GW: She's Vauna

5 2 0
                                    

GET AWAY

***

(Sc

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Sc. Pinterest)

Sejuk dan nyaman.

Suara lembaran kertas hingga desisan penjaga, tidak pernah lepas dari tempat ini. Surganya para ambisius.

Siang ini terik matahari sangat panas. Silaunya menembus jendela kaca. Tapi, sedikit pun tak mengusik kedamaiannya.

Waktu menunjukan pukul satu. Dimana mata pelajaran minat sedang berlangsung. Namun, setelah jam istirahat pertama. Alih-alih pergi ke kelas, anak ini justru bersembunyi pada tumpukan buku.

Ditemani coklat yang tidak lagi panas dengan laptop menyala. Vauna duduk. Kedua tangannya terlipat dengan kepala menelungkup diatas meja.

Tempat kesukaannya tidak berubah, selalu dipaling sudut perpustakaan. Selain karena letaknya yang strategis untuk bersembunyi, dinginnya ac juga sambungan wifi yang manteng jadi faktor utama alasan Vauna memilih tempat ini.

Vauna membuka kelopak matanya perlahan. Lewat sudut matanya, perempuan itu melirik seorang wanita -yang tidak lagi muda- sedang berdiri disampingnya. Salah satu tangannya memegang penggaris panjang berbahan kayu. Kacamata tesampir dihidungnya dengan rantai penghubung yang melingkar di leher.

Wanita itu menatap layar laptopnya yang sengaja dibiarkan menyala. Dia menggelengkan kepala.

Ekspresi wajahnya seolah mengatakan, anak ini lagi.

Vauna tersenyum samar. Wanita tua itu pasti bosan melihatnya kebiasaannya. Pengurus perpustakaan itu melangkah pergi. Kembali berkeliling memantau keamanan.

Meski kedua indra penglihatan Vauna terpejam. Namun, tidak dengan indra pendengarannya. Earphone bluetooth seharga kurang dari tiga puluh ribu rupiah, menyumpal disalah satu telinga.

Vauna sedang menyimak pembahasan tentang struktur pasar dari salah satu chanel youtube langganan. Sesekali dahinya mengernyit bingung saat dirinya tak paham dengan penyampaian si pengajar.

Disekolah, jam pelajaran ekonomi -sebisa mungkin- harus Vauna hindari. Perempuan itu ada dendam pribadi pada sang guru. Bukan tanpa alasan. Sebab, nampaknya sang guru pun bersikap demikian pada dirinya.

Vauna bukan tipe manusia yang senang menyimpan dendam. Tapi, prinsipnya adalah bersikap sebagaimana orang itu bersikap.

Ditengah damainya suasana. Hidung Vauna mengkerut. Aroma parfum menguar. Terlalu kuat, segak dan norak.

Tanpa perlu melihat, Vauna bisa menebak, manusia mana yang mendatanginya.

"Udah berapa kali gua kasih tau. Kalo mau mabal bilang dong, ah" suaranya berisik sekali. Hingga mengundang desisan dari murid lain.

Get AwayWhere stories live. Discover now