4. kita bertiga sama2 kere ya

2.6K 464 142
                                    

yakkk masih pake baju, klo chap2 awal jgn ngarep liat perut coklat batangan ya
krn ternyata coklatnya bungkus merah, halahhh 😅

Tina POV

"Apaan sih Ir?" Tanyaku dengan nada suara naik satu oktaf karena mendengar Irma menggerutu.

"Lagian elu ngebuang coklatnya, bukannya syukur di kasih coklat sama mantan abang tirinya"

"Heh, coklat begituan mah bisa gue beli di warung yang bertebaran di Jakarta" Sahutku cepat.

"Ya setidaknya hargailah pemberian orang, masa langsung di buang aja" Irma mengusap coklat pemberian Philipp dengan tatapan lembut.

"Perasaan semalam ada yang kecewa deh di kirain bakalan dapat coklat dari luar negeri taunya kena zonk" Aku menahan tawa karena teringat kejadian semalam di mana Irma tertunduk lesu begitu sampai di kamar kami.

"Memangnya elu ngarepin dapat coklat apa? Udah tau keadaan dia kaya begitu, lagian gak mungkin juga dia masih punya coklat dari negara asalnya"

"Kalaupun ada, itu coklat udah basi kali" Lanjutku kemudian.

"Gue genes banget liatnya Tin, orang tua kalian cerai apa gara-gara karena Philipp itu pemalas ya? Gila, kamarnya kaya kandang babi, kotor banget, bisa ya betah tidur sementara kamarnya ada sampah di mana-mana" Irma berkata panjang lebar.

Semalam kami memang tidak langsung membahas apa yang sudah kami lihat.

Tubuhku sudah terlalu letih untuk membicarakan kotornya kamar Philipp.

Orang tua kami bercerai bukan karena alasan yang disebutkan Irma dan aku tidak ingin menceritakan secara detail alasan perceraian mereka kepada Irma.

Sudah aku bilang kan Philipp itu adalah tuan besar, wajar kalau kamarnya kotor dan berantakan karena dari kecil dia tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah.

Dulu kami memilik banyak asisten rumah tangga yang masing-masing orang memiliki tugas berbeda.

Tukang kebun ada tiga orang, sopir pribadi ada tiga orang, koki ada dua orang, asisten yang tugasnya membersihkan rumah ada empat orang, jadi tidaklah heran apabila melihat kamar Philipp seperti itu karena tidak mungkin dia menyewa orang untuk membersihkan kamarnya, bayar makan saja memakai uang receh.

"Tin, dari dulu gue penasaran deh" Irma menepuk lenganku.

Aku menoleh padanya dengan tatapan malas, pasti Irma akan bertanya hal absurd lagi.

"Philipp di sunat gak Tin?" Tanya Irma.

Betul kan dugaanku. Aku hampir saja tersedak mendengar pertanyaannya.

Irma memang suka berkata-kata random di mana kami membahas apa tiba-tiba dia bisa merubah topik pembicaraan yang melenceng jauh.

"Pea lu ya nanya gituan ke gue, ya mana gue tau, emangnya gue pernah liat?" Kataku dengan mata melotot ngeri.

"Ya gak musti liat juga kali, setidaknya elu pernah nanya ke dia, gue penasaran bule-bule pada di sunat apa nggak" Irma memperlihatkan cengiran aneh.

"Bentuknya gimana ya kalau belum di sunat? Apa beneran kaya cacing?" Lanjut Irma dengan mata menerawang.

"Memangnya elu pernah liat bentuk yang udah di sunat?" Tanyaku, wah ternyata level pergaulan Irma sangat berbeda denganku, gak nyangkaaa.

"Pernah lah, liat dari video pakai kekuatan si kelinci" Irma terkekeh.

"Ohh, gue pikir elu pernah liat secara langsung. Nah kenapa gak sekalian cari video pemeran utama lelakinya yang belum di sunat?" Ternyata dugaanku salah, sepertinya Irma masih selevel denganku.

My Ex Step BroOù les histoires vivent. Découvrez maintenant