Debar di Dada

3K 233 5
                                    

Biasakan memberi vote sebelum membaca!

Happy reading!

🍁🍁🍁

Suara alarm di pagi hari serta kokok ayam yang bersahutan membuat mata Nayla terbuka perlahan. Nayla merasa badannya terasa amat sangat lemas. Setelah mengumpulkan sisa-sisa tenaga, ia keluar kamar untuk berwudhu bertepatan dengan sosok Syamil yang keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi siap untuk pergi ke masjid.

"Gak solat di rumah aja, Syam?" tanya Nayla yang sedikit cemas dengan keadaan wajah Syamil yang masih tampak lebam.

"Gue gak papa kok." jawab Syamil menggeleng kemudian pamit berlalu dari hadapan Nayla yang terdiam mematung memandang sosok tersebut hilang di balik pintu.

Setelah selesai solat subuh Nayla bergegas menuju dapur untuk membuat sarapan. Perutnya sudah sangat keroncongan karena sejak tadi malam tak terisi oleh sebutir nasipun. Setelah mengobati luka Syamil yang berada di beberapa titik. Nayla membersihkan diri dan langsung terlelap saat kepalanya baru lima menit menyentuh bantal.

"Baunya wangi!" Sebuah suara dari belakangnya mengejutkan Nayla yang tengah memotong sawi untuk tambahan indomie nyemek yang ada di wajan.

"Sarapan ala anak kos gak papa kan?" tanya Nayla yang sedikit tidak enak saat hanya bisa memasak sesuatu yang simpel seperti indomie, padahal di dalam kulkas Syamil sudah menyetok banyak bahan makanan. Apalah daya, dirinya benar-benar seakan tak bertenaga saat bangun tidur tadi pagi. Disaat bersamaan perut yang keroncongan meminta haknya ingin segera diisi. Jadilah untuk menghemat waktu dan tenaga Nayla memutuskan untuk memasak indomie agar semuanya aman terkendali.

"Gak masalah," jawab Syamil masih berdiri di belakang Nayla memperhatikan gerakan tangan sang istri yang lincah saat berada di dapur.

Selama ini Syamil tak menyangkal jika sejak tinggal bersama cleaning service cantik itu asupan makanannya terjaga. Nayla tak pernah lupa untuk memasak dan menyajikan makanan yang selalu menggugah selera. Sangat bertolak belakang dengan keadaannya beberapa tahun yang lalu saat hidup bersama dengan seorang wanita yang sangat dicintainya. Mereka lebih sering makan diluar karena sang wanita beralasan jika tak suka dengan bau bawang yang menyengat.

"Gak masalah juga kalau punya istri gak bisa masak?" tanya Nayla lagi.

"FYI, gue mau bangun rumah tangga. Bukan rumah makan, Nay."

Nayla tertawa dengan jawaban terakhir Syamil," Iya juga sih," sahutnya sambil mematikan kompor karena mie nyemek sudah matang dan siap disajikan.

Dengan kaki berjinjit Nayla membuka kabinet atas untuk mengambil dua buah mangkok untuk menyajikan mie nyemek yang siap santap tersebut. Melihat Nayla yang kesusahan meraih benda yang berada di tempat tinggi membuat Syamil sigap memajukan badan untuk membantu Nayla. Tanpa sengaja hal tersebut justru membuat tangan keduanya bersentuhan. Adegan klise dan sangat amat receh memang, namun keduanya tak dapat menyangkal jika adegan sinetron  tersebut nyatanya menciptakan sengatan di tangan dan mengalir keseluruh tubuh hingga membuat wajah keduanya menghangat dan degupan jantung berdetak diatas normal. Keduanya hanya bisa saling tatap tanpa kata.

"Lo duduk aja! Biar gue selesaikan semuanya."

Nayla yang lebih dahulu sadar dengan keadaan mereka mengambil cepat mangkok yang berada di tangan Syamil kemudian berbalik cepat pura-pura menghadap wajan mie nyemek yang masih panas tersebut ke dalam mangkok agar Syamil tak dapat melihat rona kemerahan yang nampak di wajahnya.

Syamil menurut pada ucapan Nayla. Pria berkacamata itu berjalan menuju meja makan dengan mengulum senyum. Masih teringat jelas dalam ingatannya bagaimana menggemaskannya wajah Nayla saat merah merona karena insiden yang terjadi barusan.

Mas OB, I Love You! (TAMAT)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt