Homo Homi Ni Socious

Start from the beginning
                                    

Aldo dan Samir memberikan jawaban kesepakatan untuk Bu Dewi, meskipun Aldo sempat meringis karena uang sakunya akan ludes hari ini tak bersisa.

“Terimakasih ya Aldo sudah berani mengakui kesalahannya. Untuk yang lain, perilaku serigala seperti tadi jangan dicontoh ya, kalian mengerti?”

“Baik buuuu,mengerti”

“Oke bagus. Selanjutnya karena kurikulum disekolah kita mengharuskan murid-murid untuk lebih aktif daripada gurunya, maka Ibu masih membuka kesempatan untuk yang ingin menambahkan pendapat meskipun jawaban dari teman-teman kalian tadi sudah cukup bagus dan saling melengkapi,”

Mendadak seisi kelas hening. Aku sebenarnya ingin mengajukan pendapat. Aku pernah membaca materi ini di salah satu novel yang pernah kubaca. Tapi, aku takut. Aku takut Kimmy akan semakin tidak menyukaiku. Aku takut.

“Bell ayo dong kamu berpendapat. Kamu kan hobby baca, kamu pasti pernah kan baca tentang ini” Divya benar, namun dia tidak pernah mengerti kalau aku takut pada Kimmy, Aku selalu takut jika orang lain tidak menyukaiku.

“Engga ah Div, ntar salah lagi”

“Ampun dehhh Bellaaaa, salah itu nggak papa kali. Aku aja tetep pede kok meski jawabanku salah. Kamu itu kan selalu peringkat 3 besar paralel loh disekolah ini. Paling pinter seperumahan Tunas Bangsa lagi. Kalau jadi kamu, aku udah unjuk tangan setinggi monas, ngajuin diri buat kasih pendapat”

“Divya Sharma dan Belladona Lilly Azzahra. Mohon jangan membuat forum didalam forum,” Aku dan Divya langsung meminta maaf kepada Bu Dewi.

“Saya mohon izin berpendapat Bu,” Suara Samir akhirnya memecah keheningan yang sempat terjadi dalam beberapa detik setelah Bu Dewi menegurku dan Divya. Sempat kulihat Kimberly yang duduk dimeja depan seberang Divya mendengus sebal kepada Samir. Hal itu sudah kuduga dan sudah biasa.

“Samir Samudera. Baik, silahkan pendapatnya.”

“Baik bu, terimakasih atas kesempatannya. Jadi saya tidak akan mengoreksi atau menambahi jawaban dari teman-teman karena sudah saling melengkapi seperti yang Bu Dewi Katakan. Saya hanya ingin mengatakan hal yang masih berkaitan dengan homo homini lupus yaitu homo homi ni socious dimana terkadang manusia juga menjadi Tuhan bagi manusia lainnya. Sepenangkap saya, menjadi Tuhan bukan berarti lebih tinggi dari manusia lainnya, namun lebih ke sifat saling mengasihi, saling mendukung dan saling membantu sehingga terciptanya hubungan  yang rukun, harmonis, dan demokratis dalam masyarakat. Sekian dari saya bu, terimakasih”

Seisi kelas takjub pada jawaban Samir (biasa dipanggil Sam saja). Tidak dipungkiri, Sam memang kutu buku. Jika kalian ingin mencari Sam, jangan cari dia di kantin, atau di tongkrongan siswa-siswa yang suka berkumpul untuk menggoda para siswi yang melintas. Tapi carilah Sam di perpustakan. Selain dia memang hobi membaca, Sam juga bekerja part time disana. Menjadi asisten Pustakawan setiap jam istirahat.

Sam pernah bercerita padaku, kalau dia memang pada awalnya senang saja membantu Pustakawan yang kewalahan melayani pengembalian dan peminjaman buku, hingga lama kelamaan Pustakwan sudah merasa terbiasa dengan kontribusi Sam, jadi dia segera diberi kepercayaan menjadi asistennya.

