09

1.4K 310 19
                                    

Junghwan keluar dari kamarnya hendak menuju kamar sebelah yang dimana kamar itu milik Haruto, namun ia malah memutar tubuhnya menuju ruang tengah saat melihat Mashiho dan Doyoung yang sedang menonton sambil memakan cemilan.

Junghwan yang merasa sangat bosan dengan acara tv yang mereka tonton langsung merebut remote dan dengan tidak sopannya ia mengganti ke channel yang dia suka. Doyoung yang melihatnya hanya diam sembari melirik ke arah Mashiho yang ternyata sedang menatapnya penuh tanya.

Sedang asiknya menonton, tiba-tiba seorang anak perempuan dengan rambut hitam sebahu, memakai baju berwarna putih dan rok pendek putih berlari menghampiri mereka dan menarik tangan Junghwan agar ikut dengannya. Junghwan yang ditarik seperti itu hanya diam saat anak perempuan itu menariknya menuju sebuah pintu yang tidak ia ketahui dari mana pintu itu berasal.

Begitu Junghwan dan anak itu masuk, Doyoung berteriak keras memanggil namanya. Semakin keras, lalu lambat laun suaranya terdengar sangat pelan lalu menghilang. Begitu pula dengan pintu dimana ia masuk tadi yang juga ikut menghilang entah kemana.

Junghwan berdiri di depan sebuah rumah bercat putih serta ada beberapa anak tangga yang terbuat dari kayu di pintu masuk. Tidak ada apapun di sekitaran rumah, hanya terdapat rumput-rumput hijau serta pohon-pohon besar menjulang tinggi mengelilingi rumah itu.

“Gue dimana?”

Ia beralih menatap anak perempuan yang menariknya ke tempat asing ini. Anak itu sedang berlari kesana-kemari sambil tertawa. Junghwan yang melihatnya tersenyum senang, lalu mendekati anak itu sembari menyamakan tingginya.

“Kamu siapa?” anak itu hanya diam saat Junghwan bertanya. “Ini tempat apa?” tanyanya lagi.

Tempat kita bermain,” sahut anak itu sembari menarik tangan Junghwan menuju rumah bercat putih itu.

Saat Junghwan hendak membuka pintu, terdengar suara seseorang yang memanggilnya.

Junghwan

Junghwan

Junghwan ingin mendekati dimana arah suara itu berasal namun anak perempuan disampingnya langsung mencengkeram tangan Junghwan dengan kuat. Tidak ada lagi senyuman di wajah cantiknya, hanya wajah pucat dengan mata sayu menatapnya datar.

Mau kemana?” tanya anak itu.

Belum menjawab pertanyaan dari anak itu, ia melihat dari arah yang cukup jauh Mashiho yang sedang berlari menuju tempat dimana ia berdiri.

“Junghwan!!”

“Loh, Mashiho?” gumam Junghwan keheranan dengan kedatangan Mashiho. Padahal sedari tadi tidak ada siapapun selain dia dan anak perempuan itu di sekitaran rumah.

“Junghwan ayo pulang” teriak Mashiho lagi. Bahkan Mashiho beberapa kali tersandung karena berlari dengan sangat cepat.

“Gue mau main. Bilangin ke yang lain ya, gue mau main dulu” teriak Junghwan. Entahlah apa yang ada di pikiran Junghwan saat itu, bukannya berlari menghampiri Mashiho dia malah tetap berada disana bersama anak itu.

“Junghwan!!” mendengar teriakan Mashiho yang menyebut namanya lagi, ia malah melambaikan tangannya sambil tersenyum ke arah Mashiho.

Mashiho yang mulai dekat jaraknya dengan Junghwan tiba-tiba dihadang oleh sesosok nenek-nenek yang sedang duduk di atas keranda jenazah yang terbang sambil menggoyang-goyangkan kakinya.

Sontak Mashiho langsung menghentikan langkahnya. Nafasnya memburu serta baju yang dia pakai sudah basah oleh keringat.

Kamu mau kemana? Anak itu tidak akan pernah pulang, biarkan dia bermain dengan cucu saya,” tutur sosok nenek itu.

Geist | TreasureWhere stories live. Discover now