7. aku pasti bisa

1.7K 396 131
                                    

yg mo beliin pacarnya kemeja, di pilih di pilih ya sayang ya (suara tante lala menggema-gema) 😅
note buat tina udah paling bener deh jadiin phil model ga usah endorse ke tante lala ntar kita berempat di maki2 🤣

Philipp POV

"Kamu ketemu dia di Bali?"
Terdengar suara mutter di ruang sebelah.

Mataku mengedar, rumah ini sangat kecil dan sempit, aku sedang berada di ruang pertama yang mungkin adalah ruang tamu karena terdapat kursi dan meja, ada lemari yang isinya piring-piring beserta gelas beling di pojok ruangan.

"Iya bu, ketemu di Bali" Suara Tina terdengar.

"Ketemu Philipp aja? Sama bapaknya nggak?"

Seharusnya aku tidak perlu mendengar percakapan mereka yang sedang membicarakanku, tetapi karena ruang tamu dan ruang sebelah hanya di batasi dinding dan tirai tipis sebagai pintu, maka suara mereka sangat jelas terdengar.

"Tina gak liat vati Aaric selama di Bali, cuma ketemu Philipp aja" Jawab Tina.

"Terus ngapain dia di sini?" Suara mutter terdengar bingung.

"Nanti aja ya bu Tina ceritain, intinya untuk sementara waktu dia tinggal di sini dulu" Jawab Tina, suaranya terdengar tidak bersemangat.

Aku mengaruk rambut belakang, selama aku bertemu kembali dengan Tina, aku tidak pernah melihatnya tersenyum saat berbicara denganku.

Apa yang aku harapkan? Tina memang berhak bersikap demikian padaku, sudah lama tidak bertemu dan sekarang aku malah ikut bersamanya ke Jakarta dan menumpang hidup di rumah kecil ini.

"Mister, mister"

Aku melongok ke arah pintu depan, terlihat banyak anak-anak kecil yang berkumpul dengan wajah ceria.

"Elu aja yang ngajak mister ngomong, kan elu les bahasa inggris"

"Gak mau, malu"

"Iya ada apa?" Tanyaku sambil tersenyum ke arah mereka.

"Eh, mister bisa ngomong Indonesia?" Tanya salah satu anak kecil di antara mereka.

"Bisa" Jawabku singkat.

"Eh bisa, bisa"

"Mister di sini ngapain?"

"Nama mister siapa?"

"Mister temannya kak Tina ya?"

Anak-anak kecil itu berebutan bertanya dengan antusias.

"Aduhh... ini bocah-bocah pada ngapain sih ribut di rumah orang?"

"Bubar, bubar, om Philipp mau istirahat dulu"

Mutter mengusir anak-anak yang terlihat kecewa sebelum pintu depan rumah di tutup.

"Kamu udah makan?" Tanya mutter setelah memutar tubuhnya, mutter mengambil duduk di kursi samping tempat aku duduk.

Aku tersenyum padanya, sudah lama sekali kami tidak bertemu, mutter tampak seperti terakhir kami bertemu, hanya rambut berwarna putih di kepalanya saja yang membedakan fisiknya.

"Apa kabarnya Phil? Ibu sampai lupa nanyain kabar kamu?" Tanyanya kemudian di iringi kekehan sambil memegang lututku.

"Kabar saya baik mutter" Jawabku dengan kembali tersenyum lalu mengusap tengkuk, rasanya sangat canggung sekali bertemu dengan mantan ibu tiri, apalagi dulu kami juga jarang berkomunikasi.

"Eh kamu masih manggil ibu mutter. Sekarang mah panggil ibu aja" Mutter terkekeh lagi.

Aku meringis canggung.

My Ex Step BroWhere stories live. Discover now