“Bagus sekali Samir. Nah Ibu akan memberikan kesempatan terakhir untuk membuat kesimpulan dari apa-apa yang sudah dijelaskan teman-teman kalian. Ada yang bersedia?”

Setelah hening sejenak, Bu Dewi kembali berbicara.

“Nah begini saja, karena tadi ada yang membuat forum dalam forum, bagaimana kalau Bella saja yang memberikan kesimpulan pada forum utama? Silahkan Bella,” Baiklah aku akan menjawab pertanyaan Bu Dewi tentu saja. Ditunjuk begini lebih kusukai daripada harus mengajukan diri dan dianggap caper atau apalah. Namun baru saja aku hendak bersuara, ada yang mengetok pintu kelas kami.

Tok tok tok...

“Permisi Bu Dewi maaf mengganggu waktu mengajarnya,maaf ya anak-anak sekalian,” Pak Kepala Sekolah berdiri tepat didepan pintu.

“Oh mbothen nopo pak, silahkan masuk,” Pak Kepala Sekolah menghampiri Bu Dewi. Mereka berbicara dengan suara yang lirih. Aku melihat ekspresi Bu Dewi yang menyampaikan kekagetannya, jika dibaca dari gerak lisannya, Beliau seperti mengatakan, ‘kok bisa?’ ‘dari mana?’ hingga setelah beberapa waktu, Bu Dewi mengangguk paham atas penjelasan Pak Kepala Sekolah. 
Akhirnya mereka mengakhiri perbincangan dan Kepala Sekolah kami akhirnya meminta waktu kami sebentar,

“Selamat pagi anak-anak semua, jadi hari ini kalian akan mendapatkan teman baru yang merupakan siswa pindahan dari luar kota. Bapak harap kalian bisa menerima kehadirannya dengan baik sehingga tahun terakhir kalian berada di SMA Kusuma Bangsa akan menjadi masa yang indah untuk kalian kenang nantinya,”

“Baik pakkkk”

Divya menyikut lenganku. “Bell, penasaran deh kayak apa. Kalo cakep bakal langsung ku gebet si hehe”

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya. Dia bilang cinta mati sama Ka Bima, terus kemarin katanya naksir sama Sam, terus kemarinnya lagi bilang kesengsem sama kapten basket yang baru. Namun beginilah kata Divya, “Kalo bisa ngembat semuanya kenapa Cuma pilih satu xixixi.” Terserahnya saja lah.

“Mas Alteo silahkan masuk kedalam kelas,”

Tepat setelah Pak Kepala Sekolah menyebutkan sebuah nama, semua mata tertuju pada pintu kelas.
Seorang anak laki-laki seusia kami memasuki kelas dengan langkah tegap. Tatapannya sangat tajam dan penuh kepercayaan diri. Tubuhnya tinggi atletis, dan ada kesan pirang yang samar dalam rambutnya. Sudah dipastikan pasti memiliki darah campuran apalagi jika melihat warna bola matanya yang biru seperti keturunan ras kaukasoid nordik.

Tapi tunggu, aku seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Kebetulan, pertemuan ketiga, Tuhan,...  Yaaa!! Aku tidak salah lagi, dia adalah orang aneh yang ku temui di Malioboro, astaga!

Bersambung ke next part
🍁🍁🍁

For the first time!! Finally bisa buat 1 part dalam 1000+ words hehe. Rasanya seseneng itu karena buat pemula kaya aku, merangkai kata itu susah. Kadang udah nulis banyak, tapi  dihapus lagi karena nggak pede bahasanya terlalu kaku atau bagaimana. Terimakasih lagi dan lagi aku ucapin buat yang mau bersedia baca tulisanku. Seneng banget, seneng lagi kalau divote+comment hehe. Vote ya, buat yang ngevote aku sumpahin hidupnya sukses dunia wa akhirat, aamiin:)) see ya guys in next part🥰

Like A Black Rose That Only Grows In Two SeasonsWhere stories live. Discover now