19

1K 240 21
                                    

Haruto terbangun dari tidurnya ketika napasnya terasa berat seperti tertindih sesuatu. Saat ia membuka mata, Haruto melihat kaki Doyoung berada diatas perutnya. Dengan kasar ia menyingkirkan kaki temannya itu sehingga dia terbangun menatap Haruto bingung dengan kedua matanya yang merah.

"Kenapa?" tanyanya.

"Kaki lo diatas perut gue," balas Haruto dengan kesal.

Jarum jam menunjukan pukul tiga pagi. Doyoung dan Haruto sama-sama terdiam tanpa berniat membuka obrolan. Entah kenapa mereka tak lagi merasa ngantuk padahal baru tertidur sebentar.

Hawa malam itu sangat panas, Jihoon bergerak gelisah dalam tidurnya bahkan keningnya penuh dengan keringat. Beberapa orang juga terlihat tidak nyaman dalam tidurnya.

Suara burung gagak terdengar nyaring mengelilingi rumah, bahkan terdengar gebrakan keras di lantai atas, sepertinya burung-burung itu menabrakan dirinya ke jendela.

Haruto yang mendengar suara burung gagak itu pun langsung ketakutan seraya berbisik kapada Doyoung. "Perasaan gue nggak enak."

Doyoung terdiam, dia mengedarkan pandangannya keseluruhan ruangan dan melihat teman-temannya masih tertidur pulas. Tetapi ketika ia melihat ke arah sofa, Doyoung terkejut karena tidak melihat keberadaan Mashiho, padahal dia tertidur disofa setelah ditemukan pingsan di salah satu kamar.

Dengan wajah cemas Doyoung langsung berdiri. Haruto yang melihat pergerakan Doyoung pun ikut bangun dengan wajah kebingungan.

"Ada apa?" tanyanya.

"Mashiho hilang," jawab Doyoung sambil menunjuk sofa yang kosong.

Haruto terkejut dan segera membangunkan teman-temannya. "Bangun woy!" seru Haruto panik sambil menggoyang-goyangkan tubuh mereka satu persatu, "Mashiho hilang!" lanjutnya.

Mereka terbangun dengan perasaan yang campur aduk. Mereka panik, khawatir, bahkan Jihoon langsung berdiri dari tidurnya tanpa memperdulikan kepalanya yang sedikit pusing.

"Gue udah bilang jangan ada yang misahin diri, jadi gini, kan?!" kesal Jihoon sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

Yedam yang berdiri di sampingnya langsung menepuk bahu Jihoon pelan. "Mending sekarang kita cari Mashiho dulu, baru lo marahin dia nanti."

"Kalau kita nyarinya barengan malah ngabisin waktu, mending kita mencar aja," usul Jaehyuk. Tak sedikit juga yang tak setuju dengan keputusannya namun mereka lebih memilih diam.

Hyunsuk salah satu yang menyetujui usulan Jaehyuk langsung mengangguk. "Tapi ingat, jangan ada yang misahin diri, kalau ada apa-apa teriak aja biar yang lainnya juga denger," tutur Hyunsuk.

Jihoon yang hendak protes karena mereka berpencar, mengurungkan niatnya ketika Hyunsuk berbicara seperti itu. Jadi, ia memutuskan untuk membagi kelompok yang mana di setiap kelompoknya ada orang yang berani agar dia bisa melindungi orang-orang yang penakut.

"Gue, Junkyu, Haruto sama Yedam pergi ke bagian belakang dan gudang. Hyunsuk, Jeongwoo, Junghwan sama Yoshi bagian lantai dua atau sekalian lantai tiga juga boleh. Sisanya Asahi, Jaehyuk sama Doyoung di area lantai ini sama bagian luar," jelas Jihoon sambil menujuk orang-orang yang namanya disebut.

Namun jari telunjuk Jihoon masih menunjuk ke arah Doyoung yang membuat dia dan beberapa orang kebingungan. Junkyu yang berdiri disampingnya menyikut lengan Jihoon membuat dia menurunkan tangannya dan menyuruh mereka untuk segera berpencar.

"Ji, kenapa?" tanya Junkyu heran.

"Gue lihat ada tangan kurus kering di bahunya Doyoung," bisik Jihoon pelan karena takut Doyoung mendengar ucapannya.

Geist | TreasureWhere stories live. Discover now