku dengan masih menunduk.

Kami terdiam, tidak ada yang membuka suara. Aku mendongak, mutter menatapku, matanya melembut.

"Dulu kamu kuliah bukannya ngambil bisnis manajemen?" Tanya mutter.

"Iya, tapi saya gak berbakat seperti vati" Jawabku cepat.

"Bisnis yang sudah vati bangun sejak lama pasti langsung hancur kalau saya yang pegang" Lanjutku lagi.

"Ya lagian, apa-apa gak bisa" Terdengar pelan suara Tina.

Aku meliriknya, Tina langsung membuang pandangannya ke arah lain.

"Terus kalian benar-benar gak saling kontak sejak kamu di usir?" Tanya mutter.

"Iya" Kepalaku mengangguk pelan.

"Wah, masa sih vati kamu tega? Setau ibu walaupun vati kamu pekerja keras, tapi dia perhatian dan sayang kamu banget lho"

Aku meringis.

"Kalau sayang gak mungkin vati Aaric ngebiarin Philipp hidup sengsara sampe sekarang kali bu"

Lagi-lagi aku meringis, perkataan Tina sangat benar.

Mutter menepuk lengan Tina dengan mata mengedip berkali-kali.

My Ex Step BroWhere stories live. Discover now