🍁19🍁

180 24 14
                                    

Selamat membaca
🤍🤍🤍



Andi menatap semua data di tangannya, salah satu kepercayaannya itu sudah mendapatkan apa yang Ia mau. Andi tersenyum miring, selangkah lagi pasti bisa membantu Nafisa untuk keluar dari peliknya rumah tangga neraka itu. Dan benar dugaan Andi, keluarga Adijaya telah menutup rapat-rapat identitasnya.

"Aku akan membahagiakan kamu Ra. Aku janji, tangisanmu akan menjadi penyesalan luar biasa bagi bajingan itu." Ucap Andi.

"Om Fatan, Adi janji. Adi akan selalu melindungi Rara untuk om." Ucapnya lagi.

Kini Andi akan bergegas menuju rumah sakit untuk menjenguk Fatan. Ia akan menjelaskan kepada Fatan dan Nafisa.

-Rumah Sakit-

"Loh pak Andi?" Ucap Neera. Pria itu mengangguk lalu tersenyum tipis.

"Kebetulan sekali bertemu sama Bu Neera. Saya ingin menjenguk pak Fatan. Beliau ada di ruangan mana?" Tanya Andi sopan dengan tangan yang membawa parcel buah.

"Mari saya antar pak." Ucap Neera.

Andi mengikuti langkah kaki Neera menuju ruangan rawat inap Fatan. Disana, Nafisa tengah menyuapi papanya makan siang.

"Nafisa, ada pak Andi." Ucap Neera.

Nafisa meletakkan mangkuk putih tersebut, Ia melempar senyum hangatnya pada kliennya yang sudah sudi menjenguk papanya.

"Fisa, aku balik ke kantor dulu ya. Nanti sore, aku kesini lagi." Ucap Neera berbisik.

"Oke, hati-hati ya." Balas Nafisa.

"Assalamualaikum pak?" Ucap Andi pada Fatan.

"Waalaikumussalam." Balas Fatan lirih.

Fatan menatap dalam wajah Andi. Wajah yang seolah tidak asing baginya.

"Bagaimana keadaannya pak?" Tanya Andi.

"Alhamdulillah. Sudah membaik." Balas Fatan.

"Maaf, apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Fatan kemudian.

Andi tersenyum tipis, tapi senyuman itu mengandung arti. Andi meraih tangan Fatan untuk disalaminya.

"Om, ini aku. Adi. Andi Dirgantara." Ucap Andi menatap Fatan.

"Maa Syaa Allah. Ini kamu nak?" Tanya Fatan tak percaya.

Nafisa menatap Andi dengan tatapan kagetnya, jadi selama ini pak Andi adalah Adi.

"Kak Adi? Beneran kamu?" Tanya Nafisa tak percaya.

Andi mengangguk dengan tersenyum manis menatap Nafisa. "Yes, it's me." Ucap Andi.

Andi memeluk Fatan erat, pria itu sudah sangat merindukan pelukan hangat Fatan. Karena Fatan sudah Ia anggap seperti ayahnya sendiri.

Nafisa meneteskan air matanya, Ia sangat senang bisa bertemu kembali dengan sahabatnya.

"Makasih ya kak, waktu itu udah kirimin aku coklat." Ucap Nafisa.

"Sama-sama. Aku tahu, kalau kamu makan coklat pasti mood kamu akan kembali baik." Balas Andi.

"Om, lihat ini." Ucap Andi dengan mengeluarkan beberapa foto masa kecilnya bersama Nafisa.

"Kamu masih menyimpannya?" Tanya Fatan.

"Tidak mungkin aku tidak menyimpannya. Foto ini banyak sekali kenangan kebersamaan kita." Jawab Andi.

"Pa, kak Adi ini klien aku. Aku gak sadar kalau Pak Andi ini adalah kak Adi. Habisnya beda banget, kek udah berubah gitu." Ucap Nafisa diakhiri tawa.

Dendam Pernikahan (Part 14-End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang